delapanbelas

602 156 32
                                    

"Dunia itu berputar, jadi santai aja."

🍃🍃🍃

"Mama! Jangan tinggalin Sahi sama Hwan!"

Asahi kecil terlihat begitu menyedihkan. Dia menangis keras sambil menggenggam tangan adiknya, Junghwan yang hanya bisa diam melihat semuanya.

Junghwan terlalu kecil untuk mengerti semuanya.

"Sahi.. udah.. jangan nangis."

"Gak mau, Sahi mau Mama bangun lagi!"

"Sahi.."

Asahi kecil menangis lagi sambil memeluk tempat peristirahatan terakhir Mama nya. Wajahnya kusut, baju nya di penuhi oleh tanah sebagian.

"Sahi, ayo pulang. Kasian adik Kamu, bentar lagi hujan."

Asahi kecil tetap bersikeras untuk duduk di dekat tempat peristirahatan Mama nya.

Awan siang ini terlihat agak hitam, siap menurunkan hujan. Seakan tau apa yang dirasakan dan menimpa Asahi, detik demi titik air hujan itu mulai menyapa Asahi.

"Sahi.."

"Gak mau!"

Papa nya tak ada pilihan lain, Ia cepat-cepat membawa Junghwan masuk ke dalam mobil untuk berteduh.

Sedangkan Asahi? Hanya terdiam. Membiarkan dirinya terguyur oleh Hujan.

"Mama, kenapa Mama pergi?"

7 tahun berlalu sejak saat itu.

Asahi melihat jelas Papa nya memukul Junghwan. Dia cepat-cepat melindungi Junghwan, memeluknya.

"Berhenti Pa!"

"Kalian bisanya cuma jadi beban buat Papa!"

"Pa.. maafin Hwan, Hwan gak bermaksud buat bikin Papa malu di sekolah karena kelakuan Hwan."

"Papa masukin kamu ke sekolah itu buat belajar! Bukan buat berkelahi!"

"Hwan gak salah Pa, dia yang justru di ganggu."

Papa tersenyum tipis melihat Asahi yang menatap nya tajam.

"Peduli apa kamu sebagai Kakak? Selama ini kamu hanya diam, kamu selalu menghindar. Begitu bukan?"

Asahi terdiam memeluk Junghwan. Junghwan balas memeluk Asahi.

Dari sana, Asahi merubah sifat dan sikap nya. Tidak ada lagi Asahi yang hangat, Asahi yang peduli dan Asahi yang aktif.

Asahi membenci Papa nya. Fikiran negatif Asahi membawa nya berfikir, bahwa Mama nya meninggal karena Papa nya.

"Nangis aja nyet, gakpapa. Gue disini kok buat nemenin lo."

Kamu menatap danau itu dengan tatapan sendu. Seakan merasakan apa yang Asahi fikirkan, padahal dari 10 menit yang lalu, hanya ada hening di antara mereka.

"Gue gak sedih."

"Pffftt.. Asahi bukan hanya seorang es batu, tapi juga gengsian, cuih."

Asahi menarik kepalanya dari pundak Kamu. Kamu yang menyadari itu hanya menatap Asahi.

"Makasih ya."

Asahi menatap Kamu, terus senyum.

Kamu yang mendapat perlakuan begitu cuma cengo, "Makasih buat apa?"

"Dengerin gue."

Kamu lebih cengo lagi, perasaan tadi Asahi gak cerita deh.

"Iya, santai aja nyet."

Kamu gak mau memperpanjang itu, jadi ya iya in aja lah biar cepet. Tapi emang Asahi tuh kek nyerita gitu lho, cuma dari hati ke hati. AZEK

"Gue suka sama lo."

Hari ini, jantung Kamu berdebar lagi. Asahi tersenyum lagi.

"Gue juga."

Kata Kamu. Kamu lalu menatap Asahi.

"Sebagai teman."

Tambah Asahi yang langsung di jawab oleh ekpresi melotot Kamu.

Sial, Kamu malu. Kamu kira, Kamu kira..

"Kenapa?"

Tanya Asahi. Asahi bingung karena Kamu terlihat melotot dan kesal.

"Engga papa, hehe."

Jawab Kamu terus nyengir.

Asahi terkekeh, tangannya mengacak pelan puncak kepala Kamu.

Dalam hati Kamu bertanya berpuluh-puluh kali,

Ini, Asahi kan? Kok soft banget?

🍃🍃🍃

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang