🌿 31. Penyebab dari segala rasa sakit

3.3K 181 3
                                    

Setelah mengantar Dante ke bandara, Ivona lebih memilih menghabiskan waktu di kafe langganannya. Mungkin besok dia akan mulai mengurus butik barunya, Ivona harus mencari kegiatan agar tidak mati kebosanan di apartemen.

Saat tengah menyesap kopi dengan tenang, Ivona dikejutkan dengan wanita paruh baya yang pernah membuat harinya menjadi suram.

"Ivona, 'kan?" tanya wanita di depannya, yang tak lain adalah ibu dari Erlan. Wanita yang dulu pernah menentang hubungannya dengan Erlan.

"Ya," jawab Ivona singkat, dia masih cukup mengenali ibu Erlan.

Tanpa diminta, ibu Erlan langsung duduk di depan kursi Ivona.

"Lama tidak bertemu denganmu, Ivona," katanya basa-basi.

Ivona tersenyum simpul, dia memang tidak berniat bertemu lagi dengan ibu Erlan. Bagaimanapun juga ibu Erlan turut andil dalam rasa sakit hatinya.

"Ya, sudah lama sekali," jawab Ivona dengan cuek, dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh wanita paruh baya ini.

"Apa kamu sudah punya pacar? Atau masih menunggu Erlan?"

"Aku sudah memiliki pacar, dan untuk apa aku menunggu pria seperti Erlan?" balas Ivona cepat.

Ibu Erlan hanya tersenyum, wanita dengan pakaian mewah itu menatap Ivona dengan tajam.

"Erlan sudah memiliki kebahagiaan sendiri, dia sudah hidup bahagia bersama putri kecilnya," balasnya lagi.

Ivona tidak terganggu sama sekali dengan perkataan ibu Erlan. Belajar dari pengalamannya dulu, dia harus tetap menjaga emosinya saat melawan wanita seperti ini. Lagi pula, Erlan bukan siapa-siapanya lagi, ia tak perlu terbebani dengan perkataan ibu pria itu.

"Baguslah kalau begitu, aku ikut senang mendengarnya," ucap ivona yang terdengar tidak peduli.

Mungkin keberuntungan memang sedang berada di pihak Ivona, saat ini tiba-tiba Erlan meneleponnya.

"Anak Tante meneleponku," tukas Ivona seraya memperlihatkan nama yang tertera di layar ponsel.

"Jangan salah paham, mungkin Erlan hanya kesepian. Kamu 'kan tau sendiri kalau istrinya sudah lama meninggal."

"Aku tidak mengharapkan dia menghubungiku lagi, Erlan terlihat sangat menyedihkan," ujar Ivona yang membuat ibu Erlan meradang mendengar perkataan wanita muda di depannya.

"Apa maksud dari perkataanmu itu, hah?" bentak ibu Erlan, dia tidak terima kalau Ivona menghina anaknya.

Ivona memilih tidak mengangkat telepon dari Erlan, dia sebenarnya sudah ingin kabur dari situasi seperti ini. Bukannya Ivona merasa takut, tetapi justru dia merasa sangat malu sejak tadi.

Bagaimana tidak, ibu Erlan berkata dengan suara keras, membuat beberapa orang menoleh ke arah dirinya.

"Asal Tante tau saja, Erlan sekarang gencar sekali menggodaku, dia bahkan merayu aku agar mau bertunangan dan menikah dengannya," ujar Ivona.

Wajah ibu Erlan semakin tidak senang mendengarnya dan malah menggebrak meja yang menimbulkan suara keras. Ivona sampai terkejut melihat kelakuan wanita tua ini.

"Erlan tidak mungkin seperti itu, dia tidak akan kembali lagi padamu!" sentak ibu Erlan dengan penuh amarah.

"Aku juga tidak berharap akan kembali pada anak Tante, apalagi sekarang anak Tante sudah menjadi duda," ujar Ivona, ibu Erlan yang mendengarnya terkejut, dia tidak menyangka Ivona mempunyai keberanian untuk menghina anaknya.

"Beraninya kamu bilang seperti itu," sentak ibu Erlan, di menunjuk wajah Ivona dengan berapi-api.

"Tante, aku bukan Ivona yang dulu, Ivona yang Tante hina sesuka hati," ujar Ivona dengan tenang, dia bahkan tidak gentar sama sekali.

Ibu Erlan semakin geram, dia mengepalkan tangannya kuat, dia tidak menyangka Ivona akan menyerangnya dengan kata-kata yang membuat dirinya emosi.

"Akan aku pastikan kalau Erlan tidak akan menikah denganmu," kata ibu Erlan dengan bersungguh-sungguh.

"Itu lebih bagus lagi, lagian, aku tidak suka mengurus anak orang. Sangat merepotkan sekali," kata Ivona sebelum memilih bangkit dari duduknya dan keluar dari kafe.

***

Ivona kini memasuki rumah besarnya dengan langkah cepat, kalau bukan karena laptopnya yang tertinggal di dalam kamarnya, dia tidak akan mau repot datang ke rumah ini.

"Wanita sialan!"

Niko datang dengan napas yang memburu, dia masih saja merasa kesal dengan Ivona. Bagaimana tidak, harga dirinya yang setinggi langit, kini jatuh gara-gara video sialan itu, yang lebih mengesalkan Ivona adalah dalang dibalik semua itu.

"Sudah membaik?" tanya Ivona yang terdengar mengejek di telinga Niko.

"Sudah puas mempermalukan keluarga ini, hah?!" bentak Niko, suaranya menggema di rumah besar itu.

Para pelayan yang kebetulan berada di dekat mereka hanya diam saja, tidak berani menyela apalagi menghentikan. Karena bagi mereka sudah biasa melihat pertikaian di keluarga ini.

"Cukup puas, dan sebelum berbicara lebih baik berkaca terlebih dahulu. Kamu sendiri yang mempermalukan keluarga ini," tukas Ivona berusaha menyadarkan Niko, bukan dirinya yang bersalah, melainkan Niko sendiri.

"Kalau bukan karena kamu, mungkin pertunanganku tidak akan batal," ucapnya masih menyalahkan Ivona.

"Kamu memang tidak pantas dengan Putri, dia dari keluarga yang baik, berbeda dengan keluargamu," ujar Ivona.

"Maksud kamu keluarga ini?"

"Bukan, keluargamu. Delia, ibumu, dan tentu saja kamu, pembawa masalah," kata Ivona tajam.

Niko geram, tangannya hampir saja melayang ingin menampar pipi Ivona, namun, dengan sigap Ivona langsung menghindar.

"Jangan main-main denganku Ivona, aku bisa saja membuatmu sengsara," ancam Niko bersungguh-sungguh.

"Sebelum membuatku sengsara, aku akan membuatmu lebih dulu merasakan sengsara Niko. Ingat, keluargamu hanya menumpang di rumah ini," kata-kata Ivona mampu membangkitkan sisi gelap Niko, dalam hati pria itu bersumpah akan membuat Ivona merasakan malu seperti dirinya.

"Jangan terlalu angkuh, setiap orang bisa saja jatuh," ucap Niko memperingati sikap Ivona yang angkuh.

Ivona hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Niko, dia tidak takut sama sekali dengan ancaman dari lelaki itu. Hidup Ivona memang penuh dengan ancaman sedari dulu, jadi dia tidak akan kaget lagi menghadapi hal seperti ini.

"Lakukan sesukamu," tukas Ivona.

Daripada meladeni Niko yang tidak akan ada habisnya, lebih baik dia segera masuk ke dalam kamarnya.

"Pertunanganmu dengan Erlan akan dilaksanakan bulan depan," ucapan Niko mampu membuat Ivona menegang, tapi dia mencoba menutupi kegugupannya.

"Aku yakin itu tidak akan pernah terjadi," balas Ivona dengan tenang. Dia segera melangkah pergi dari hadapan Niko.

Ivona masuk ke dalam kamarnya dengan jantung yang berdetak kencang, keluarganya benar-benar tidak menganggap dirinya, bahkan masalah serius seperti pertunangan tidak mengabarinya.

"Sialan!" geram Ivona.

Erlan benar-benar ingin membuat masalah dengan ibunya, bahkan ibu Erlan pasti tidak tahu dengan kelakuan putranya itu.

"Aku harus melakukan sesuatu," gumam Ivona yang berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia tidak mungkin menuruti ayahnya kali ini.

Mungkin dia harus bertemu dengan ibu Erlan lagi, agar wanita itu mencegah anaknya untuk menikah dengan Ivona.

"Aku bisa gila lama-lama," geram Ivona menjambak rambutnya sendiri, dia benar-benar frustasi menghadapi keluarganya.


***

TBC. 

Jangan lupa untuk vote dan komen teman-teman. Sampai jumpa di part selanjutnya.

Crazy Over You 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang