8. Seorang Safira

83 31 3
                                    

***

1 Minggu kemudian

Satu minggu telah berlalu, dimana Safira ditempatkan magang di rumah sakit milik Ridan serta bekerja sama dengan Ridan. Hubungan mereka sangat akrab bisa dibilang bagaikan hubungan seorang kakak dan adek.

Hampir semua rahasia Ridan diketahui oleh Safira termasuk soal perjodohannya dengan Maya. Safira pun tak jauh berbeda, ia sangat terbuka dengan Ridan. Hampir semua rahasia ia ceritakan kepada Ridan.

Walaupun begitu, Ridan belum menemukan pasangan nya untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya. Sementara orang tuanya selalu menagih dan mengingatkannya. Sehingga terlintas di fikiranya untuk meminta bantuan kepada Safira.

Dengan langkah tergesa-gesa Ridan menghampiri safira yang berada di ruangannya. "Safira, nanti kalau sudah selesai kita ketemuan di kantin rumah sakit ya! ada yang harus gue omongin ke lo."

"Ngomongin apa kak? Emang disini enggak bisa?" Tanya Safira dengan heran.

"Enggak bisa. Pokoknya nanti kalau udah siap gue tunggu lo di kantin," ucap Ridan sambil pergi meninggalkan ruangan Safira.

***

Seorang pemuda sedang mengaduk mengaduk minumannya, pemuda tersebut terlihat sedang menunggu seseorang. Pemuda tersebut tak lain adalah Ridan. Ridan sedang menunggu Safira. Tak tau kenapa ia sangat gugup untuk bertemu dengan Safira.

Setelah hampir 15 menit menunggu, yang ditunggu pun datang. Safira datang menghampiri meja yang ditempati oleh Ridan.

"Udah lama nunggu kak?" tanya Safira sambil mengambil bangku yang berhadapan dengan Ridan.

"Lumayan."

"Maaf ya kak, soalnya tadi ada pasien yang harus dilayani," ucap Safira tak enak.

"Iya gak papa."

"Oh iya, tadi mau ngomongin apa?" Tanya Safira penasaran.

Ridan menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan. Tak tau kenapa kali ini jantung Ridan menjadi berdegup tak karuan.

Dengan menatap mata Safira, Ridan memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu prihal tentang Safira yang sangat privasi. "Kamu udah punya pacar atau belum?"

Safira menatap wajah Ridan seolah bertanya apa maksud dari semua ini?

"Belum. Emang kenapa kak?"

"Bentar. Mau minum dulu," ucap Ridan dengan jantungan yang tak karuan.

Setelah selesai minum Ridan menarik napa-napas dalam untuk meringankan detak jantungnya yang tak karuan.

"Kan gini... Lo tau kan, kalau orang tua gue itu mau menjodohkan gue, kalau gue enggak dapat pasangan selama 2 minggu? dan ini udah 1 minggu jadi..." ucap Ridan dengan menggantungkan ucapannya.

"Jadi apa kak?" Tanya Safira dengan menatap satu persatu mata milik Ridan.

Melihat Safira yang begitu serius membuat Ridan semakin menjadi semakin gugup.

"Kamu mau gak jadi pacar pura-pura aku?" tanya Ridan to the point'.

Mendengar ucapan Ridan membuat Safira sontak kaget. Dia bingung harus bagaimana antara nolak atau terima. Jujur dia masih memiliki perasaan ke Ridan. Namun, hati kecilnya mengatakan bahwa ia tak akan sanggup menerima status menjadi pacar pura-pura.

"Please, hanya lo yang bisa bantu gue," Ujar Ridan dengan memasang wajah yang memelas.

Melihat Ridan dengan wajah memelas membuat Safira semakin tak tega. Seolah ia mengesampingkan hati kecilnya.

"Iya deh kak." Senyum Safira mengembang dari sudut bibir mungilnya.

Mendengar jawaban Safira membuat Ridan kegirangan. Ia tak menyangka bahwa Safira akan memberikan jawaban seperti itu.

"Serius?" Tanya Ridan memastikan.

"Iya kak," ucap Safira.

"Terima kasih lo udah mau bantuin Gue," ucap Ridan dengan senyuman.

"Sama sama kak," ucap Safira sambil pergi meninggalkan Ridan dan menuju ke ruanganya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang