[ 60 ] Ditembak Bima.

204 19 1
                                    

Ada satu hal yang membuat kamu takut untuk berteman dengan pria, takut jika dia benar-benar menaruh perasaan untukmu.

***

Insiden hari itu, dimana Alexa mencekik Angel kekasih Papa-nya.

Arkan menjaga ketat pacar-nya itu untuk tidak bertemu dengan anak-anak-nya termasuk Alexa.

Alexa menjalani perawatan akibat pendarahan di kepala yang disebabkan oleh lemparan gelas beling tepat mengenai kepala-nya itu.

Aluna yang dicap sebagai pelaku tak henti-henti-nya menangis dan menyesali perbuatan-nya pada hari itu.

Tapi Aluna tidak sepenuh-nya salah karena dia didesak oleh situasi.

Flashback On.

Luna yang memiliki firasat tidak enak bingung harus melakukan apa.

Dia terus menyibukkan diri tapi fikiran-nya entah kemana.

Disaat itu fikiran-nya tengah fokus tiba-tiba dikejutkan oleh suara telepon dan ternyata Aluna yang menelepon.

"Halloo..sayang.."

"Mama..."

"Iyaa kenapa nak??"

"Bisa kesini.."

"Kamu dimana??"

"Rumah Papa.."

"Kenapa sayangg..kamu baik-baik saja.."

"Alexa ada disini...Mama cepet yaa..lima menit harus udah disini."

"Iyaa..sayangg tapi kenapa?? Apa Alexa berbuat masalah....Alunaa...Halloo.." Ternyata sudah dimatikan oleh Aluna, jujur dia semakin mengkhawatirkan anak-anak-nya.

Terdengar ditelepon tadi suara Aluna yang serak seperti habis menangis, dia tahu walaupun itu di telepon.

Dengan cepat Luna pergi kerumah Arkan bersama dengan Axel. Takut jika sesuatu terjadi.

Sesampainya mereka disana, Luna sudah was-was apa yang terjadi disana.

"Aluna..Alexa...sayangg..kalian..dima...
Astafirullah.."

"Mama..kenapaa.." Axel sama terkejut-nya dengan Luna.

Mereka melihat rumah yang sudah berantakan seperti habis terjadi perampokan, nyata-nya bukan perampokan melainkan pertengkaran.

Belum lagi mereka menemukan tiga gadis tergeletak di lantai, dengan posisi yang berbeda.

Bukan tiga gadis tapi dua gadis karena salah satu-nya akan menjadi istri orang.

"Ca..kamu masih denger Abang..Ca. caca...." Karena posisi Alexa yang terdekat akhirnya Axel menghampiri-nya.

"Abang darah..." Luna menangis mendapati kepala Alexa yang mengeluarkan banyak darah, wajah-nya bahkan tertutup oleh darah.

Belum lagi lantai yang putih itu sudah mengalir deras warna darah Alexa.

Dengan cepat Axel melepas lalu merobek baju-nya untuk diikat ke kepala Alexa, pengganti perban.

Untuk menahan agar darah yang mengalir tidak terlalu banyak.

"Mama tenang kita panggil ambulans..Caca denger Abang kan Caca...." Axel masih membangunkan Alexa sambil tangan-nya menelepon ambulans.

AlunaLexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang