23. Restu setelah Tawuran

3.1K 215 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.

~Happy Reading!~

Pukul 07.00,

Raksa memandangi wajah tenang Anjani yang sedang tertidur. Ia mendekatkan tubuhnya, mengelus perlahan surai lembut sang adik. 

Semalaman lelaki itu tidak tertidur, dokter yang kemarin malam datang ke rumahnya mengatakan agar tangan Anjani tidak terlalu sering bergerak agar jahitan pada lukanya tidak terbuka. Beberapa pecahan vas bunga berukuran kecil ternyata masih tersisa sehingga membuat dokter memarahi Retno dan Raksa, untung saja tidak infeksi.

"Maafin mas ya.."

Cklek

Lelaki dengan kaos putih itu menoleh pada pintu, menghela nafas setelah melihat siapa yang datang.

Terlihat Rajasa berjalan menghampiri mereka berdua, netranya terpaku pada lengan Anjani yang sudah diobati sepenuhnya, sudah terlihat membaik.

Setelah kejadian malam itu, Rajasa memilih untuk pergi dari rumah seorang diri. Entah apa yang dilakukan oleh lelaki paruhbaya itu, Raksa pun tidak mengerti.

"Kamu gak tidur?"

"Kemana aja? Baru aja kemarin Janis bilang kayak gitu udah ditinggal lagi." bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, lelaki itu malah balik bertanya.

Rajasa menghela nafasnya, "Raksa.. Saya minta maaf,"

Lelaki yang lebih muda itu mengernyitkan keningnya kala mencium bau alkohol menyeruak menusuk indra penciumannya.

"Sama siapa lagi malam ini?" tanya Raksa membuat Rajasa menoleh, menatap anak sulungnya dengan terkejut,

"Apa maksud kamu? Saya cuma minum, bukan mengencani wanita." jawab Rajasa yang merasa tidak terima dengan ucapan Raksa,

"Lain kali mandi dulu, Anjani kurang suka bau alkohol." 

Rajasa terdiam, bahkan ia tidak tahu bahwa anak bungsunya mempunyai hal yang tidak disukai.

"Ibu nyariin dari semalem. Udah tua keluyuran mulu, inget umur. Tobat."

Rajasa hanya berdeham mendengarnya lalu menatap luka lebam pada wajah Raksa.

"Jangan terlalu sering berantem. Wajah kamu sampai babak belur kayak gitu," ujar Rajasa,

"Kesambet apa?" sahut Raksa sambil meraih tisu lalu mengelap keringat pada leher Anjani,

Rajasa hanya diam dengan perasaan tak enak.

"Semalem kata dokter apa?"

"Hampir infeksi. Masih ada pecahannya juga dilukanya, untung gak sampe masuk ke dalem banget." jawab Raksa,

Rajasa hanya mengangguk samar lalu menatap wajah Anjani yang terlihat berkeringat.

"Kamu ambil cuti apa gimana? Kok gak balik ke Jogja?" tanya Rajasa membuat Raksa menoleh,

"Makanya peduli sama anak. Masa anaknya pindah kuliah gak tau."

"Julid banget kamu sama saya," ujar Rajasa,

"Ya makanya jangan seenaknya sendiri kalo gak mau dijulidin," ucap Raksa membuat Rajasa berdeham, sedikit salah tingkah.

Anjani bergerak gelisah, membuat kedua lelaki berbeda umur itu menoleh.

"Dek?"

"Brama.." lirih gadis itu,

Raksa mengelus kepala Anjani secara perlahan, berusaha menenangkan gadis itu. Setelah Anjani terlihat tenang, Raksa menghela nafasnya lalu bersandar pada sandaran kursi yang ia duduki.

Darah BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang