"Bunda...." Ansel sudah tidak tahan terus-terusan di diamkan bundanya kurang lebih satu bulan. Sejak kejadian dimana bunda nya tau semua perilaku bejatnya terhadap Zeline dan mulai saat itu pula bundanya tidak pernah mengajak dirinya bicara seperti dulu. Tidak ada kehangatan yang diberikan bunda terhadapnya bahkan sudah tidak ada tatapan hangat yang bundanya berikan. Ansel frustasi harus menghadapi hal ini terus menerus. Andai saja dirinya tidak terjebak dengan taruhan konyol David ini semua tidak akan terjadi.
"Bund-–" Ansel menarik pergelangan tangan bunda nya yang sudah terlihat keriput.
"Maafin Ansel, bunda–" Ansel semakin erat menggenggam tangan bundanya agar tidak dilepas. "Ansel tau ini semua salah, Ansel sadar seharusnya Ansel tidak melakukan ini semua terhadap Zeline. Ansel sudah terjerumus permainan konyol David dan bodohnya Ansel tidak sadar akan hal itu. Maafin Ansel bunda maafin Ansel." Detik itu juga Ansel langsung berlutut dan menangis dihadapan kaki bundanya.
Mati-matian bunda menahan agar tidak luluh dengan sikap Ansel namun tetap saja hati nuraninya tidak bisa menolak ketulusan yang diberikan Ansel padanya.
"Bangun nak–" bunda menarik tubuh Ansel dan kini keduanya bertatapan.
"Maafin Ansel ya bunda? Bunda mau dukung Ansel untuk minta maaf dengan Zeline kan?" Ansel benar-benar serius mengatakan hal ini, sebelum semuanya terlambat Ansel harus meminta maaf langsung dengan Zeline apalagi hingga saat ini dirinya tidak tahu perkembangan kandungan Zeline. Sekarang Ansel sudah tidak ragu lagi bahwa anak yang ada di dalam kandungan Zeline adalah benar-benar darah dagingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
Romantizm"Aku hamil" ucap Zeline dengan wajahnya yang menunduk, Zeline tidak berani melihat mata tajam Ansel "Hamil?" Kekeh Ansel "Iya aku hamil anak kamu Ansel" suara Zeline cukup pelan karena dirinya tidak ingin jika penghuni Caffe bisa mendengar Ansel...