33. Penuh Kejutan

52 9 1
                                    

***

Sesampai di bandara, Ridan melihat situasi bandara yang begitu ramai di kunjungi oleh umat manusia. Hal yang dia khawatir akan terjaadi, sebab para fans nya menunggu nya di bandara. Ridan sedikit heran bagaimana para fansnya bisa tau bahwa ia akan pergi ke bandara. Untuk menghindari, Ridan langsung mengeluarkan 2 buah topi berwana hitam beserta 2 kecamata hitam.

"Ini pakai," ujar Ridan sambil menyodorkan satu buah topi hitam dan kecamata hitam.

Maya menaikan sebelah alisnya. "Kenapa emangnya?" Tanya Maya yang belum mengerti maksud Ridan.

"Lo gak liat gambar gue terpajang dimana-mana!"

"Kan itu fans lo bukan fans gue," desis Maya.

Ridan mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sumpah demi apa gue pingin mati ngehadapi istri kayak lo," desis Ridan.

"Gue juga gak mau jadi istri lo!"

Ridan mendengus kesal. "Maya Astuti Ningsi, Lo kan udah nikah sama gue ya walaupun cuman kawin kontrak tapi kan media tau. Jadi orang pasti mikir dimana ada lo pasti ada. Secara kita suami istri."

"Oke gue pakai. Puas lo!" desis Maya seraya memakai topi dan kecamata hitam yang di beri oleh Ridan.

"Dari tadi kek," desis Ridan.

Dengan langkah buru-buru mereka berdua melewati sekumpulan para fans Ridan.

"Lo enggak kasihan sama mereka?" bisik Maya.

"Kenapa?"

"Secara kan mereka rela datang kesini jauh-jauh cuman buat nungguin lo doang."

"Gue sekarang enggak mood buat ketemu fans," ujar Ridan menyombongkan diri.

"Sombong amat sih lo!" desis Maya.

Terdengar suara dari pihak penerbangan bahwa pesawat yang ditumpangi mereka berdua akan berangkat dalam waktu 5 menit lagi. Tanpa pikir panjang mereka berdua langsung menuju ke tempat pesawat yang akan mereka naik.

***

Ridan dan Maya sedang berada di bandara Soekarno Hatta. Jam sekarang menunjukan pukul 1.30 wib yang artinya mereka berdua menempuh perjalanan lebih dari satu jam.

"Ridan dan Maya!" teriak seorang pria yang tak asing bagi Maya.

Mendengar namanya di panggil oleh seseorang, Ridan dan Maya pun menoleh untuk mencari keberadaan tersebut. Benar saja suara yang tak asing adalah suara kedua orang tua Maya.

Maya sedikit heran mendapati kedua orang tuanya yang berada di bandara untuk menjemputnya.

"Mama sama Papa kok bisa disini?" Tanya Maya.

"Gue yang ngasih tau," jawab Ridan.

Maya hanya mengangguk yang menandakan bahwa ia mengerti dengan omongan Ridan.

"Gimana? Ada oleh-olehan buat Papa?"

Puspita hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku suami nya yang tak tau malu. "Papa ini mereka baru sampai aja udah di mintain oleh-oleh."

"Kalau masalah oleh-olehan gampang, sudah kami siapkan," ujar Ridan sambil memberikan beberapa kantong pelastik yang berisi buah tangan.

Maya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pasalnya ia bingung dari mana Ridan mendapatkan oleh-olehan sedangkan mereka tidak pernah mampir ke sebuah toko yang menjual buah tangan.

"Kalian pulang cuman berdua ni?" Tanya Puspita.

"Iya. Kan kita pergi nya cuman berdua," jawab Maya santai.

"Maksud Mama itu baby," jelas Perdi yang berhasil membuat Maya dan Ridan bersemu malu.

Medengar ucapan kedua orang tuanya, Maya hanya menampakan sederetan giginya. "Mana mungkin kami bisa bawa baby, sedangkan kami aja sibuk sama urusan masing-masin," batin Maya.

"Belum dikasih," jawab Ridan seraya merangkul pundak Maya.

Maya yang merasa risih dengan rangkulan Ridan menatap Ridan dengan tatapan membunuh. "Lepasin gak!" Ancam Maya.

Mendengar ancaman Maya membuat Ridan semakin merangkul pundak Maya dengan erat.

"Ya udah ayok kita pulang," ujar Perdi mendahului seraya menggandengkan tangan istrinya.

"Ayok," ujar Ridan melepas rangkulan dengan pundak Maya dan langsung mengambil alih membawakan koper milik nya dan milik Maya.

"Dari tadi kek," desis Maya.

Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang