31. Akan dimulai

2.2K 164 4
                                    

Akan segera berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan segera berakhir.


~Happy Reading?~

Brama menatap Anjani yang tengah menyantap makanannya sendirian. Rasa sakit di hatinya semakin terasa kala melihat gadis itu dirundung habis-habisan.

Ia ingin membantu tapi di sisi lain ia juga kecewa pada gadis itu. Serba salah.

Ia juga tidak pernah melihat Anggit Daka Handara bersama gadis itu. Mereka tidak telihat seperti sepasang kekasih. Kejadian Daka mengkhawatirkan Anjani di cafe malam itu membuat hatinya sedikit tenang karena merasa lelaki itu tidak main-main.

Tapi, kenapa lelaki itu tidak melindungi Anjani saat di sekolah. Apa karena ada dirinya?

"Bos. Lo-"

"Kalasa, lo pergi aja."

Kalasa terdiam sejenak.

"Tapi gue mau nemenin lo." ujar Kalasa.

"Gue gak butuh, Kalasa. Gue bisa sendiri."

Kalasa memandangi lelaki itu lalu menghela nafasnya. Memilih pergi meninggalkannya dibanding harus mendapatkan masalah nantinya. Ia tahu nomor satu Badaraksa itu tengah tidak baik-baik saja.

Matanya memanas kala melihat Anjani ditampar oleh Revani. Dia beranjak namun sebuah instruksi membuatnya terdiam.

"Masih peduli?"

Daka berdiri di hadapan lelaki itu sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana. Senyuman terpatri di wajahnya.

"Kenapa lo gak bantu dia?" desis Brama dengan nada rendahnya.

Daka tertawa kecil, "Gue udah gak bisa bohong sama lo karena kejadian semalam."

"To the point."

"Sebentar lagi. Lo bakal tau semuanya."

"Kenapa gak sekarang?"

"Belum saatnya. Berdoa aja semoga dia masih hidup..."

"Jangan asal bicara!"

Lelaki itu tertawa kecil lalu menepuk pundak Brama, hendak mengucapkan sebuah kalimat namun ia urungkan karena kedatangan Kenta.

"Cewek lo nih, bos!"

Daka menoleh, pandangannya tertuju pada Anjani yang tengah disiram kuah soto oleh Revani.

"Habisin aja. Lagi males gue." ujar Daka sambil melewati kerumunan orang yang mengganggu Anjani.

Tangan Brama mengepal sempurna. Ia berusaha sebisa mungkin menahan emosinya agar tidak meluap di hadapan banyak orang.

Pada akhirnya, lelaki itu memutuskan untuk pergi meninggalkan kantin.

Darah BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang