[lima belas]

149K 14.5K 2.6K
                                    

[BIASAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA]
[HAPPY READING]
[AND ENJOY]
~~🙆~~
~~~~~~~~~~~~

Di kediaman keluarga Lazarus, kini terdapat Emely yang tengah menggerutu kesal, tak henti-henti nya dia menggumamkan nama sang anak laki-laki.

Bagaimana tidak, ini sudah menunjukan pukul 10pagi, dimana saat nya sekolah melangsungkan jam istirahat, tapi anak nya dengan santai masih terlelap di dalam kamar. Emely berfikir untuk membeli kunci serep kamar anak nya, sebenar nya banyak tapi entah bagaimana anak itu selalu menemukan kunci yang ia simpan.

Dion sudah pergi sejak pagi, walaupun ada pun ia tidak akan bisa memarahi sang anak, karena terlalu menyayangi anak satu-satu nya yang sudah mereka nantikan sejak lama. Saat itu Emely susah hamil, jadi lah mereka melakukan program sana sini, dengan sabar mereka menunggu, walau bukan dalam waktu yang singkat. Lucu memang, bahkan teman-teman seumuran mereka sudah mempunyai dua sampai tiga anak yang beranjak dewasa, tapi mereka masih mengurusi bocah sepuluh tahun yang sangat bandel.

"Masih ga mau bangun Dewa!"teriak Emely kesal, lihat lah punggung tangan nya bahkan terlihat merah akibat mengetuk pintu terlalu lama

"Ck, anak ini,"decak Emely seraya memijat pelipis nya,"Mama mau ngasih alasan apalagi ke pihak sekolah Dewa!"lanjut nya mendesah lelah, hey hampir setiap hari dia menghubungi pihak sekolah untuk memberikan alasan kenapa putra nya sering terlambat, jika saja sekolah itu bukan milik Damian alias teman suami nya, mungkin Dewa sudah di D.O sejak lama.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sosok Dewa dengan wajah datar dan rambut basah, bisa di tebak dia baru saja mandi, lagi-lagi Emely berdecak kesal melihat penampilan sang anak yang tidak bisa di katakan rapih, lihat lah dasi nya di biarkan menggantung begitu saja di leher, dengan gemas Emely meraih dasi tersebut membuat Dewa otomatis mendekat.

"Kenapa kamu ga pernah rapih sih,"gumam Emely seraya merapihkan dasi sang anak,"Nah, gini kan ganteng,"seru Emely membuat Dewa menatap nya, seakan teringat sesuatu Emely lantas menarik telinga Dewa siap mengoceh

"Jangan di biasain bangun siang Dewa, ga baik, kamu masih kelas empat, kalo ketinggalan pelajaran, kamu sendiri yang bakal rugi, Mama kan udah bilang, jangan tidur larut malem, kamu ngerti ga sih?"cerocos Emely yang hanya di balas anggukan singkat oleh Dewa, Emely yang melihat hanya menghela nafas, seperti nya Dewa tidak ada stok ekspresi kecuali datar, hey! Meringis lah sedikit, ini telinga sedang di jewer loh, Emely lantas melepas kan jeweran nya, yang otomatis meninggalkan warna merah disana, tapi ekspresi Dewa tetap saja datar

Dewa tiba-tiba kembali masuk kamar dan keluar dengan menggunakan Hoodie hitam serta menenteng skateboard

Cup

"Dewa berangkat,"ujar Dewa sekilas mengecup pipi Mama nya singkat

"Makan dulu,"ucap Emely

"Di sekolah,"jawab Dewa seraya menuruni anak tangga berniat berangkat sekolah di jam 10 ini. Emely kembali menghela nafas seraya menatap punggung sang anak, ia bingung sebenar nya sifat datar Dewa keturunan dari siapa, Dion? ah suami nya itu saat bertemu dengan dirinya pertama kali saja sudah seperti cacing kepanasan.

Emely kembali mengingat, saat dimana kelahiran Dewa yang bikin ruangan persalinan heboh, bagaiman tidak, saat bayi Dewa pertama lahir, ia sama sekali tak menangis ataupun bergerak, para suster saat itu kelabakan, padahal detak jantung Dewa terdeteksi namun bayi itu tak mau merespon gerakan di sekitar nya. Dewa saat itu di tempat kan di ruangan khusus, Emely juga sempat takut karena saat itu Dewa tidak mau membuka mata setelah dua hari lama nya.

ALTHAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang