🌿 49. Pria tak diundang

3K 177 21
                                    

Ivona yang baru saja akan mendaratkan tubuhnya di sofa mengurungkan niatnya untuk duduk. Dia menaikan sebelah alisnya bingung.

Tidak mungkin Dante kembali lagi, padahal pria itu baru saja pergi. Ivona segera menuju pintu untuk membukanya. Saat pintu sudah terbuka, Ivona membelalakkan matanya terkejut. Pria di depannya membuatnya seketika membeku.

"Erlan," gumam Ivona. Dia yang akan menutup pintu segera ditahan oleh tangan Erlan.

"Tunggu sebentar."

Alhasil Ivona membuka pintunya lebar-lebar karena tidak ingin Erlan membuat keributan di rumah Dante.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Ivona dengan tatapan tajam.

Erlan malah tersenyum dengan tenang, pria itu tanpa di beri izin segera masuk ke dalam rumah Dante.

"Aku hanya ingin melihatmu," tukas Erlan dengan santai.

Ivona mengekori langkah Erlan yang kini berjalan menuju ruang tamu, pria itu mendaratkan tubuhnya di kursi, lalu menyuruh Ivona untuk duduk di sebelah dirinya.

"Cepat katakan, mau apa ke sini?" bentak Ivona, dia semakin merasa was-was. Di rumah Dante banyak sekali kamera pengawas, ia tidak ingin pria itu salah paham dengannya.

"Kamu takut ketahuan?" Erlan tersenyum miring, dia menatap wajah takut Ivona dengan penuh semangat.

Menghela napas berat, Ivona akhirnya duduk di depan pria itu, dia hanya menatap Erlan dengan datar.

"Aku mau kamu pulang, di sini bukan rumah kamu, tinggalkan saja pria itu," ucap Erlan dengan begitu santainya, sedangkan Ivona kini menatap pria itu dengan berang.

"Lebih baik kamu pulang saja Erlan, aku tidak mau menikah denganmu," tukas Ivonya tajam.

Perkataan Ivona cukup membuat Erlan sakit hati, tetapi tekad pria itu yang ingin menikahi Ivona tak kunjung padam, dia yakin kalau nanti lama-lama pasti Ivona akan luluh juga pada dirinya.

"Besok pulanglah ke rumah," ujar Erlan.

"Untuk apa?" Ivona menaikan sebelah alisnya bingung.

"Nanti juga kamu akan tau, jangan mencoba untuk kabur Ivona, karena kamu tau sendiri aku bisa menemukanmu dengan mudah," kata Erlan, lelaki itu bangkit dari duduknya.

Sejujurnya Erlan bisa saja membawa Ivona kabur saat ini juga, tetapi dia tidak ingin menambah kebencian Ivona terhadap dirinya. Kini dia harus bisa mendapatkan hati wanita itu lagi.

Sebelum Erlan keluar dari rumah, Ivona terlebih dulu menahan tangan pria itu. Kini keduanya saling bersitatap, baik Ivona dan Erlan saling menatap dalam diam.

"Aku tidak tau apa tujuan kamu melakukan semu ini padaku Erlan, tetapi yang harus kamu tau, aku tidak akan pernah kembali lagi padamu," ucap Ivona dengan pelan, tetapi masih mampu di dengar oleh Erlan.

"Kenapa kamu tidak ingin kembali padaku Ivona? Dulu kamu bahkan sangat ingin kita menikah, dan sekarang aku mencoba mewujudkan mimpi kita," ujar Erlan.

Erlan hanya ingin mewujudkan impian Ivona dulu yang ingin menikah dengan dirinya, sekarang Erlan berusaha untuk membuat Ivona bahagia.

Mendengar perkataan Erlan, membuat Ivona kembali mengingat dirinya yang dulu. Dia memang ingin menikah dengan Erlan, tetapi itu adalah keinginannya di masa lalu, sebelum Erlan lebih memilih meninggalkan dirinya.

"Aku sudah mengubur keinginan itu dalam-dalam, sekarang aku hidup bahagia bersama Dante."

Erlan tersentak mendengarnya, bukan ini yang dia harapkan. Erlan yakin kalau Ivona masih saja menyukai dirinya.

"Kamu pasti bercanda 'kan Ivona? Aku tau kamu masih menyukaiku."

Ivona menggeleng dengan tegas, dia harus mendorong Erlan menjauh dari hidupnya.

"Aku tidak ingin melihat dirimu lagi, jadi lebih baik kamu sekarang pergi dari sini."

"Aku tidak akan pergi, aku akan membawamu pulang." Erlan berubah pikiran, ia segera menarik tangan Ivona.

Ivona menatap Erlan dengan tajam, ingin sekali rasanya dia melawan Erlan. Akan tetapi kini dirinya sedang hamil muda, dia tidak boleh ceroboh kali ini. Di saat seperti ini dirinya berharap kalau Dante akan segera datang.

Tanpa sadar Ivona menangis, bukan karena takut, tetapi ia kesal karena tidak bisa melawan Erlan, akhir-akhir ini dia memang menjadi cengeng.

"Lepas Erlan," kata Ivona seraya menahan rasa sakit dipergelangan tangannya. Erlan tidak mendengarkan suara tangisan Ivona.

"Lepaskan dia!" teriak Dante yang baru saja memasuki rumahnya.

Ivona menghela napas lega melihat Dante yang kini mendekat kepadanya, entah mengapa dia ingin sekali memeluk Dante.

"Dante, tolong aku," seru Ivona, dia ingin segera lepas dari cengkeraman Erlan.

Dante segera menarik Erlan untuk menjauh dari Ivona, pria itu melayangkan pukulan pada wajah Erlan, sebagai balasan karena Erlan sudah berani macam-macam dengan wanitanya.

"Jauhi Ivona, sudah berapa kali aku bilang, hah!" bentak Dante.

Erlan yang tidak terima dipukul Dante segera membalas pukulan pria itu, keduanya saling memukul tanpa memedulikan sekitar. Ivona segera memanggil para pengawal Dante, kedua lelaki itu harus dipisahkan sebelum semakin parah.

Para pengawal Dante segera memisahkan perkelahian itu, Erlan yang ditarik mundur tidak terima, dia merasa belum puas memukuli Dante.

"Pergi dari sini! Jangan pernah injakan kaki kotormu di rumah ini lagi," tukas Dante dengan kasar.

"Aku akan membawa pergi Ivona bersamaku, kita berdua akan segera menikah."

Dante yang mendengarnya sontak saja tertawa keras, dia tidak mungkin akan membiarkan Erlan untuk mengambil Ivona darinya, apalagi sekarang Ivona tengah mengandung anaknya.

Mendengar perkataan Erlan yang akan membawa dirinya pergi, sontak saja Ivona segera merapatkan tubuhnya pada Dante.

"Tenang saja, aku akan melindungimu Sayang," ucap Dante yang melihat Ivona ketakutan.

"Ivona, sekarang ikut pulang bersamaku," kata Erlan.

Ivona menggeleng dengan cepat, dia tidak ingin pergi bersama Erlan, baginya kisah di antara mereka berdua sudah selesai.

"Ivona tidak akan ke mana-mana, di sini rumahnya dan satu lagi, Ivona dan diriku akan segera menikah nanti," tukas Dante yang sontak saja membuat Erlan marah.

"Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Ivona."

Dante tiba-tiba mengelus perut rata Ivona dan tersenyum mengejek ke arah Erlan.

"Ivona sedang mengandung anakku, jadi dia tidak akan menikah denganmu," ucap Dante yang membuat Erlan sontak saja terkejut.

Erlan menatap Ivona meminta penjelasan. "Ivona, yang dikatakan dia tidak benar, kan?" Erlan sangat berharap Ivona menjawab tidak.

"Aku memang sedang hamil anak Dante, jadi kita tidakb isa menikah."

Erlan yang mendengarnya menjadi geram, dia tidak menyangka bahwa hubungan antara keduanya sudah terlampau jauh.

"Ivona jangan bercanda, aku tau kamu mengatakan semua ini agar kita tidak jadi menikah, kan?"

"Aku tidak bercanda Erlan, aku memang tengah mengandung," balas Ivona.

"Sialan!" umpat Erlan kesal, kini harapannya benar-benar sudah tidak ada. 


***

TBC. 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak gaes:)

Terimakasih yang sudah mampir untuk membaca ceritaku, follow akun wattpadku juga yaw:))


Crazy Over You 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang