[tiga puluh satu]

128K 12.7K 2.9K
                                    

BIASAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

BIASAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠

Racauan seorang gadis terdengar di sebuah ruangan bernuansa soft ungu, gadis mungil itu bergerak gelisah di atas ranjang nya, sedangkan seorang pemuda yang berada di sisi gadis itu tengah mendesah frustasi.

Aya, sejak kejadian ujan-ujanan saat di sekolah dan bertemu dengan Dewa ketika bertabrakan di koridor, saat itu pula Dewa membopong nya seperti karung beras tanpa perduli tatapan semua murid yang keluar kelas karena bel pulang.

Tak ada yang terucap sepatah kata pun dari bibir Dewa, pemuda itu hanya diam dengan wajah datar, membawa gadis nya kedalam mobil untuk ia antar pulang, di dalam mobil pun hanya ada kesunyian yang tercipta.

"Dewa,"racau Aya dengan mata terpejam, gadis mungil itu terserang demam, pipi dan hidung nya memerah sekarang, ia mengeluh jika badan nya terasa dingin.

Dengan cekatan Evan mengganti kool fever yang menempel di dahi sang adik, panas nya sudah turun tidak seperti tadi, pemuda itu sungguh sangat panik saat mengetahui adik nya sakit, Damian kebetulan sedang ada pekerjaan di kantor cabang nya di Amerika serikat, jadilah Evan memanggil dokter ke mansion untuk mengecek keadaan Aya.

Lean pagi tadi sudah kembali ke mansion pribadi nya bersama sang istri dan anak, Evan sengaja tak mengabari Abang tertua nya itu karena memang posisi nya sekarang hampir tengah malam, ia tak mau membuat nya panik, takut nya malah terjadi sesuatu di jalan.

"Sayang, apa yang sakit hm?"tanya Evan seraya mengusap peluh yang mengalir di pelipis Aya

"Abang,"gumam Aya serak

"Abang disini,"saut Evan

"Dewa hiks,"tangis Aya, mata nya yang memerah kini semakin merah

Evan yang mendengar hanya mendengus tak suka, dari tadi adik nya itu tak berhenti meracau kan nama Dewa, laki-laki selain keluarga nya. Pertama Aya memang menangis memanggil nama Damian tapi selanjutnya malah nama cecunguk itu yang di sebut.

Evan bangkit seraya meraih ponsel Aya yang berada di nakas, dengan mudah ia membuka sandi yang tertera disana, mengklik icon panggilan, nama kontak 'Es Dingin' tertera di sana, Evan masih ragu untuk menghubungi Dewa karena posisi nya tengah malam, tapi kasian juga melihat adik nya yang menangis seperti ini.

Evan menghela nafas, ia akan menelpon Dewa, namun baru saja ia akan mengklik sebuah panggilan tiba-tiba pintu kamar di ketuk.

"Maaf tuan, ini ada tamu yang ingin bertemu dengan nona Aya,"ujar maid dari luar

Evan berdecak kesal, siapa yang berani-beraninya datang di tengah malam ini dengan alasan untuk bertemu adiknya.

Dengan langkah gontai Evan membuka pintu kamar Aya, baru saja ia akan marah namun terhenti saat tahu siapa yang datang.

ALTHAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang