Di tengah kebingungan Ivona, Dante masih sempat mengatakan hal-hal yang membuat Ivona semakin pusing saja. Setelah kejutan yang benar-benar membuat Ivona terkejut, kini Dante menyuruh Ivona untuk berdandan di tengah malam seperti ini.
"Dante, kita mau kemana, sih?" Ivona merasakan dinginnya malam menyentuh kulitnya.
Dante berjalan di belakangnya sambil menutup mata Ivona, entah apa lagi yang akan dilakukan oleh pria itu, Ivona hanya pasrah saja saat Dante membawanya.
"Kita akan bersenang-senang malam ini, Sayang," ucap Dante terdengar meyakinkan Ivona.
"Aku curiga," balas Ivona.
Mendengar perkataan dari wanitanya, Dante hanya tertawa saja. Kali ini dia yakin Ivona akan menyukai kejutan yang dia berikan.
"Dante, dingin."
Ivona mengeluh kedinginan, memang ini sudah pukul sebelas malam, mungkin orang lain sudah berada di kamarnya dan tidur dengan pulas, berbeda dengan Dante dan Ivona yang malah berjalan-jalan.
"Sebentar, jangan buka mata dulu," kata Dante memperingati, membuat Ivona berdecak kesal karena dia baru saja akan membuka matanya.
"Mau apa?"
Ivona sudah tidak merasakan tangan Dante yang menutup matanya, sebagai gantinya dia merasakan jaket hangat yang menutup tubuhnya.
"Sudah hangat?" Dante bertanya seraya kembali menggandeng tangan Ivona.
"Lumayan," ujar Ivona pelan, setidaknya dia tidak terlalu merasa kedinginan lagi.
Mereka berdua melanjutkan berjalan, Dante selalu memperingati Ivona untuk tidak membuka matanya.
"Sudah sampai," ujar Dante, pria itu menuntun Ivona untuk duduk.
"Aku boleh membuka mata?" Ivona sudah tidak sabar melihat di mana dirinya berada.
"Boleh."
Ivona membuka matanya, dia terkejut melihat keadaan di sekitarnya. Kini dirinya dan Dante berada di halaman villa milik Dante, di depan Ivona terdapat meja bundar yang diisi dengan berbagai macam makanan, dan jangan lupakan lilin yang diletakan di tengah meja. Meskipun sederhana tetapi Ivona merasakan suasana romantis.
"Wah, kamu menyiapkan semua ini?" tanya Ivona menatap Dante takjub.
"Iya, dong," balas Dante tersenyum bangga, dia menuangkan wine ke dalam gelas di depan Ivona.
"Tidak biasanya kamu romantis," kata Ivona tertawa kecil, dia meneguk segelas wine miliknya dengan perlahan.
"Aku selalu romantis padamu," balas Dante tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan oleh Ivona.
"Ya, terserah kamu saja. Sekarang katakan padaku, kenapa kamu tiba-tiba membuat kejutan seperti ini?" tanya Ivona yang tidak juga menyerah.
Dante yang akan meminum wine-nya mengurungkan niatnya, ia menatap wanita di depannya dengan intens.
"Apa kamu tidak ingat?" Dante menatap Ivona dengan bingung.
Ivona menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apa dia baru saja melupakan hal penting, atau malah hari ini adalah tanggal saat mereka jadian. Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam kepala Ivona.
Dante yang melihat raut Ivona yang kebingungan, sudah jelas kalau wanita itu tidak mengingatnya."Kita akan merayakan ulang tahun kamu, Sayang." Dante berkata dengan gemas, dia benar-benar tidak habis pikir dengan Ivona yang bahkan tidak peka sama sekali.
"Kamu tau tanggal ulang tahunku?"
Ivona bertanya dengan tidak yakin, karena dia bahkan sudah tidak mengingat kapan terakhir kalinya dia merayakan ulang tahun. Karena semenjak ibunya meninggal, Ivona tidak pernah merayakannya lagi.
"Iya, jangan bilang kamu lupa," kata Dante menatap Ivona dengan lekat.
"Aku sudah terlalu tua untuk merayakan hal semacam ini Dante," ujar Ivona, dia melihat wajah Dante yang menjadi kesal.
"Sayang, aku sudah capek menyiapkan semua ini untuk kamu," ujar Dante lesu, kalau dia tahu Ivona tidak suka hal romantis seperti ini, mungkin sedari awal Dante tidak akan menyiapkan kejutan ini.
Melihat wajah Dante yang sedih, Ivona menjadi tidak tega, lelaki itu sudah berusaha membuatnya senang.
"Aku suka, kok, kejutan dari kamu. Terima kasih," ucap Ivona dengan cepat meralat ucapannya.
Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju Dante, sesampainya di depan pria itu yang sedang duduk, Ivona membungkukan badannya lalu mengecup bibir Dante sekilas.
Dante seketika menjadi sumringah mendengar perkataan Ivona. Apalagi ciuman yang diberikan wanita itu mampu membuatnya kembali tersenyum cerah.
"Oke, sekarang duduk kembali di tempatmu, sebentar lagi jam dua belas," seru Dante, pria itu terlihat sangat bersemangat ketimbang Ivona.
Ivona melihat Dante yang berlari entah kemana, lalu saat pria itu kembali lagi, di tangannya sudah ada kue ulang tahun beserta banyak lilin kecil yang sudah menyala.
"Selamat ulang tahun, Sayang," ujar Dante yang sudah duduk kembali di depan Ivona, pria itu meletakkan kue ulang tahun di meja.
Ivona tersenyum bahagia, setidaknya di antara banyak orang yang membencinya, masih ada Dante yang selalu mendukungnya. Ivona memejamkan matanya, dia berdoa semoga kebahagiaan selalu datang di hidupnya, saat membuka matanya Ivona segera meniup lilin.
"Potongan kue pertama untuk Dante, pacarku tersayang," kata Ivona yang membuat Dante merasa senang.
Dante segera membuka mulutnya saat Ivona menyuapinya. Baik Dante ataupun Ivona merasa sangat bahagia malam ini.
***
"Mana hadiah untukku?" tanya Ivona, dia menatap Dante dengan berbinar.
"Tidak ada," balas Dante, pria itu kini memakan hidangan di depannya dengan lahap.
Berbeda dengan Ivona, wanita itu tidak memakan apa pun. Karena malam hari bukanlah pilihan yang bagus untuk makan-makan, dia harus tetap menjaga bentuk tubuhnya.
"Yang benar saja," kata Ivona dengan ketus, dia merengut jengkel mengetahui kalau Dante bahkan tidak memberinya hadiah.
Dante senang sekali melihat wajah cemberut milik Ivona, dia bangkit dari duduknya dan berlutut di depan wanitanya, melihat kelakuan Dante, Ivona menutup mulutnya tak percaya, hal romantis seperti ini tidak pernah terlintas dalam benaknya.
"Kamu ngapain?" Ivona merasakan kalau jantungnya berdebar dengan kencang.
Dante hanya tersenyum manis, dia merogoh saku celananya dan mengambil kotak beludru yang di dalamnya berisi cincin yang sangat indah.
Lagi-lagi Ivona menutup mulutnya terkejut, dia tidak menyangka kalau Dante memang bisa seromantis ini padanya.
Dante meraih tangan Ivona lalu menyematkan cincin itu, tak ketinggalan Dante juga mengecup punggung tangan wanitanya.
"Kamu suka?" tanya Dante yang kini bangkit berdiri, dia menarik tangan Ivona agar bangkit dari duduknya, kini mereka berdua saling berhadapan dengan pancaran mata yang menunjukan kebahagiaan.
"Sangat suka, kejutanmu memang tidak pernah mengecewakan," ujar Ivona dengan tersenyum senang.
Dante sebenarnya ingin melamar Ivona sekarang, namun, dia juga tahu kalau Ivona bahkan belum siap untuk menuju ke jenjang yang lebih serius lagi. Dante akan selalu menunggu hingga Ivona siap.
"Aku sangat tau seleramu," kata Dante dengan bangga.
Ivona masuk ke dalam pelukan Dante, malam ini dia sangat bahagia sekali. Dante menangkup wajah Ivona, dia mendekatkan wajahnya pada bibir wanita pujaannya, keduanya saling melumat dan mencecap menikmati malam indah berdua.
***
TBC
Jangan lupa untuk follow akun wattpadku gaes:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Over You 21+ [END]
RomanceDipaksa menikah dengan mantan pacarnya, bukan salah satu tujuan di dalam hidup seorang Ivona, dia benar-benar tidak menyukai lelaki yang berstatus sebagai mantannya itu. Pantang baginya mengulang kisah cinta dengan orang yang sama, karena pada akhi...