***
Di dalam Mall, rasanya Maya ingin teriak sekencang –kencangnya. Serius demi apapun Maya merasa terganggu dengan para cewek-cewek yang selalu meminta foto bersama Ridan dan selalu menjadikan ia sebagai fotografer. Melihat tingkah laku Ridan seperti sok selebritis membuat Maya ingin muntah.
"Ini sebenarnya yang nemenin ke mall gue atau lo sih Ridan?" Sindir Maya yang merasa geram dengan tingkah laku Ridan yang sok seleb.
"Sabar dong! Gue mau foto sama para fans gue dulu."
Maya menarik nafas dalam-dalam, rasanya ia ingin sekali menelan Ridan hidup-hidup.
Melihat barisan para fans Ridan yang makin panjang membuat Maya berinisiatif memberikan alamat rumah Ridan pada para fans nya.
"Mbak kalau mbak mau foto sama dokter idola mbak ini, mbak silahkan datang ke alamat ini ya mbak! Kalau sekarang dokternya ada urusan dengan saya," decak Maya seraya menarik tangan Ridan keluar dari kerumunan para fans.
Ridan yang merasa tak terima dengan sikap Maya langsung melepaskan genggaman Maya. "Maksud lo apaan?"
"Pakai nanya lagi lo!"
Kemudian Maya dan Ridan langsung memasuki sebuah toko yang menjual beberapa perlengkapan make up.
"Lo ngapain diam disitu? Masuk!" perintah Maya karena mendapati Ridan yang masih diam di depan toko.
Dengan hati yang ragu, Ridan pun langsung memasuki toko make up dengan mengikuti langkah Maya.
Satu perhatian yang menyita Maya, yaitu melihat satu produk lipstick yang menurutnya bagus dan ingin membelinya.
"Menurut lo ini bagus gak?"
"Bagus-bagus aja sih menurut gue."
Tanpa meminta izin dari Ridan, Maya pun langsung memakaikan satu produk lipstick ke bibir Ridan.
"Apa sih lo!" decak Ridan yang ingin mengambil ancang-ancang untuk menghapus lipstick yang melekat di bibirnya.
"Jangan lo hapus! Sini gue lihat," gumam Maya,
"Enggak bagus," gumam Maya.
Kamudian Maya pun langsung mengambil beberapa merek produk dan langsung menguji cobakan dengan Ridan.
"Sini bibir lo!"
"Enggak...enggak gue enggak mau jadi bahan percobaan." Tolak Ridan.
Tanpa menghiraukan perkataan Ridan, Maya pun langsung menghapus sisa lipstick dan langsung memakaikan satu persatu produk yang ia pilih.
"Ini bagus," gumam Maya memilih salah satu dari lima produk lipstick.
"Mana kartu kredit lo!"
Tanpa pikir panjang Ridan pun langsung memberikan satu buah kartu kredit kepada Maya.
Setelah mendapat kartu kredit, Maya pun langsung pergi ke kasir untuk membayar satu buah lipstick.
Sedangkan Ridan ia lebih memilih menunggu Maya dari luar toko seraya menghapus jejak lipstick yang dipakaikan Maya.
"Kenapa?" Tanya Maya kepada Ridan Karena melihat Ridan kesusahan menghapus jejak lipstick.
"Mata lo dimana!" kesal Ridan.
Tanpa pikir panjang Maya pun langsung menyeret Ridan ke tempat toilet perempuan.
"Ngapain lo bawa gue kesini?"
"Udah diam! Lo tunggu disini!" perintah Maya kepada Ridan kemudian masuk kedalam toilet perempuan.
Ridan pun hanya bisa pasrah dan menuruti perintah Maya untuk menunggu Maya di depan toilet perempuan. Menunggu di depan toilet perempuan membuat Ridan merasa risih melihat semua perempuan yang keluar dari toilet menyantapnya dengan tatapan mengintimidasi ditambah lagi dengan ekspresi mereka saat melihat wajah Ridan.
Seorang perempuan menghampiri Ridan dengan tatapan mengintimidasi. Ridan yang merasa ditatap seperti itu mendengus kesal dan mengerti maksud dari perempuan tersebut.
"Gue gak ngintip kalian!" sarkas Ridan.
Mendengar ucapan Ridan, sang wanita pun langsung pergi dari hadapan Ridan. Tak berselang beberapa lama, Maya pun langsung keluar dari toilet dengan membawa segelas air putih.
"Itu gak air kencing elo kan?"
Tanpa menghiraukan ucapan Ridan, Maya pun langsung mencelupkan ibu jari nya ke dalam air dan menghapus sisa lipstick yang menempel di bibir Ridan. Kini mereka berdua saling bertatapan satu sama lain.
Dengan jahil Ridan mengedipkan sebelah matanya dengan Maya.
Refleks Maya langsung menghentikan aktifitasnya membersihkan sisa lipstick yang menempel di bibir Ridan. "Enggak makan sama gue!"
"Yang benar?" goda Ridan pada Maya.
"Au ah... gak ada gunanya juga ngomong sama orang gila!" ketus Maya pergi meninggalkan Ridan.
"Tunggu dong beb," goda Ridan menyamakan langkah nya dengan Maya.
"Gue mau ke toko baju. Kalau lo mau duluan gak papa."
"Aku mau nya sama kamu enggak mau sama yang lain," goda Ridan mencuil pinggang ramping milik Maya.
Sumpah kalau bukan ditempat umum, rasanya Maya ingin teriak menahan malu atas perbuatan Ridan kepadanya yang menjadi pusat perhatian orang banyak.
"Lo diam atau gue habiskan semua uang lo!" ancam Maya.
Mendengar ancaman Maya, Ridan diam seribu bahasa. Bukan karena takut kehabisan uang, melainkan kali ini ia memang sudah kehabisan kata-kata.
"Lo yakin mau ikut gue?" Tanya Maya memastikan.
"Iya, Maya Astuti Ningsi."
Kemudian Maya pun berhenti pada sebuah toko yang menjual berbagai macam baju.
"Mau cari apa kak," sapa sang pelayan.
"Mau cari jodoh kak," ujar Ridan tanpa Rasa malu sekali pun.
Sedangkan Maya ia hanya bisa menahan malu melihat tingkah laku Ridan.
"Harap maklum ya mbak, temen saya ini memang ada gilanya."
"Gila gini lo suka kan," gombal Ridan.
Tanpa menghiraukan ucapan Ridan, Maya pun langsung masuk kedalam toko untuk melihat beberapa baju. Hampir semua baju yang ia lihat didalam toko, namun sayang tidak ada satu pun baju yang bisa memikat hatinya.
"Maaf ya mbak, kayaknya disini gak ada baju yang cocok deh."
"Iya enggak papa kak. Coba cek toko sebelah."
Kemudian Maya diikuti Ridan pergi ke toko sebelah untuk melihat baju yang cocok dengan Maya.
"Mau cari apa mbak?" sapa sang pelayan.
"Saya lihat dulu ya mbak."
"Silahkan mbak."
Kemudian Maya diikuti Ridan langsung masuk ke dalam toko baju untuk melihat beberapa baju yang cocok dengannya. Namun sayang tidak ada satu pun yang memikat hati Maya.
"Gimana mbak ada yang cocok?"
"Saya mohon maaf mbak kayaknya enggak ada yang cocok."
"Iya mbak gak papa."
Begitulah selanjutnya, hampir tujuh tokoh yang sudah dikunjungi oleh Maya namun tidak ada satu pun yang bisa memikat hati Maya.
Ridan yang merasa sudah letih mengikuti Maya pun langsung mendengus kesal. "Repot amat sih lo jadi cewek!"
Maya yang mendengar omongan Ridan langsung memutar bola matanya dengan malas. "Siapa suruh lo ikut gue!"
Kemudian Maya pun langsung berhenti ke toko delapan yang ia kunjungi.
"Enggak usah dilayani mbak! Dia enggak beli cuman mau liat doang," cerocos Ridan.
"Enggak usah didengar ya mbak. Teman saya ini stres!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)
Storie d'amoreApa yang ada di pikiran kalian tentang mantan? Pasti kebanyakan orang berpikir mantan itu adalah masa lalu yang tak perlu dikenang. Betul kan? Betul lah masa enggak :v Namun apa jadinya kalau kalian di pertemukan dengan mantan? Mungkinkah kalian aka...