~Happy Reading!~
BRAKK!
"Indar mau dieksekusi!"
Seluruh insan yang berada di ruangan itu menoleh dengan cepat, menatap seorang lelaki tinggi dengan warna kulit sawo matang yang kini tengah bernapas tak beraturan. Perlu waktu untuk mencerna apa yang diucapkan oleh lelaki itu.
Itu Jaya.
"Hah?!" ujar Rama karena tak mendengar.
"Maksud lo apa, Jay?" Gerald beranjak dengan cepat dari duduknya.
"Indar udah ketemu, dia mau dieksekusi, sekarang."
"Orang gila." Daka dengan cepat keluar dari ruang rawat Anjani diikuti oleh Gerald dan juga Jayaka.
"Kamu disini dulu sama Anjani ya? Tolong." Rama memegang kedua pundak Qeela lalu menatap Anjani sebelum akhirnya ia berlari menyusul yang lainnya.
"Aku.. bingung." lirih Qeela.
"Aku tutup pintunya ya?" Qeela hendak beranjak namun ditahan oleh Anjani.
"Lo percaya sama gue gak, La?"
Danaqeela menatap Anjani, kedua sorot mata gadis yang tengah setengah terduduk itu penuh dengan makna yang bahkan Qeela tidak mengerti apa maksudnya.
"La? You trust me?"
"I don-"
"Just say it!"
"I trust you, Janis."
Anjani spontan mencabut selang infuse-an yang masih berada pada punggung tangannya membuat darah segar mengalir deras.
"NIS? KAMU GILA?!"
Qeela hendak menekan tombol emergency namun Anjani menahannya, gadis itu menatap kedua netra Qeela seraya menggeleng perlahan.
"You just said that you trust me."
"But, i never know if-"
"Gue gak bisa diem aja, La. Pacar lo, Daka, Gerald, all of them.. need me. Now."
"Kamu juga harus liat kondisi kamu, Janis. Jangan gila!"
"Suatu saat nanti, lo bakal paham kenapa gue senekat ini.."
"Semua itu udah ada yang urus, kamu hanya perlu nunggu disini, kamu harus pulih dulu." Qeela berucap dengan tegas.
"Ini bukan cuma tentang penusukan. Ini tentang pengkhianatan, La."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru
Ficção AdolescenteBrama Angkara Rakai Singawardhana. Lelaki berdarah biru dengan watak keras. Dingin dan tidak berperasaan. Ia seringkali membuat nyali lawan mainnya ciut. Namun walau begitu, banyak gadis yang menganggumi dirinya dengan terang-terangan. Ia merupakan...