"Gak tau, gue nyaman."
🍃🍃🍃
"Kok tumben gak banyak orang ya?"
Tanya Kamu saat sekarang sudah berada di taman bersama dengan Asahi yang lempeng.
Asahi hanya mengamati sekitaran taman itu, lalu duduk di salah satu kursi yang kosong. Kursi taman itu cuma muat dua orang, posisinya menghadap ke danau buatan yang dimana airnya jernih banget.
"Ngapain lo?"
Kamu yang niatnya mau duduk langsung terhenti dan noleh sebentar ke Asahi.
"Menurut lo nyet?"
"Canda, baperan."
Kata Asahi setelahnya. Kamu mengangkat bibir Julid terus duduk di samping Asahi.
"Gue boleh nanya sesuatu gak ke elo?"
"Apa?"
"Kok lo dingin? Sementara adek lo bawel?"
"Perlu banget dijawab?"
"Ya gak juga si."
"Ya udah."
Kamu merengut. Sementara Asahi tersenyum tipis dalam diam, melihat Kamu yang selalu berkespresi begitu jika berbicara dengan Asahi.
"Emang gue dingin ya?"
Kamu menatap Asahi antusias.
"Sumpah! Lo tuh, gak bisa di omongin pake kata-kata lagi nyet! Kenapa sih lo kok bisa dingin gini? Oh iya, katanya sebelum sedingin ini lo pernah-
"Sehangat mentari pagi?"
Asahi menatap Kamu. Kamu yang nganga itu tertawa, "Sumpah, bengek banget gue denger fakta itu."
"Tapi itu bener."
Kamu menghentikan tawa lalu menatap Asahi lebih lekat lagi.
"Terus kenapa lo bisa jadi dingin kek gini?"
"Mama meninggal."
Kamu menutup mulut kaget. Mata Kamu benar-benar membulat mendengar itu.
Jujur, Kamu itu takut banget sama kehilangan. Kehilangan itu awal dari sesuatu yang hening, gelap dan dingin. Itulah alasan mengapa Kamu menjadi pribadi yang ceria.
"Hari-hari lo.. pasti..
"Berat? Awalnya iya, tapi gue berusaha."
Asahi terlihat menatap danau. Matanya sendu, tunggu, Kamu mengernyitkan dahi, ini bener Asahi yang lempeng itu?
"Gue gak mau lo nginget hal ini lagi. Itu pasti membangkitkan rasa sakit di ruang fikiran lo."
Asahi tersenyum tipis, masih menatap danau itu dengan mata yang sendu. Sepertinya berusaha menetralkan rasa sakit. Kamu faham itu, karena Kamu juga pernah merasakan kehilangan, kehilangan Micin, kucing kesayanganmu.
"Sabar ya, hehe."
Kamu menepuk lembut bahu Asahi. Bahkan mengelusnya perlahan, membuat Asahi menoleh dan menatap Kamu agak lama.
"E-eh so-sorry, keganggu ya?"
Kamu menarik lagi tangan Kamu, namun tangan Asahi ternyata lebih dulu satu detik menggenggam tangan Kamu.
Kamu dibuat ternganga lagi, Asahi mengenggam tangan Kamu, bahkan lebih erat.
Mata Asahi kembali menatap danau. Detik setelahnya hening yang Kamu dapatkan. Kamu masih senantiasa natap Asahi dari samping.
Rambutnya sedikit bergoyang karena angin sepoi. Hati Kamu berdesir, senyuman tiba-tiba terlukis di bibir Kamu.
"Kenapa lo?"
"Gak tau, gue nyaman."
Kamu terlelap ke alam bawah sadar Kamu. Dengan mata yang masih bisa melihat dengan jelas itu, wajah Asahi seperti sesuatu yang menerangi mata Kamu.
"Hah?"
"Eh anjir."
Kamu tersadar lagi, cepat-cepat melepaskan tangan dari genggaman Asahi. Asahi yang melihat itu tersenyum, always tipis.
"Jadi temen gue terus, mau kan?"
Asahi menatap Kamu tulus, Kamu bisa merasakan itu.
"Tapi janji gak nyebelin?"
Asahi terkekeh, lalu mengangguk, "Iya."
"Temenan juga sama Jaehyuk ya?"
Raut wajah Asahi datar lagi, "Kenapa?"
"Dia sahabat gue dari kecil."
Kamu tersenyum, berharap Asahi menerima Jaehyuk juga. Asahi yang melihat senyum Kamu pun hanya bisa mengangguk.
Entahlah, Asahi merasakan sesuatu yang tidak bisa di ekspresikan. Rasanya seperti takut kehilangan.
"Makasih."
"Oke."
Detik selanjutnya, hening lagi.
"Sa?"
Asahi menatap Kamu yang menatap danau.
"Gue gak nyangka, ternyata hening itu gak se menakutkan yang gue kira."
Asahi tersenyum tipis menanggapi perkataan Kamu. "Karena terkadang, hanya dalam keheningan, setiap manusia bisa berfikir dengan jernih."
🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin
Fanfiction"ASAHI! WOI!" "SAHI YA!" "ASAHI?! BUDEG YA LO?" "SA?" "IH SERIUS CAPE BANGET GUE NGOMONG SAMA LO!" Akhirnya cowok itu noleh lalu tersenyum simpul. "Apa?" Ini tentang Asahi, si cowok yang dingin sedingin es di kutub sana. Tidak sengaja di pertemukan...