Ivona mengelus rahang kokoh pria yang kini berada di sebelahnya, pria yang ia ketahui bukan dari kalangan biasa ini terlihat menggoda. Tubuh kekarnya mampu membuat seorang Ivona panas-dingin, bibir seksinya mampu membuat Ivona tak dapat mengalihkan pandangannya. Benar-benar perpaduan seksi dan tampan.
"Kamu sangat cantik," bisik pria itu di telinga Ivona.
Bulu tengkuk Ivona meremang saat pria itu membisikan kalimat yang sudah biasa ia dengar, semua pria sama saja, selalu memuji kecantikannya, tanpa melihat hatinya.
"Kamu baru tau?" Ivona membalas jengah, dia sudah dapat menebak, pria yang tak lain adalah bos barunya ini sudah mulai tergila-gila padanya.
Dante, salah satu CEO muda yang memesona. Ivona baru saja menjadi sekretaris Dante satu minggu yang lalu, kehebatan Ivona adalah mampu membuat Dante tertarik akan dirinya, bahkan, dalam kurun waktu seminggu, Dante sudah mengajaknya berkencan.
"Ya, aku beruntung," kata Dante, ia menyusuri rahang Ivona dengan bibirnya, mungkin malam ini akan semakin panas, apabila dirinya mampu membawa Ivona menuju ranjangnya.
Ivona hanya diam saja dengan kelakuan Dante, dia menyesap wine yang sudah disediakan Dante di apartemen pria itu. Ivona kini tengah berada di sebuah apartemen mewah milik pacarnya ini.
"Aku tidak akan menginap malam ini, jangan berharap lebih," ujar Ivona memperingati Dante.
Sontak saja pria itu mengerang kesal, dia ingin Ivona menghabiskan malam yang panas bersamanya. Tak akan dia biarkan wanita cantik itu pergi dengan begitu saja.
"Kenapa tidak menginap di sini, hm? Kita bisa menghabiskan waktu bersama," bujuk Dante, tangan nakalnya kini semakin berani, mengelus perut rata Ivona lalu merambat naik meremas dua gundukan daging kenyal.
Ivona berdecak kesal. Dia menepis dengan kasar tangan Dante, dirinya sedang tidak ingin bermain-main malam ini. Dia juga tidak akan meminum wine lebih dari satu gelas, kesadarannya harus dia pertahankan sampai pulang nanti.
"Ayolah," kata Dante dengan sedikit memaksa, satu hal yang baru Ivona ketahui, Dante selalu memaksakan kehendak orang lain. Tipikal seorang penguasa yang seringkali mengintimidasi bawahannya.
"Aku harus pulang, ada hal yang harus aku urus," balas Ivona jengah, pria di sebelahnya memang sangat menyebalkan, kalau bukan karena kekayaan yang dimilikinya, Ivona bahkan enggan mendekat. Benar, Ivona hanya ingin sebuah dukungan dari orang-orang yang berkuasa.
"Memangnya apa yang lebih penting dari aku?" Dante memicing curiga, bukan salahnya kalau dia merasa demikian. Wanita yang menjadi pacarnya ini bagai bunga yang disukai kumbang.
"Ya, urusan keluarga," ucap Ivona cuek, dia melirik kuku-kuku cantiknya. Memikirkan huru-hara keluarganya semakin membuat kepalanya pening.
"Baiklah kali ini kamu lolos, tapi jangan harap lain kali kamu bisa kabur," ucap Dante, ia menangkup wajah Ivona mengelus pipinya lembut. Dante mendekatkan wajahnya, mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Ivona.
Ivona tidak menolak, dia melingkarkan tangannya pada leher Dante, memperdalam lumatan keduanya. Dante semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh wanita yang kini tengah menikmati sentuhannya.
Drrttt.
Dering ponsel Ivona mampu memutus kegiatan antara keduanya. Dante mengumpat kesal, dia tidak suka kegiatannya diganggu.
"Sebentar," ucap Ivona, dia mengangkat teleponnya, raut wajahnya kini berubah menjadi kesal. Dia segera menutup sambungan itu dengan kemarahan yang dia redam.
"Siapa?" tanya Dante.
"Bukan orang penting," balas Ivona cuek, dia mencari tas miliknya yang entah di mana. Dirinya harus kembali sekarang.
"Sayang," panggil Dante mencoba mencegah wanitanya agar tidak pergi, dia tidak suka malam-malamnya menjadi dingin.
Ivona menepis tangan Dante pelan, dirinya kini merapikan pakaiannya yang terlihat acak-acakan. Rengekan Dante membuat telinganya sakit. Dia tidak suka diatur apalagi dilarang, dan pria seperti Dante ini mampu membuat dirinya terhambat dalam melakukan hal yang dia inginkan.
Melihat Ivona yang tidak kunjung menjawab, Dante menarik tubuh Ivona untuk duduk dipangkuannya, dirinya kembali mendekap erat wanitanya.
Ivona meronta, dia mencoba melepaskan dirinya dari Dante, melihat pria itu tak kunjung melepaskan dirinya, dengan terpaksa Ivona menginjak kaki Dante dengan sepatu hak tinggi miliknya.
"Aduh! Sayang," raung Dante, dia meringis merasakan sakit di kakinya. Ivona sama sekali tidak memedulikan raut kesakitan yang terlihat dari wajah pacarnya.
"Aku pulang," kata Ivona mendaratkan kecupan di sudut bibir Dante, lalu kaki jenjangnya melangkah pergi meninggalkan apartemen mewah milik kekasihnya itu.
Saat sudah di luar, Ivona menaikan sudut bibirnya tersenyum sinis. Dia benar-benar kesal sekali harus menghadapi pria macam Dante. Tetapi, dirinya harus bertahan demi mendapat dukungan dari orang berkuasa seperti Dante, dirinya bahkan rela menjadi kekasih pria menyebalkan itu.
Ivona memasuki mobilnya, dia meninggalkan apartemen Dante dengan perasaan campur aduk, malam ini dirinya akan kembali ke rumah yang lebih pantas disebut dengan rumah hantu, karena penghuni di dalam rumah tersebut lebih cocok disebut setan ketimbang keluarga.
Mobil Ivona telah sampai di depan sebuah bangunan mewah dengan didominasi cat warna putih, lalu, tanpa menunggu lama ia keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah tersebut.
***
Wanita dengan dress hitam itu berjalan dengan anggun, sepatu hak tingginya menggema di lorong sebuah rumah mewah. Ivona melepaskan kacamata hitam yang sedari tadi menutupi mata cantiknya, dia menatap pintu besar di depannya dengan datar, sebuah ruang keluarga yang di dalamnya diisi orang-orang haus kekuasaan.
"Silakan, Nona."
Pelayanan yang menjaga pintu, membuka pintu dan mempersilahkan putri dari tuannya untuk masuk ke dalam ruangan.
Ivona masuk dengan angkuhnya, seluruh pasang mata tertuju padanya.
"Ayah pikir kamu tidak akan datang ke sini," perkataan ayahnya hanya dibalas sebuah senyum tipis Ivona.
"Bagaimana mungkin aku tidak datang, bisa saja ini acara pembagian harta," kata Ivona bercanda, tetapi keluarganya tidak menganggap ucapan Ivona sebagai gurauan.
"Jangan bicara seperti itu, Nak. Ayahmu masih sangat sehat." Ibu tirinya berkata dengan bijak.
Ivona hanya menaikan bahunya tak acuh, dia tidak melihat ketulusan di mata ibu tirinya saat berkata demikian. Dengan langkah anggun, Ivona berjalan mendekati orang-orang yang mengaku sebagai keluarga ini, dia duduk dengan tenang tanpa peduli dengan lirikan sinis saudara tirinya.
"Kenapa baru kembali? Sudah bosan bermain-main dengan para pria?" ucapan pedas yang terlontar dari Niko- salah satu saudara tirinya.
"Bukan urusanmu, urus saja perusahan Ayah yang hampir bangkrut gara-gara kebodohanmu," tukas Ivona tajam, dia melirik sinis pada pria yang kini menatapnya dengan amarahnya yang tersulut.
"Sudah, jangan ribut." Ayahnya menengahi perdebatan di antara anaknya itu.
Penyebab Ivona lebih memilih kabur dari rumah, salah satunya adalah anggota keluarganya sendiri. Bagaimana mungkin di rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung malah membuatnya seakan tercekik.
"Ayah lihat! Anak perempuanmu tidak memiliki sopan santun." Niko melemparkan tatapan tajamnya.
Ivona yang melihatnya tidak gentar sama sekali, dia sudah terbiasa menjadi pribadi yang tangguh sedari kecil.
"Ayah ingin kamu kembali lagi di rumah ini," ucapan ayahnya sontak membuat seluruh anggota keluarganya terkejut.
"Dan juga-"
***
TBC.Halo semuanya, setelah lama Hiatus menulis, aku kembali lagi buat revisi cerita ini.
Selamat membaca kembali yaaa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Over You 21+ [END]
RomanceDipaksa menikah dengan mantan pacarnya, bukan salah satu tujuan di dalam hidup seorang Ivona, dia benar-benar tidak menyukai lelaki yang berstatus sebagai mantannya itu. Pantang baginya mengulang kisah cinta dengan orang yang sama, karena pada akhi...