70. Plan Team

1K 80 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading!~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading!~

Hari demi hari berlalu.

Anjani dengan kesehatannya yang sudah mulai membaik kini tengah duduk di sebuah single sofa dalam coffee shop bernuansa vintage. Kedua tangannya lihai bermain ponsel yang kini berada di genggamannya, ia tengah bertukar pesan dengan sang ibu.

Retno mewanti-wanti kepada gadis itu agar tetap menjaga diri dan menanyakan hasil lab yang  baru keluar tadi pagi. Hasil laboratorium Anjani normal, tidak ada masalah dari kedua ginjalnya, tentunya hal itu membuat Retno, Rajasa, begitupun dengan Anjani bahagia.

"Mbak, ini pesanannya."

Anjani menoleh lalu tersenyum kala seorang waiters menurunkan segelas es kopi extra shot espresso dengan campuran saus caramel gurih yang selalu menjadi andalan Anjani. 

"Makasih ya, mas."

"Sama-sama, mbak."

Anjani menyimpan ponselnya lalu meraih minuman itu, kala ia menghirup aromanya, sungguh semuanya terasa deja vu. Wangi kopi arabica yang sudah tersamarkan oleh susu dan caramel membuat Anjani mengurungkan niatnya untuk menyesap minuman itu.

Ia meraih ponselnya dan membuka galeri.

Gotcha!

Gadis itu menekan sebuah gambar yang menunjukan dirinya dengan Brama tengah berada di tempat yang sama dengannya saat ini, dengan pesanan yang sama. Oh god.. bagaimana bisa ia lupa dengan hal itu?

Pandangannya memutar menyusuri coffee shop tersebut, semuanya terasa semu. Satu persatu momentum yang mereka ciptakan di tempat itu mulai terputar di otaknya. Sungguh, hatinya terasa mencelos saat itu juga, sakit, terlalu sakit untuk diingat.

Gadis itu merogoh shoulder bag berwarna khaki miliknya lalu mengeluarkan satu bungkus nikotin yang baru saja ia beli beberapa saat yang lalu.

Tangannya dengan perlahan membuka segelnya, ia meraih satu batang nikotin berwarna putih itu. Anjani mengingat bagaimana para anggota Badaraksa beserta sang mantan kekasih selalu mematikan rokoknya ketika ada dirinya.

Darah BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang