sembilanbelas

540 149 32
                                    

"Masalah dan cara menanggapi setiap orang itu berbeda. Jangan salahkan apapun."

🍃🍃🍃

"Lho? Jaehyuk kemana?"

Saat masuk kelas, Kamu celingak-celinguk mencari keberadaan Jaehyuk.

"Lah? Gue kira lo barengan sama si Jae berangkatnya."

Kata Arin ikut bingung karena Kamu menanyakan Jaehyuk.

Memang sudah menjadi rahasia umum tentang Kamu dan Jaehyuk yang bersahabat dari dulu. Selalu berangkat bareng, banyak banget yang nge ship intinya ngahhahah.

"Dam, Jaehyuk mana?"

Mata Kamu langsung fokus ke Yedam. Siapa tau Yedam tau kan ya. Yedam yang lagi nulis pun menoleh sebentar.

"Sakit katanya."

Kamu melotot, "Hah?! Kok dia gak ngabarin gue sih?"

Yedam hanya menggeleng. Yedam gak tau apa-apa sumpah, dia cuma di kirimi kabar sama Jaehyuk pas pagi tadi.

Kamu bingung, kenapa Jaehyuk tidak mengabari Kamu? Apa sesuatu terjadi lagi ke Jaehyuk?

"Gue harus jenguk dia nanti."

***

"Nyet, lo pulang duluan aja ya?"

"Kenapa?"

"Gue mau ke rumah Jaehyuk dulu, dia sakit."

"Oh, oke."

"Hati-hati ya lo."

"Iya."

Asahi menutup telpon nya. Kamu mengangkat bibir Kamu julid. Bisa-bisa nya Asahi se dingin itu. Ngomong gws kek, atau apa kek, gitu banget.

Fokus Kamu teralihkan lagi ke Jaehyuk, sekarang Kamu harus ke rumah Jaehyuk dan melihat kondisinya.

Kamu gak mau kalau Jaehyuk mengalami hal yang sama seperti dulu, seperti saat SMP dulu. Dimana dia bukan hanya sakit fisik, namun sakit batin.

"JAE! LO MAU NGAPAIN?! TURUN DARI SANA!"

Jaehyuk yang sebelumnya fokus ke jalan yang jauh ada di bawah rumah nya menoleh ke Kamu, terus senyum.

"Iya Mi, gue bakal turun ke bawah sebentar lagi."

Tangannya menunjuk ke bawah sana. Kamu menggeleng, "Lo jangan gila anjir!"

"Gue cuma anak pungut Mi.."

"Stop Jae! Lo gak boleh ngomong gitu!"

Jaehyuk tertawa, tawa yang belum pernah Kamu dengar sebelumnya. "Emang itu kenyataannya Mi. Orang tua kandung gue aja berani ngebuang, apalagi kalo bukan orang tua kandung?"

"St! Turun gak lo? Gue gak mau ya temenan sama lo lagi kalo lo gini!"

Jaehyuk terdiam, "Karena memang bentar lagi gue pergi, Mi."

"Jae!"

Kamu nangis, Kamu merasa miris melihat Jaehyuk yang hidupnya sepertinya memang begitu menderita.

"Gue seneng bisa kenal lo dari kecil."

"Jae!"

Jaehyuk menoleh ke arah Kamu, terus senyum.

"Makasih ya, udah mau jadi sahabat gue."

"YAUDAH! KALO LO MAU MATI, GUE IKUT MATI JUGA!"

Jaehyuk melotot, menatap Kamu. Kamu udah mulai mau nyamperin Jaehyuk, bertengger di ujung bangunan.

"Mi.. jangan. Biar gue aja."

"Bacot lo, gue ikut, ayo mati sama-sama."

Jaehyuk diam, dia gak ngerespon, sementara Kamu sebenarnya udah degdegan aja ini sama ketinggian.

Jaehyuk lalu terduduk, di tempat yang lebih aman. Kamu mengernyitkan dahi, lalu ikut duduk di samping Jaehyuk.

"Kenapa? Gak jadi mau mati?"

"Maafin gue Mi.."

Jaehyuk tertunduk, dia nangis. Sementara Kamu lega, Jaehyuk mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup.

"Gakpapa, ini bukan salah lo. Lo harus janji sama gue juga sama diri lo sendiri, kalo lo bakal lebih kuat lagi di hari-hari dan tahun-tahun berikutnya."

Jaehyuk mengangguk. Sulit memang, namun bagaimana lagi, Jaehyuk harus tau kalo yang punya masalah hidup bukan cuma dia aja.

"Keluarin semuanya. Gue disini kok."

Jaehyuk menangis lagi. Kali ini badannya bergetar. Kamu yang melihat itu ikut terenyuh lalu memeluk Jaehyuk dari samping.

Merasakan detik tiap detik, terasa begitu menyakitkan.

"HAH? JAEHYUK KABUR?"

🍃🍃🍃

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang