🌿 15. Tidak ada kisah untuk kita lagi

6.1K 236 3
                                    

Usai membaca pesan tidak penting yang dikirim Erlan, Ivona memilih untuk mengabaikannya saja.

Ivona masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar, dia lebih baik berendam di jacuzzi mewah dan tidak lupa menyalakan lilin aromaterapi wangi lavender.

"Kehidupan orang kaya memang menyenangkan," gumam Ivona sembari masuk ke dalam jacuzzi.

Dia memejamkan matanya dan mendengarkan musik dari ponselnya. Menjadi pacar dari golongan orang-orang kaya memang menyenangkan, dan Ivona sedang merasakannya.

Saat tengah asik berendam, lagi-lagi ponselnya berdering, Ivona membuka matanya, dia melirik sekilas siapa yang menelepon.

Rasa kesal seketika menyerang Ivona, bahkan setelah membuat Ivona dulu sakit hati, rupanya pria itu belum puas dan kembali mengacau di kehidupan baru Ivona.

"Pria gila itu sangat merepotkan,"  gumam Ivona dengan begitu kesal.

Tak kunjung berhenti berdering, akhirnya dia mengangkat telepon dengan sangat terpaksa.

"Halo?" Ivona bersuara dengan malas.

"Pulang!" seru Erlan di seberang telepon.

Ivona berdecak kesal, dia tidak akan mengikuti permintaan Erlan yang terdengar sangat konyol. Lagi pula, tak ada yang bisa mengatur hidupnya.

"Kau tidak berhak melarangku!" sahut Ivona dengan jengkel.

"Kamu calon istriku, tidak baik menginap di rumah pria lain," tukas Erlan dengan amarahnya.

Ivona hanya diam saja, dia kini sedang sibuk menuangkan anggur merah yang tersedia di sebelahnya.

"Ivona, kamu mendengarku," tanya Erlan yang tidak kunjung mendengar suara Ivona.

"Ya," kata Ivona singkat.

Dia meminum anggur merahnya dengan perlahan, menikmati rasanya yang luar biasa. Ivona bahkan sampai memejamkan matanya.

"Kapan kamu akan pulang?" Erlan terus saja mendesak Ivona.

"Hm, aku tidak tau," jawab Ivona tak jelas, dia tengah menikmati kemewahan yang ditawarkan Dante, lantas mengapa dia harus pulang untuk Erlan.

"Jangan main-main, Ivona. Jawab yang benar," sentak Erlan dengan emosi, dia benar-benar tidak menyangka Ivona yang dulu penurut menjadi pembangkang.

"Jangan teriak seperti itu," tukas Ivona dengan jengkel, dia sangat benci dengan nada tinggi yang Erlan gunakan.

"Kamu yang membuatku seperti ini," sahut Erlan tak mau disalahkan.

Ivona yang mendengarnya pun hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Terserah, aku tidak peduli," balas Ivona acuh tak acuh.

"Nanti malam datang ke restoran milikku," kata Erlan dengan tenang, kini dirinya akan lebih menahan emosinya.

"Aku tidak mau."

"Ivona, kali ini saja kamu menuruti perkataanku," tukas Erlan.

"Untuk apa? Kau bukan siapa-siapa, tidak ada alasan untukku menurut dengan perkataanmu," jawab Ivona.

"Sepertinya kamu sudah terlalu jauh melangkah, Ivona yang aku kenal dulu tidak pembangkang sepertimu," ujar Erlan. Dia akan mengembalikan Ivona yang dulu lagi.

"Kenapa kau selalu membahas masa lalu, Erlan?" Ivona tersenyum kecut, tak habis pikir dengan pria itu.

"Kalau kamu tidak ingin membahas masa lalu, mari kita bahas masa depan."

Ivona yang mendengarnya, sontak saja langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Erlan.

Dia memblokir nomor Erlan dengan cepat, Ivona tidak memaafkan orang-orang yang turut andil dalam rasa sakitnya.

Crazy Over You 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang