S¤A¤T¤U

763 244 366
                                    

Nuda, seorang gadis cantik berhijab berusia duapuluh tahun tengah bercanda ria dengan sahabatnya, Lina. Nuda memiliki postur tubuh yang pendek dan sedikit berisi. Berkulit kuning langsat dengan hidung yang sedikit mancung. Lina dengan postur lebih tinggi dan lebih kurus dari Nuda. Berwarna kulit hitam manis dengan mata cokelat yang sangat indah. Bedanya dari Nuda, Lina tidak berhijab.

"Jujur, gue udah kebelet banget pengen nikah muda," ujar Nuda pada sahabatnya, Lina. Nuda dan Lina sedang asyik bercengkrama di teras kampus lantai empat.

"Gunanya nikah muda apa?" Lina menoleh menatap Nuda dari samping.

"Lo nggak lihat apa pasangan muda yang di bawah sana?" Nuda menunjuk sepasang suami istri yang sedang tertawa mesra di lapangan kampus. Lina memandang ke arah yang sama dengan Nuda.

"Karena itu lo pengen nikah muda?"

"Ya, maybe."

"Heh, menikahlah karena sudah siap bukan karena iri dengan keromantisan orang lain!" Lina berkata dengan wajah serius.

"Tapi gue pengen nikah. Sumpah, deh!"

"Nungguin aja si Fiqri lulus dan pulang ke Indonesia." Lina terkekeh.

"Hih, sembarangan! Gue bukan tipe si Fiqri kali." Nuda menyentil dahi Lina yang membuat perempuan itu meringis kesakitan.

"Tapi lu suka 'kan?" Goda Lina.

"Ya, gitu deh." Nuda tertawa.

"Lu mau ngapain?" tanya Lina heran melihat Nuda menulis sesuatu di kertas.

"Kepo!"

"Apa, sih? Coba liat." Lina menarik kertas yang dipegang oleh Nuda.

"Lepasin, ih! Sobek tahu rasa ntar lu." Nuda kembali menarik kertas yang belum sempat terbaca oleh Lina.

"Itu apa, sih?" tanya Lina masih penasaran.

Nuda tidak menyahut. Ia malah asyik menempelkan kertas itu pada sebuah balon yang sudah ia siapkan sebelumnya. Nuda berdiri lalu menerbangkan balon
itu ke udara.

"Selamat jalan, semoga kamu segera membawakan jodoh untukku!" ujar Nuda tersenyum lalu sedetik kemudian tertawa.

"Nggak waras ya, lu? Sini ruqyah!"

"Udah-udah, di kelas aja ruqyahnya biar rame." Nuda berlalu meninggalkan Lina yang masih terheran-heran dengan apa yang dilakukan Nuda.

"Tungguin, Da. Main kabur-kabur aja kaya maling!" Lina bergegas mengikuti langkah Nuda yang sudah menjauh.

"Iya, maling hatinya Fiqri!" Nuda berceloteh sambil terkekeh sendiri.

"Jangan halu, Fiqri udah ada yang punya cuman nggak diumbar aja!"

"Bodoamat, ntar gue mau jadi orang ketiga."

"Gile, lu mau dicap sebagai pelakor?"

"Why not, why not?"

Lina memukul kepala Nuda dengan buku yang ada di tangannya membuat Nuda meringis sambil tertawa.

               ***

Haji Rojak dan istrinya sedang asyik duduk di ruang tamu. Ditemani secangkir kopi, haji Rojak menikmati layar lebar kesukaannya di televisi. Haja Aminah pun sedang asyiknya membolak balikkan majalah wanita di samping suaminya itu.

"Umi, Nuda sudah punya pacar belum, sih?" Tiba-tiba haji Rojak bertanya pada istrinya.

"Tidak tahu, Bi. Tapi kalo Umi lihat dia tidak pernah menceritakan tentang laki-laki pada Umi," jawab haja Aminah.

"Hm, apa Nuda belum bisa melupakan Imam ya, Mi?"

"Mungkin, Bi. Umi terakhir kali melihat Nuda membawa laki-laki di rumah ini hanya waktu Imam masih hidup."

"Kisah cinta Nuda begitu rumit ya, Mi. Sekarang Nuda dan Imam bukan lagi LDR-an beda kota, beda negara, melainkan beda alam," ucap haji Rojak iba pada nasib putri semata wayangnya.

Ya, Nuda pernah jatuh cinta pada seorang laki-laki yang bernama Imam. Mereka sama-sama mempunyai rasa yang sama. Mereka saling mencintai. Tetapi, waktu hubungan mereka berjalan tiga tahun, Imam kecelakaan dan akhirnya meninggal. Nuda sangat terpukul dengan peristiwa itu. Nuda akhirnya menutup diri dari laki-laki manapun. Hingga sampai sekarang Nuda tidak pernah tertarik lagi kepada sosok lelaki, kecuali Fiqri.

Fiqri adalah teman dekat Nuda waktu mereka sama-sama menjadi pengurus remaja masjid. Karena begitu seringnya mereka bersama-sama, tersebarlah gosip yang menyatakan kalau Fiqri dan Nuda berpacaran. Nuda dan Fiqri menolak itu semua sebab kenyataannya mereka tidak menjalin hubungan apapun.

Setelah lulus SMA, Nuda dan Fiqri akhirnya berpisah jarak. Nuda melanjutkan sekolahnya di Indonesia sedangkan Fiqri di Australia.

"Assalamualaikum!" sapa Nuda saat memasuki pintu rumahnya.

"Berduaan mulu nih Abi sama Umi." Goda Nuda melihat haji Rojak dan haja Aminah hanya berduaan di ruang tamu.

"Waalaikumsalam, apa-apaan sih, Da!" elak haja Aminah.

"Iri, ya? Makanya nikah sana." Gurau haji Rojak.

"Abi belum tahu aja kalo Nuda udah ada yang lamar," ujar Nuda  sambil menyalami tangan Abi dan Uminya.

"Dih, main rahasia-rahasiaan ceritanya? Abi juga pasti tahu kali, kan Abi tempat lamarnya bukan kamu langsung."

"Ih Abi nggak tahu, ya? Nuda sudah punya orangtua pengganti?"

"Oh, mau nyari Abi baru? Baguslah kalo begitu. Abi nggak harus repot-repot biayain kuliahnya kamu."

"Abi mah, ih! Nggak lucu," Nuda memasang wajah kesal.

"Kan katanya udah punya orangtua pengganti." Haji Rojak terkekeh.

"Abi mah becandanya nggak lucu!" Nuda melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

"Mi, itu si Nuda anak siapa sih kenapa sampai bisa ngelawak gitu?" tanya haji Rojak yang dibalas kekehan dari istrinya.

"Anaknya Tukul Arwana, Bi!" Haja Aminah tertawa.

"Berarti Abi sekarang selingkuhan Umi, dong?"

"Ya, seperti itu."

"Nggak anak, nggak ibu, sama-sama alumni muridnya Reza Rahardian," celetuk haji Rojak.

"Reza Rahardian? Apa hubungannya, Bi?"

"Kan Reza Rahardian pelawak, Mi."

"Sok tahu! Reza Rahardian itu pemain film Habibie dan Ainun, bukan pelawak."

"Terus yang ngelawak siapa?"

"Roy Kiyoshi."

Haji Rojak dan haja Aminah akhirnya tertawa terbahak-bahak.

        ****

Jangan lupa bintang di pojok ya.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang