Ivona menyantap makanan di depannya dengan tenang, dia menatap Erlan yang tengah menyuapi putri kecilnya. Saat ini Erlan terlihat seperti sosok ayah idaman.
Namun, sayangnya Ivona tidak merasa tersentuh dengan perhatian yang diberikan oleh Erlan. Baginya masa lalu yang pernah dia lewati bersama Erlan, hanya kenangan semata tanpa bisa diulang kembali.
"Kenapa melihatku?" tanya Erlan, bukannya dia tidak tahu kalau Ivona sedari tadi memerhatikan dirinya.
"Jangan terlalu percaya diri, aku sedang melihat anakmu," ucap Ivona cepat, dia tidak ingin kalau Erlan salah paham.
"Kenapa memangnya? Kamu ingin memiliki anak juga?" Erlan tersenyum manis.
Ivona menunduk, dia tidak menjawab perkataan dari Erlan. Rasanya percuma saja menjelaskan pada Erlan. Pria itu akan tetap menganggap kalau di antara mereka berdua masih baik-baik saja.
"Nanti juga Clara akan menjadi anak kamu Ivona," lanjut Erlan, sontak saja perkataan Erlan membuat Ivona menghentikan makannya.
"Kamu serius?" Ivona menatap Erlan dengan lekat.
"Aku sangat serius." Erlan berkata dengan yakin, dia harus mencoba meyakinkan pada Ivona bahwa ia serius.
Ivona menghela napas kasar, tenggorokannya akan sakit jika terus mengulang kembali semua kata-kata penolakannya. Ia sudah tidak punya tenaga untuk menyadarkan pria arogan di depannya ini.
"Tapi aku tidak suka duda," ucap Ivona asal-asalan.
"Apa itu masalah untukmu?" tanya Erlan yang sedikit tersinggung dengan perkataan dari Ivona.
"Hm, sangat masalah untukku," ujar Ivona dengan entengnya, dia bahkan tidak memedulikan perasaan Erlan.
Jika Erlan tidak peduli dengan perasaannya, lantas mengapa Ivona harus menjaga perasaan pria itu.
"Kemana perginya Ivona yang dulu? Ivona yang lembut dan menerima aku dengan apa adanya." Erlan menatap Ivona dengan tatapan mata yang sama seperti dulu, penuh dengan cinta.
Ivona melengos, dia menghindar dari tatapan Erlan. Telinganya seketika panas. Obrolan tentang masa lalu, tentu saja akan membuat hatinya menjerit sakit.
Kalau saja dulu Erlan mau berjuang untuk dirinya, mungkin Ivona tidak akan pernah berubah. Namun, semuanya sudah berakhir. Ivona tidak akan membuka kembali lembaran yang sudah ia tutup rapat-rapat.
"Ivona tatap aku," pinta Erlan, dia mencoba menggenggam tangan Ivona.
Dengan berat hati Ivona menoleh, dia bisa melihat tatapan tulus Erlan.
"Aku janji akan berjuang untuk kamu, kali ini saja berikan aku kesempatan lagi," mohon Erlan pada Ivona, dia berharap kalau wanita di depannya mampu melihat kesungguhan di hatinya.
"Aku—–" ucapan Ivona terhenti saat dering ponselnya terdengar.
Erlan masih menatap Ivona yang tengah melihat ponselnya, seketika wajah wanita itu menjadi gelisah. Entah apa yang terjadi dengannya.
"Kenapa?" tanya Erlan.
"Aku harus pergi," ujar Ivona.
Mendengar Ivona yang akan pergi, Erlan segera mencoba untuk mencegahnya. Ia bahkan belum membicarakan tentang hubungan mereka ke depannya.
"Kita belum selesai makan, Ivona. Lagian, kamu mau ke mana?" Erlan berharap banyak pada Ivona agar bisa menghabiskan waktu bersama dengannya.
"Aku akan ke rumah Dante," jawab Ivona dengan jujur.
"Untuk apa?" Erlan menatap tajam, dia tidak akan rela kalau Ivona pergi ke rumah pria itu sendirian.
"Dia lelaki dewasa Ivona, kamu tidak takut dia akan berbuat macam-macam, hah?!" Erlan benar-benar tidak melihat sosok Ivona yang dulu, karena Ivona yang dulu selalu takut apabila hanya berduaan dengan pria asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Over You 21+ [END]
عاطفيةDipaksa menikah dengan mantan pacarnya, bukan salah satu tujuan di dalam hidup seorang Ivona, dia benar-benar tidak menyukai lelaki yang berstatus sebagai mantannya itu. Pantang baginya mengulang kisah cinta dengan orang yang sama, karena pada akhi...