duapuluh

607 151 34
                                    

"Jangan pergi terlalu jauh ya? Nanti sulit buat pulang lagi."

🍃🍃🍃

Jaehyuk menundukan wajahnya dalam-dalam. Angin sepoi di taman itu terasa dingin dan mengganggu Jaehyuk. Dia benci dingin juga sepi.

Sama halnya seperti Kamu, Jaehyuk menganggap Kamu itu segalanya. Cahayanya, gelapnya, senangnya juga sedihnya.

Tentu Jaehyuk punya alasan mengapa dia begitu membenci dingin dan segala hal yang sepi menurutnya, karena itu mengingatkan dia ke masa lalu.

Masa lalu yang dimana, seorang anak ditemukan dalam sebuah kardus di tepi danau itu. Iya, danau yang sekarang berada di hadapan Jaehyuk.

Danau luas yang selalu membuat semua orang tenang ketika menatapnya itu merupakan sesuatu yang menjadi tempat masa lalu Jaehyuk.

Jaehyuk mau nangis, tapi dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi memikirkan masa lalu nya. Dan satu hal, Kamu pasti tidak akan suka.

"Ma, Pah, Jaehyuk pengen ketemu."

Jaehyuk berusaha mengubah tangis itu menjadi senyuman. Senyuman khas nya. Senyuman yang selalu menatap Kamu penuh arti.

"Jaehyuk yakin Mama sama Papah gak seperti yang Jaehyuk pikirin. Mama sama Papah ngebuang Jaehyuk bukan karena benci kan? Pasti ada alasan."

Mata Jaehyuk menatap kosong ke arah danau itu.

Jaehyuk itu, anak yang dibuang. Mama dan Papahnya mempunyai alasan tertentu, Jaehyuk tentu tidak tau karena dia masih bayi.

"Kalaupun begitu, Jaehyuk seneng karena di pertemukan dengan orang-orang baik yang tulus sayang sama Jaehyuk, membesarkan dan mera- ah anjir."

Jaehyuk tidak melanjutkan kata-katanya. Hatinya tidak tahan menahan semua itu, ia hanya bisa mengumpat, berharap umpatan itu mengalihkan suasana hatinya yang sekarang sedang campur aduk.

"JAEHYUK!"

Jaehyuk terkejut, cepat-cepat menoleh ke sumber suara di belakangnya.

Itu Kamu, berdiri dengan tubuh yang masih di balut dengan baju seragam sekolah. Mata Kamu merah, bekas nangis di jalan tadi.

"Mi? Kok kesini?"

Jaehyuk beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Kamu yang sekarang wajahnya sudah tidak bisa di ekspresikan lagi.

Antara, sedih, kesel, marah, khawatir, takut, pasrah, asin, manis, asam, pahit, campur aduk pokoknya kek Siomay nya Mang Juned di sekolah kalo di bumbuin.

Kamu hanya menatap Jaehyuk, Kamu gak sanggup lagi buat berkata-kata, Kamu kesel sama Jaehyuk karena pergi dari rumah gak bilang-bilang. Kamu kan jadi opertingking.

Tapi meskipun begitu, Kamu lega, karena sekarang Jaehyuk benar-benar berada di hadapan Kamu. Masih utuh.

"Mi? Lo nangis? Hahaha."

Jaehyuk ketawa receh saat berhasil meneliti mata Kamu juga bekas airmata yang masih terlihat membasahi pipi Kamu.

Kamu masih dalam posisi tadi, menatap Jaehyuk dengan tatapan yang serius.

"Mi.. eh-"

Jaehyuk terdiam saat Kamu melakukan aksi yang tidak terduga.

"Lo kalo mau kemana-mana tuh ngomong kek, chat kek, vn kek, vc kek, atau apapun. Jangan ilang-ilangan kek tadi."

Jaehyuk tersenyum sesaat setelah mendengar nada bicara Kamu yang pelan. Jaehyuk benar-benar menangkap jelas ada nada khawatir disana.

Tanpa ragu, Jaehyuk membalas pelukan Kamu. Pelukan sahabat yang saling menyayangi satu sama lain. Atau ada maksud tertentu? NGAHAHAHHA

-Author ganggu banget sumpah, ngerusak suasana anjir.

"Gue gak mau lo kenapa-napa."

Kata Kamu lagi. Menepuk-nepuk punggung Jaehyuk.

Jaehyuk tertawa, "Maaf ya Mi, lagian tadi bosen sih di rumah, jadi kesini."

"Sakit tuh diem di rumah, bukan malah jalan-jalan."

Kini Kamu memukul punggung Jaehyuk. Jaehyuk ketawa lagi, "Iya siap, sarimi isi duakuuuu."

Kamu yang denger itu ikutan ketawa receh. Sambil geplak-geplak punggung Jaehyuk.

Sarimi isi dua anjir.

Isi dua.

Enak nya pas nyampe di kerongkongan!

-Author di bayar berapa ngiklanin sarimi? Kurang tau ya, karena dia gila.

"Sabar Sa.."

Itu Junkyu yang ngomong.

Lah?

Agak jauh di tempat yang tidak terlihat oleh Kamu dan Jaehyuk, ada Asahi dan Junkyu yang sekarang lagi menyaksikan ke uwuan yang baru saja terjadi.

Iya, Asahi tadi niatin buat ngikutin Kamu. Gak ngajak Junkyu, tapi karena Junkyu pengen ikut dan Asahi gak tega buat nolak jadi dia izinin Junkyu ikut.

"Mereka emang saling suka ya keknya?"

Junkyu menatap Asahi sambil ngangguk-ngangguk. Merasa kasihan dengan sahabatnya itu, terlihat miris.

"Cuma saling suka, belom nikah. Itu tandanya masih bisa di tikung."

Asahi balas menatap Junkyu, Junkyu yang berharap mendapat pujian karena sudah mendukung Asahi itu menyeringai, menanti apa yang akan Asahi katakan.

"Bego."

Junkyu pun cemberut.

🍃🍃🍃

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang