🌿 5. Rumah tanpa kehangatan

10.4K 433 6
                                    

Lagi-lagi Ivona menginjakan kaki di rumah ayahnya. Rumah masa kecil yang penuh dengan kenangan dan penuh kehangatan. Sekarang tak ada yang tersisa dari rumah ini, semuanya lenyap. Dengan langkah yang berat, Ivona memasuki rumah mewah yang sudah tidak ia huni lagi.

“Wah, lihat. Siapa yang datang,” seru Delia menyambut kedatangan Ivona dengan suara menyebalkan.

Delia—– saudari tiri Ivona, kelakuannya sama saja dengan Niko. Sama-sama menyebalkan dan membenci Ivona.

“Di mana Ayah?” tanya Ivona pada pelayan yang lewat di sekitarnya, dia bahkan mengabaikan perkataan Delia.

“Sedang bersantai di taman belakang, Nona.”

Ivona mengangguk setelah mendengar perkataan pelayan, dia akan segera menghampiri ayahnya, namun, Delia menghadang langkahnya. Benar-benar tipikal wanita yang menjengkelkan.

“Berani sekali kamu mengabaikanku,” suara Delia terdengar kesal, tetapi, Ivona tidak peduli sama sekali. Dia mendorong bahu Delia sampai wanita itu hampir terjatuh.

Delia terkejut, dia tidak menyangka Ivona akan melakukan hal seperti itu padanya.

“Jangan hanya karena aku diam saja selama ini, kamu dan keluargamu bisa menindasku sesuka hati.” Ivona berkata dengan nada mengancam, dapat dilihatnya kalau wajah Delia menahan amarah.

“Ayah sudah tidak peduli padamu, jangan harap untuk kembali lagi,” kata Delia memanasi, dia mencoba membuat wanita itu sakit hati.

Sayangnya Ivona kini sudah berubah menjadi gadis tangguh, dirinya bukan lagi gadis remaja yang hanya diam saja saat ditindas keluarganya.

“Aku tidak akan peduli dengan omonganmu yang tidak berguna itu,” kata Ivona tanpa rasa takut. Selama ini dia belajar dengan sangat baik. Membalas perlakuan keluarga tirinya adalah langkah yang akan dia ambil.

“Sudah berani melawan?” Delia tersenyum sinis, dia memandang remeh pada Ivona.

Ivona mengepalkan tangannya, dia tidak boleh meledak-ledak karena hanya akan membuatnya tampak bodoh saja. Karena dia tahu kalau Delia hanya ingin membuatnya emosi.

“Lihat saja nanti,” ucap Ivona dengan datar, usai mengatakan hal itu dia pergi dari hadapan Delia.

“Wanita sialan,” umpat Delia saat melihat Ivona yang sudah pergi dari hadapannya. Dia kesal sekali karena wanita itu tidak terpengaruh dengan perkataannya.

Ivona terus saja melangkah, sepatu merahnya menggema di rumah mewah itu, dia berjalan menuju tempat ayahnya berada. Sesampainya di taman, Ivona melihat ayahnya yang sedang duduk sembari meminum teh.

“Ayah,” sapa Ivona, dia duduk di kursi depan ayahnya, memandang lelaki paruh baya yang dulu sangat dia idolakan.

“Bagaimana, apa kamu sudah memiliki jawaban?” tanya ayahnya tanpa basa-basi.

Ivona tersenyum kecut, ayahnya hanya membutuhkan dirinya untuk kepentingan bisnis semata. Ivona meremas dress yang dipakainya, dia menahan gejolak amarah yang ada di hati.

“Bukankah sudah jelas, aku tidak menerimanya,” balas Ivona, dia tidak ingin memulai kembali hubungan dengan mantan pacarnya.

“Ayah tidak ingin mendengar penolakanmu,” sang ayah tetap memaksa Ivona.

“Kenapa ayah memaksaku? Bukankah aku bukan anak Ayah?” Ivona melontarkan kalimat yang sanggup membuat ayahnya menoleh dengan cepat.

“Apa maksud kamu?” Pras menatap anaknya dengan dingin.

Ivona tertawa sumbang, rasanya dia ingin menangis saja. Mengingat perlakuan ayahnya dulu, membuat Ivona terpuruk. Semenjak kepergian ibunya, ayah Ivona berubah total.

“Ayah bahkan tidak pernah peduli lagi padaku,” tukas Ivona, dia mengalihkan pandangannya, tidak ingin terlihat ayahnya kalau dia meneteskan air mata.

“Kata siapa? Ayah selalu peduli padamu. Kamu saja yang memutuskan untuk pergi dari rumah ini,” ujar Pras tidak mau disalahkan putrinya.

Dia rasa selama ini dirinya sudah memperlakukan semua anaknya dengan adil, tetapi, Ivona tidak merasa demikian. Perempuan itu berpikir kalau ayahnya lebih sayang pada anak tirinya, dan Ivona sudah tahu penyebabnya.

“Aku pergi karena sudah tidak tahan dengan keluarga ini,” jawab Ivona dengan cuek.

“Mereka sudah menjadi keluarga kamu, cobalah untuk menerimanya,” ujar Pras, dari dulu Ivona memang sangat sulit menerima keluarga barunya.

“Aku tidak akan bisa menerima mereka sampai kapan pun,” ujar Ivona.

“Terserah, minggu depan kamu harus pindah ke sini. Keluarga Erlan akan datang.” Pras memutuskan dengan sepihak, bahkan disaat Ivona sudah menolak.

“Ayah aku nggak mau, Erlan udah nyakitin aku dulu,” tukas Ivona.

Dia menolak mentah-mentah perjodohan ini, rasa sakit yang Erlan berikan padanya dulu masih terasa hingga sekarang. Ivona sangat susah untuk bangkit dahulu, dan sekarang ketika dirinya sudah mulai melupakan sosok Erlan, pria itu muncul kembali.

“Setiap orang pernah mempunyai kesalahan, Ivona,” ucap Pras terlihat bijak.

Ivona menggeleng, bukannya dia tidak bisa memaafkan Erlan. Dia sudah berusaha untuk memaafkan pria itu dan melupakan rasa sakitnya. Tetapi, untuk kembali lagi bersama Erlan, tak mungkin bagi dirinya.

“Ayah tidak akan pernah mengerti rasa sakitnya. Aku pikir pembicaraan ini sudah selesai, kalau begitu aku pamit Ayah,” kata Ivona seraya berdiri dai duduknya, hatinya sudah panas. Berbicara terlalu lama dengan ayahnya akan membuat dirinya semakin sakit hati.

“Kamu sedang menjalin hubungan dengan Dante?” ucapan ayahnya otomatis membuat langkah Ivona berhenti, wanita itu mengepalkan tangannya.

“Aku sudah pernah bilang, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku, dan berhenti mencari tahu segala hal tentangku,” kata Ivona dengan tenang.

Katakanlah dia anak durhaka. Namun, dirinya bersikap seperti ini karena ulah ayahnya sendiri.

“Putuskan dia.”

Ivona tertawa mendengar kalimat itu, dari dulu ayahnya selalu melarang Ivona melakukan semua hal yang dia sukai.

“Aku sudah besar, Ayah. Dan aku berhak memilih untuk masa depanku,” jawab Ivona, entah kerasukan apa, kali ini dirinya bahkan membela sosok Dante— yang belum lama ini dikenalnya.

Ivona pergi dengan langkah yang berat, semakin hari masalahnya bertambah banyak saja. Ia mengacak rambutnya dengan kasar, ingin melampiaskan amarahnya pada siapa saja. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari kediaman mewah ayahnya.

Sesampainya di luar, iris tajamnya tak sengaja melihat sosok yang dikenalnya. Ivona mengernyit bingung, sejak kapan Delia kenal dengan pria itu. Ingin memastikan yang dilihatnya memang benar, dia melangkah mendekati dua sosok yang sangat dikenalnya.

“Dante,” panggil Ivona pada pria yang berada di sebelah Delia.

Dante terkejut sekaligus bingung melihat Ivona yang berada di depannya. Sedangkan Delia tampak tidak senang melihat kehadiran Ivona.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Ivona dengan tajam, dia sangat kesal melihat kedekatan antara Dante dan Delia.

“Bukan urusanmu,” suara sinis terdengar di telinga Ivona. Bukan—– bukan suara Dante, tetapi, itu suara nenek sihir di sebelah Dante.

“Jadi, Delia ini keluarga tiri kamu?” tanya Dante terkejut mengetahui fakta itu. Dia melihat Ivona yang diam saja seolah membenarkan perkataannya.

***
TBC

Kira-kira kenapa Dante bisa kenal dengan Delia?

Sampai jumpa di bab selanjutnya

Crazy Over You 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang