18. Tentang

3.1K 203 2
                                    

Kau bilang suka hujan, Mengapa berteduh saat ia datang?Kau bilang suka aku,Mengapa menjauh saat aku datang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau bilang suka hujan,
Mengapa berteduh saat ia datang?
Kau bilang suka aku,
Mengapa menjauh saat aku datang?










Budayakan vote sebelum membaca.

~Happy Reading!~

"Gangguan jiwa emang si bangsat." Ujar Dean kala Anjani menyelesaikan ucapannya,

Brama menghela nafas, menatap gadis itu dari samping, Anjani yang merasa ditatap refleks menoleh, pandangan mereka bertemu.

"Gemeter banget lo, Nis." Ujar Isyana,

Gadis itu sedikit mengangkat tangan dari pangkuannya lalu ia amati,

"Bi..." Brama memanggil pembantunya, seorang wanita paruhbaya dengan pakaian daster datang dengan terburu buru,

"Iya, den?"

"Kopi hitam 4, teh hangatnya 2 bisa bi?"

"Oh iya siap!" Wanita itu tertawa kecil sambil mengacungkan jempolnya membuat Brama tersenyum,

"Turun gak bos?" Tanya Kalasa yang tengah bersandar pada sofa, lelaki itu terlihat kelelahan karena tawuran tadi siang,

"Gak usah," Brama menolak dengan cepat,

"Tumben? Biasanya gas gas aja." Dandi yang tengah berbaring pada sofa panjang dengan mata terpejam berucap,

"Gas aja lah bos!" Ujar Dean dengan nada membujuk,

"Kalian gak capek apa? Tawuran mulu. Kebanyakan jam terbang juga gak bagus buat lo pada," Ucap Isyana yang mengerti pembicaraan mereka,

"Ya bukan gitu, Na. Tapi biasanya kan Brama paling semangat kalo urusan gelut," Kalasa berucap membuat kening Isyana berkerut,

"Hubungannya apa?"

"Ya heran aja. Biasanya kalo ada masalah dikit langsung detik itu juga." Jawab Kalasa,

"Bener kata Isyana. Akhir - akhir ini kita terlalu sering turun ke jalan, gak baik buat komunitas. Gua mau Badaraksa agak di rem," Ucap Brama membuat ketiga sahabatnya mengangguk.

Bi Ijah, pembantu Brama datang dengan nampan berisikan kopi dan teh pesanan Brama.

"Silahkan di minum," Ujar Bi Ijah dengan nada ramah,

"Makasih bi.." Ucap mereka bersamaan,

"Di minum." Ujar Brama sambil menatap mereka secara bergantian,

"Minum dulu tehnya, biar ga tremor," Brama menatap Anjani, membuat gadis itu mengangguk.

Anjani meraih cangkir teh miliknya begitupun dengan yang lainnya,

Darah BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang