empatpuluh

552 118 26
                                    

"Papa dimata kalian itu sosok yang seperti apa?"

🍃🍃🍃

"Sahi, kamu abis darimana aja hm?"

Asahi baru nginjakin kakinya di Rumah. Pulang sekolah tadi, dia mampir dulu ke taman sampai sore begini. Dia mikirin Jaehyuk sebenarnya, setiap perlakuan Jaehyuk ke dia, Asahi juga baru inget kenapa Jaehyuk sekarang kesannya kayak ngehianatin omongannya pas waktu itu.

Dulu dia kayak nge ikhlasin Kamu buat jadi pacar Asahi, terus sekarang tiba-tiba ngancem sambil mengaruhin Kamu. Asahi bingung, tapi dia tidak mau membuang waktu.

"Sahi. Jawab dulu pertanyaan Papah!"

Papah mulai menaikan nada suaranya ketika Asahi yang sebelumnya di tanya tapi tidak menjawab.

"Apa?"

Papah menatap Asahi, beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri Asahi. Junghwan yang sebelumnya ada di kamar pun keluar, karena mendengar suara Papah yang tinggi, memenuhi ruangan rumahnya.

"Jujur, Papah cape kamu kayak gini terus."

"Papah cape? Aku lebih cape."

Asahi menatap mata Papahnya. Papah yang mendengar perkataan Asahi malah semakin frustasi.

"Mau kamu itu apa sebenarnya? Kamu selalu menutup diri dari Papah. Papah cuma ingin di hargai sama kamu."

"Mau di hargai? Berapa? Sahi cuma punya uang sep-

PLAK

Asahi terhuyung, terjatuh menyentuh lantai akibat tamparan yang Papah berikan tepat di pipinya. Junghwan yang melihat itu cepat menghampiri Asahi, "Bang.."

"SAHI MAU MAMA HIDUP LAGI!"

Dengan tangan yang masih menyentuh pipi, Asahi berteriak. Luka yang selama ini dia sembunyikan terbuka kembali, terasa perih ketika mengingat Mamanya.

"Papah kira Sahi bodoh? Sahi tau kenapa Mama meninggal, Sahi tau kenapa Mama ketabrak. Itu semua karena kelakuan laki-laki bangsat yang berniat buat ninggalin rumah!"

Papah melotot menatap Asahi, tidak percaya. Junghwan pun sama melototnya, jadi saling melotot ya guys, tapi gak sampe keluar kok matanya.

"Berani-beraninya kamu.."

"Papah sadar gak? Dulu Papah yang ngebuat Sahi jadi tertutup, secara tidak langsung! Perlakuan Papah ke Junghwan juga yang ngebuat Sahi benci sama Papah!"

Junghwan menatap Asahi, abangnya yang sekarang terlihat berembun di pelupuk matanya. Satu pertanyaan yang selalu Junghwan tanyakan di hatinya sudah terjawab; Asahi benci Papah karena sayang sama Junghwan.

Papah terdiam, merasa memang semua itu kelakuannya. Asahi menghela nafasnya berat, dia tidak boleh terlihat lemah, "Ngga sadar kan? Makanya sampe sekarang masih aja kayak gitu kelakuannya. Merasa paling benar dan paling kaya karena ngehidupin Sahi sama Junghwan."

Asahi beranjak, tangannya menggenggam tangan Junghwan, "Kalo Papak kayak gitu terus Sa-"

"Sahi, Papah minta maaf."

Asahi terdiam, kata-kata itu yang dia harapkan dari Papahnya. Sekarang, baru terucap dari bibir Papahnya. Padahal Asahi pengennya dulu.

"Gak usah minta maaf kalo gak ikhlas."

Asahi ngelangkahin kakinya, tangannya masih ngengenggam tangan Junghwan. Papah yang melihat Asahi berniat menuju ke kamarnya hanya menghela nafas.

"Maafin Papah Sahi, kamu pasti tertekan dari dulu."

Biarkan Papah Asahi bercerita guys..

Jadi dulu, saat Mama Asahi meninggal dengan cara yang mengenaskan. Benar kata Asahi, Mamanya meninggal dan tertabrak karena berusaha menahan Papah untuk tidak meninggalkan rumah. Kalau saja dulu Papah tidak melakukan hal ceroboh itu, Maka mungkin Mama Asahi masih hidup sampai sekarang dan bahagia bersama.

Itu adalah hal paling ceroboh yang Papah Asahi lakukan. Papah Asahi selalu merasa terpuruk dan bersalah. Tanpa Asahi teriakan pun, Papahnya sudah sangat tau kalau itu semua memang sebabnya.

Saat itu, ekonomi keluarga sangat buruk. Papah dan Mama Asahi sering bertengkar satu sama lain, cekcok karena merasa semuanya sulit untuk dibeli. Entah itu kebutuhan pangan, sandang dan yang lainnya.

Papah sudah ada kerjaan sebenarnya, namun karena Papah merasa tidak puas dengan gaji dari kerjaan tersebut, jadi dia memutuskan untuk pergi merantau ke tempat yang lebih jauh. Mama Asahi tidak menyetujui itu, Mama Asahi memikirkan Asahi dan Junghwan kecil, ia masih sangat butuh bantuan dari suaminya untuk merawat anak mereka sampai benar-benar besar. Selain itu, Mama Asahi sama sekali tidak mempermasalahkan gaji yang didapatkan dari kerjaan Papah Asahi. Mama Asahi sangat bersyukur dan uang itu bisa dihemat atau bahkan di tabung.

Papah Asahi tidak suka karena ketidak setujuan Istrinya, maka dari itu. Tepat saat Malam dimana kecelakaan terjadi, ia berusaha pergi tanpa memikirkan lagi istri dan anak-anaknya.

Papah menghela nafas berat, ia juga menyadari akan perlakuannya terhadap Junghwan dan Asahi dulu. Perlakuannya yang terlalu keras dan seakan-akan membuat Asahi dan Junghwan menjadi bonekanya. Papah ingin Asahi dan Junghwan seperti kemauannya, tanpa sedikitpun bertanya apa yang di mau oleh Asahi ataupun Junghwan.

Papah benar-benar salah dan sekarang ia bingung harus bagaimana memperbaiki hubungan keluarga kecilnya itu.

***

"Bang.."

Junghwan sekarang natap Asahi yang lagi duduk di sofa yang deket jendela. Jadi Asahi lagi bertengger guys.

BERTENGGER.

Ampun deh, cape.

Natap ke arah luar, keknya lagi nahan nangis. Dia gak mau keliatan lemah di mata Junghwan soalnya.

"Kalo mau nangis, nangis aja Bang. Gue juga pengen nangis sebenernya, tapi nunggu bang Sahi nangis duluan aja."

Junghwan nundukin kepalanya, sekarang posisinya duduk di ranjang Asahi. Asahi menoleh, menatap Junghwan.

"Lo kalo mau nangis, nangis aja sendirian. Jangan ajak-ajak gue anjir."

Asahi tetaplah Asahi yang kejam. Junghwan yang denger itu malah beneran nangis. Asahi melotot menyadari itu, terus buru-buru nyamperin Junghwan dan duduk di sampingnya.

"Lo kok beneran nangis si Hwan?"

Tanya Asahi.

Tangannya ngerangkul Junghwan dari samping. Bahu Junghwan naik turun karena mengatur nafasnya yang lagi nangis.

"Hwan pengen Bang Sahi sama Papah baikan, terus kita hidup bahagia."

Nada Junghwan bergetar, Asahi yang ngedenger itu malah terkekeh.

"Iya, nanti gue baikan sama Papah."

🍃🍃🍃

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang