23

27.3K 1.6K 55
                                    

"Apa kamu yakin masih ingin bekerja dengan kondisi perutmu yang semakin besar?"

"Yakin Pak. Lagipula saya juga sudah bosan jika pulang kuliah hanya diam di apart saja."

"Kesehatanmu bagaimana Zeline? Sekarang usia kandunganmu sudah masuk 5 bulan." Sebenernya Andrew tidak masalah jika selama hamil Zeline tidak bekerja di caffee nya.

"Saya sehat Pak. Saya benar benar jenuh jika hanya berdiam diri seperti kemarin kemarin."

Andrew menghembuskan nafasnya gusar, Zeline cukup keras kepala untuk masalah seperti ini.

"Oke. Dengan 1 syarat."

Dengan wajah berbinar Zeline mengangguk, "syaratnya apa Pak?"

"Saya batasin jam kerjanya. Seminggu libur 2 hari. Kerja hanya 5 jam."

"Tapi Pak—"

"Kamu tidak perlu risau masalah gaji. Gaji kamu tetap normal seperti biasa. Tidak ada pengurangan sepersenpun!"

Zeline benar benar merasa bersyukur karena bos tempat dirinya bekerja sangat baik.

"Baik Pak. Saya benar benar berterimakasih." Tanpa sadar Zeline berlari ke arah Andrew dan langsung memeluk tubuh bosnya dengan erat.

"Makasih Pak Makasih!!!!" Zeline masih tidak sadar dengan dirinya yang masih memeluk Andrew.

"Sama sama." Andrew pun ikut membaas pelukan Zeline dengan sama eratnya. Dan detik itu juga Zeline baru sadar bahwa saat ini dirinya sedang memeluk Andrew.

"Khem Pak—"

"Ssttt. Biarkan seperti ini dulu Zeline." Andrew semakin memeluk Zeline erat namun tidak menekan perut buncitnya.

"Harum!" Andrew menelusupkan wajah tampannya di celuk leher Zeline. Aroma tubuh Zeline membuat dirinya menjadi lebih tenang.

Sedangkan sang empu yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mengulum senyum dengan jantung yang berdetak dengan cepat.

Ditempat lain..

Ansel baru saja keluar dari kelas, mata kuliah hari ini benar benar menguras otaknya. Kalau bukan sebentar lagi dirinya akan masuk ketahap membuat skripsi sudah dipastikan hari ini Ansel akan bolos dimata kuliah itu.

Drt drt drt

Bunda is calling...

"Hallo anak ganteng." Sapaan dari Bundanya membuat hati Ansel menghangat.

"Hallo Bunda. Tumben telpon Ansel?" Ansel melenggang ke arah parkiran mobil. Dirinya sudah sangat penat jika terus terusan berada dikampus.

"Bisa jemput Bunda?"

"Bisa Bunda. Tapi kok tumben banget. Ada apa hm?"

"Bunda mau ke caffee tempat pasien Bunda kerja sayang. Kamu inget kan pasien Bunda yang sedang hamil itu?"

"Hah?! Ansel gak salah denger Bund?"

"Loh kenapa kaget sayang? Udah kamu kesini ya? Bunda tunggu di lobi. Jangan ngebut ngebut nyetir mobilnya."

Tut

Ansel menyenderkan tubuhnya di jok kemudi. Pikirannya melayang beberapa bulan yang lalu saat Bundanya mengenali Ansel pada Zeline saat dirumah sakit.

Drama apa lagi hari ini?

Ansel tidak ingin Bundanya tau bahwa Zeline perempuan di masalalunya.

VOMENT PLEASE

DAN JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG BARU YA

DAN JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG BARU YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang