"Tidak semua kata harus di ungkapkan."
🍃🍃🍃
"Asahi mana Hwan?"
Junghwan yang sebelumnya ngeliatin Handphone langsung mengedar saat Papahnya menanyai keberadaan Kakaknya.
"Kayaknya di kamar deh Pah,"
Junghwan beranjak dari rebahannya dan menyimpan Handphone itu di meja yang terletak di depannya.
"Mau Hwan panggilin?"
Papah mengangguk, "Iya, boleh Hwan."
Tanpa kata lagi, Junghwan langsung melangkahkan kakinya berniat ke kamar Asahi di lantai 2.
"Eh Bang."
Asahi menatap Junghwan yang menghentikan langkahnya tiba-tiba.
"Apa?"
"Ditanyain Papah."
Asahi memutar bola matanya malas. Langkahnya santai, menghampiri Papahnya yang tengah santai juga membaca koran.
"Apa pah?"
Tanya Asahi saat sekarang dia sudah berada di hadapan Papahnya.
"Udah makan? Sini, duduk. Ngobrol sama Papah."
Papahnya menepuk sofa yang ada di sampingnya.
"Sahi mau keluar."
"Sahi, Papah cuma punya waktu sedikit buat kalian. Papah kangen banget sama anak-anak Papah."
"Sahi juga ada urusan."
"Ini kan hari Minggu, kamu ada urusan apa Hari libur gini?"
"Emangnya apa peduli Papah?"
"Sahi.."
"Bang."
Junghwan menggenggam pergelangan tangan Asahi. Asahi yang mendapat perlakuan seperti itu malah melepas genggaman tangan Junghwan.
"Sahi pamit."
Tanpa kata lagi, entah diizinkan atau tidak, Asahi tidak peduli. Dia tak suka Papahnya ada dirumah, dia juga tak suka harus berpura-pura bahagia, dia benci kepalsuan.
"Hwan susulin ya Pah?"
Papah menggeleng, "Gak usah Hwan, dia memang seperti itu."
Junghwan akhirnya hanya bisa diam, bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman lalu kembali duduk di samping Papahnya.
Sampai sekarang, hal yang tidak pernah Junghwan mengerti adalah kenapa Asahi begitu membenci Papah.
***
Kamu berjalan menyusuri jalanan, keluar dari komplek perumahan Kamu. Menuju taman, menemui Asahi.
Iya, Asahi barusan nelpon Kamu dan minta di temui di taman biasa. Entah ada apa, Kamu cuma bisa menurutinya, karena begitu-begitu juga Asahi pernah baik ke Kamu.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Kamu sampai di taman itu. Matamu mengedar mencari sosok manusia es, alias Asahi.
Itu dia, Asahi duduk di tempat biasa yang sebelumnya kalian pun pernah duduk disana. Tanpa lama lagi, Kamu langsung menghampiri Asahi.
"Udah lama ya nyet?"
Tanya Kamu terus duduk di samping Asahi.
Asahi yang sebelumnya tengah melamun pun mengangguk, "Iya."
"Sorry, hehe."
Kata Kamu terus natap wajah Asahi.
Asahi yang di tatap wajahnya mengernyitkan dahi bingung.
"Biasa aja muka lo!"
Kamu mengusap wajah Asahi asal. Asahi menyingkirkan paksa tangan Kamu yang barusan ngusap wajah Asahi.
"Lo yang ngeliatin gue."
"Ge-er banget lo. Orang gue gak sengaja ngeliatnya."
"Dih, salting."
"APASI LO NYET?!"
Kamu ngegebukin punggung Asahi tanpa perasaan. Ini Kamu kenapa si?
"Tuhkan salting."
"Bacot lo, ngapain lo nyuruh-nyuruh gue buat kesini?"
"Pengen aja."
Kamu menghela nafas kasar, cape banget emang ngomong sama Robot macam Asahi.
"Gak jelas lo. Atau jangan-jangan lo kangen ya sama gue? Ngaku lo!"
Kamu noel-noel lengan Asahi. Sok sok menggoda manusia es itu, Asahi yang di perlakukan seperti itu lebih mendatarkan wajahnya.
"Gue pengen cerita, tapi gak bisa."
Kata Asahi tiba-tiba. Raut wajahnya terlihat berubah menjadi sedih.
Kamu yang sebelumnya cengangas-cengenges berubah menjadi serius.
"Kenapa? Cerita aja, gue dengerin kok."
Asahi menggeleng perlahan, "Gue boleh pinjem pundak lo?"
Kamu melotot, tidak mengerti maksud Asahi.
🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin
Fanfiction"ASAHI! WOI!" "SAHI YA!" "ASAHI?! BUDEG YA LO?" "SA?" "IH SERIUS CAPE BANGET GUE NGOMONG SAMA LO!" Akhirnya cowok itu noleh lalu tersenyum simpul. "Apa?" Ini tentang Asahi, si cowok yang dingin sedingin es di kutub sana. Tidak sengaja di pertemukan...