🌿 50. Kenyataan yang menyakitkan

3.9K 181 6
                                    

Usai mengatakan hal yang begitu menyakitkan bagi Erlan, Ivona lebih memilih masuk ke dalam rumah, meninggalkan Erlan dengan Dante. Bisa saja Ivona tetap bertahan di sana dengan resiko semakin membuat dirinya bertambah sakit hati.

Sakit hati karena baru sekarang Erlan berjuang untuk dirinya, kenapa tidak dari dulu saja saat dirinya terpuruk. Lalu dengan segala rasa sakitnya yang dulu dia rasakan, mana mungkin Ivona bisa kembali lagi bersama Erlan.

Ivona berjalan dengan santai menuju dapur dan duduk di kursi, dia mencoba menghilangkan rasa sesak di hatinya. Cukup dahulu saja dia menangis meraung merasa kehilangan, jangan sampai saat ini dirinya merasakan untuk kedua kalinya.

"Sayang."

Dante berjalan dengan langkah gontai, mendekati Ivona yang masih termenung seraya memainkan jari-jarinya.

"Dia sudah pulang?" Ivona bertanya dengan pelan.

"Sudah," sahut Dante yang lebih memilih duduk di sebelah Ivona, merengkuh tubuh wanita itu ke dalam dekapan hangatnya.

"Apa kamu menyesal?"

Dante mungkin tidak akan memaksa Ivona untuk bersamanya, tetapi, sekarang dirinya tidak mungkin membiarkan Ivona bersama pria lain sedangkan wanita itu kini sedang hamil anaknya.

"Aku baik-baik saja," ujar Ivona dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.

Hal-hal seperti ini sudah sering terjadi di hidupnya, namun, tetap saja dia tidak akan terbiasa dengan segala kesedihan yang terus saja datang padanya.

"Kamu yakin? Kamu bisa cerita apapun padaku, Sayang." Dante berkata dengan lembut dan sabar, pria itu tidak akan memaksa Ivona untuk bercerita, tetapi dia akan selalu ada di samping wanita itu.

"Apa kamu akan selalu berada di sampingku Dante?" Ivona menoleh, dia menatap tepat di manik gelap milik pria yang berstatus sebagai calon ayah anaknya.

"Kalau itu yang kamu khawatirkan, aku akan menegaskan kalau aku tidak akan meninggalkan kamu," tukas Dante dengan yakin.

"Bagaimana dengan keluargamu?" Ivona jelas mengenal Dante dengan baik, pria itu selalu menuruti perintah mamanya.

"Nanti juga akan setuju," sahut Dante.

Ivona memalingkan wajahnya, dia menghela napas berat.

"Tidak semudah itu, Dante. Aku harap saat kita menikah nanti, semua orang tidak berusaha untuk mengacaukannya."

Ivona mengusap wajahnya kasar, malam ini dirinya sudah berpikir terlalu rumit. Dia hanya ingin kehidupan biasa, tanpa adanya orang-orang yang mengganggu dirinya.

"Tidak perlu berpikir terlalu jauh, lebih baik kita istirahat saja," ajak Dante, dia merangkul pundak Ivona.

Dante mengajak Ivona untuk masuk ke dalam kamar.

"Kenapa kamu pulang dengan cepat?" tanya Ivona dengan bingung, belum ada satu jam Dante pergi, dan pria itu sudah kembali lagi ke rumah.

"Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu di rumah sendirian lagi," kata Dante, dia hampir saja terkena serangan jantung saat salah satu pengawalnya menelepon kalau ada pria asing masuk ke dalam rumahnya.

Tanpa pikir panjang, Dante langsung pulang menuju rumah, karena bagi dirinya Ivona lebih penting dari segalanya.

Mereka berdua sudah sampai di kamar, dan Dante menuntun Ivona agar tiduran saja di ranjang.

"Lebih baik kamu istirahat, Sayang."

"Aku sudah lelah tidur, dari pagi kamu selalu menyuruh aku untuk istirahat," kata Ivona mengomel.

Crazy Over You 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang