duapuluhtujuh

510 131 41
                                    

"Sedikit-sedikit aja, lama-lama juga nanti jadi bukit."

🍃🍃🍃

"WELCOME ABANG ASAHI."

Asahi masuk dengan wajah yang suram. Lebih suram dari biasanya. Junghwan yang lagi nonton TV so-so an nyambut tapi gak di peduliin sama Asahi.

"Bang lo kenapa? Kok muka lo kusut?"

Junghwan tau, abangnya itu memang berwajah datar, tapi karena terlalu lama Junghwan tinggal sama Asahi, Junghwan tentunya tau mana wajah Asahi yang memang tidak apa-apa dan wajah Asahi yang ada apa-apa.

Asahi cuma jalan gontai, menuju kamarnya di lantai dua. Junghwan yang melihat itu cepat-cepat mematikan TV lalu berniat menyusul Asahi.

"Bang, cerita dong, jangan diem gitu."

Saat sudah sampai di kamar, Asahi mulai membuka hoodie yang di pakainya, menyisakan kaos putih polos ditubuhnya.

Sementara Junghwan yang ngikutin ngerebahin badannya di ranjang Asahi.

"Muka lo kek muka-muka cinta bertepuk sebelah tangan gue pikir-pikir."

Asahi yang mendengar perkataan Junghwan sontak menoleh ke Junghwan. Junghwan tau dari mana? Junghwan cenayang?

"Lo tau darimana?"

Junghwan menatap Asahi, lalu tertawa heboh sambil tepuk tangan. Sementara Asahi ikut duduk di ranjang dan menatap Junghwan.

"Anjir! Beneran lo? Bertepuk sebelah tangan? Sama si Kakak yang waktu itu kesini ya?"

Junghwan langsung inget ke wajah Kamu. Seingat Junghwan, tidak ada lagi perempuan yang pernah datang ke rumah ini selain Kamu.

"Iya."

Asahi ngangguk sambil matanya menatap Junghwan. Sementara Junghwan menahan tawa, mencoba menghargai kemenderitaan Asahi.

"Emang gimana?"

Tanya Junghwan.

"Dia suka sama orang lain Hwan."

Jawab Asahi.

Hanya itu yang ada di pikiran Asahi dari tadi pas pulang jogging.

"Gue kira si Kakak itu sukanya sama lo, soalnya gue perhatiin matanya pas natap lo kek gimana bang, ya meski keliatannya dia galak gitu si."

Asahi menatap Junghwan. Benar, Asahi selama ini tidak pernah memperhatikan bagaimana cara Kamu menatap Asahi.

"Gue gak neliti sih."

"Yaah, bodoh banget si lo- EH EH AMPUN IYA-IYA ENGGA KOK GAK BODOH, CANDA."

Junghwan sungkem-sungkem pas Asahi melototin dia.

"Tapi kalo emang lo udah yakin dia gak suka sama lo, ya udah aja si bang. Jangan dipikirin, cewek banyak kok, lo masih bisa milih."

"Milih-milih, lo kira baju?"

Junghwan hanya tergelak, terus tangannya ngegenggam tangan Asahi. Asahi yang digenggam cuma natap Junghwan aneh.

"Jangan sedih ya bang, kalo lo sedih gue juga ikut sedih."

Habis mengatakan itu Junghwan meluk Asahi, erat banget. Asahi sampe geli karena di peluk Junghwan.

"Junghwan sayang sama abang."

De javu.

Junghwan mengatakan itu dulu, saat mereka masih sama-sama di bangku sekolah dasar.

Hari itu Junghwan jatuh karena berlari-lari, terus Asahi panik dan ngobatin luka Junghwan. Respon Junghwan meluk Asahi, terus ngungkapin kata-kata yang sama kek tadi.

Asahi ngacak pelan rambut Junghwan, bagaimanapun Junghwan itu adiknya, adik yang cuma ngerasain sedikit kasih sayang mama nya.

"Mong omong, jangan senyum gitu bang, gue jadi ngeri anjir."

Junghwan ngelepasin pelukannya terus nabok muka Asahi yang polos natap Junghwan sambil senyum.

Asahi yang ditabok cuma nyentil kuping Junghwan tanpa perasaan. Junghwan cengar-cengir.

"Tapi bang, gue pikir, kenapa lo gak coba deketin si Kakak itu aja?"

"Gue gak bisa."

"Yaelah, cuma perhatian aja udah, terus kalo bisa banyakin senyum tuh, jangan datar aja muka lu."

Asahi mencerna kata-kata Junghwan. Benar, Asahi terlalu kaku, selain itu dia terlalu lelah jika harus tersenyum sepanjang hari.

"Sedikit-sedikit aja, lama-lama juga nanti jadi bukit. Siapa tau, si Kakak itu bisa kepincut. Lo kan lempeng-lempeng gini juga ganteng Kak, keren, pinter terus wa-

Tangan Asahi nutup mulut Junghwan yang suka bawel kalo udah ngomong. Sementara Junghwan akhirnya diem karena mulutnya di tutup sama tangan Asahi.

"Bawel lo."

Mata Asahi menukik tajam menatap Junghwan yang sekarang manyunin bibirnya.

"Tapi sayang kan? Ututututu."

Junghwan nyubitin pipi Asahi, Asahi yang dicubitin ngegeplak bahu Junghwan kasar.

"Diem atau gue usir dari rumah ini?"

🍃🍃🍃

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang