Ide Gila

787 131 0
                                    

Mama Lily terlihat senang pagi ini. wajahnya sangat berseri dan mulutnya tak hentinya bernyanyi sampai bersiul saat memasak di dapur. bagi Devian maupun Clarie perubahan sikap Mama Lily yang seperti sekarang ini menjadi Siaga 1 yang harus mereka waspadai.

Devian sangat menyesali perbuatan jailnya pada Clarie. ia bagaikan menggali kuburannya sendiri setelah di pergoki Mamanya.

"Dev, anterin makan ke kamar Clarie ya, dia pasti masih merasa pusing dan kelelahan." ucap Mama Lily dengan genit sambil menutup mulutnya dengan tangan.

Pernyataan ambigu dari Mama Lily membuat Devian semakin mengutuk perbuatannya.

"Ma, kita nggak ngapa-ngapain." jawab Devian setelah menerima nampan berisi makanan.

"Loh? memangnya kalian tadi malam ngapain ?" tanya Mama Lily dengan polos yang di buat-buat.

Devian mendesis kesal dengan sikap Mamanya. ia akan memilih langsung mengantar makanan ke dalam kamar Clarie dari pada harus menghadapi Mamanya.

Devian sampai di depan kamar Clarie dan langsung masuk tanpa permisi.

"Aaa..!!Ngapain lo?! Keluar sana?!" Teriak Clarie dengan gesit menutupi bagian dada sampai paha memakai handuk.

"S..sorry..gue keluar!" teriak Devian tak kalah panik kemudian meletakkan makanan di meja dan langsung keluar menutup wajahnya dengan tangan. dadanya masih berdegup kencang dengan muka memerah.

"Nggak, gue beneran nggak liat apapun". gumam Devian sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menuruni tangga dan mencuci mukanya di wastafel dapur.

"Dev sayang.. anterin paket nya Clarie dari Om Mario dan Tante Joice yaa." teriak Mama Lily dari arah depan.

"Kenapa gue mulu sih." decak Devian.

Ia menghampiri Mamanya yang membawa sebuah kotak kado berwarna pink.

"Kamu kenapa Dev? kok mukamu merah?" tanya Mama Lily setelah melihat kondisi Devian.

"Biarin dia sendiri yang ambil kesini Ma, kenapa harus aku." jawab Devian ketus membuat Papa Felix yang sedang membaca koran melirik pada putra sulungnya.

"Tuan muda Adhinatha.." panggil Papa Felix dengan nada memperingatkan.

Devian menghela nafasnya dengan kasar kemudian membawa kado yang di tangan Mama Lily kembali ke atas.

Mama Lily menatap Devian dengan bingung lalu duduk di sebelah Papa Felix.

"Papa.. apa kita percepat saja.." bisik Mama Lily pada suaminya. karena disana ada Dalvin juga jadi harus menjaga rahasia.

"Mereka belum saling mengenal, tunggu sampai mereka ada rasa kepedulian yang tumbuh dalam diri mereka. baru kita jalankan rencana A."

"Apa mereka kurang saling mengenal? aah.. padahal aku sudah mengabari berita baik ini pada Joice. Ayolah.." rajuk Mama Lily dengan manja.

"Mereka juga masih sekolah Ma.."

"Aku punya ide sayang, ayo kita rundingkan dengan Joice dan Mario."
Mereka langsung pergi menuju ruang kerja untuk membahas rencana yang akan di jalankan untuk Clarie dan Devian.

Dalvin yang sedikit mendengar hal itu hanya manggut-manggut paham.

"Mereka akan menghadapi bahaya dari rencana Mama." gumam Dalvin, kemudian kembali sibuk dengan game nya.

Sementara itu Devian berjalan mondar mandir di depan pintu kamar Clarie. ia menunggu waktu yang sekiranya tepat untuk mengetuk pintu. jangan sampai hal memalukan seperti tadi terulang kembali.

Family Project [End-Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang