D¤U¤A¤B¤E¤L¤A¤S

185 82 77
                                    

Fajar sudah nampak di ufuk timur. Hawa dingin pun masih setia mendampingi setiap tubuh agar kembali bersimpuh di dalam selimut. Perlahan-lahan sinar jingga itu semakin membesar. Dari warnanya yang jingga menyejukkan menjadi warna kuning cerah. Hawa dingin pun semakin lama semakin berkurang. Orang-orang pun sudah mulai melakukan aktivitasnya.

Pagi ini Aril sudah bersiap-siap dengan pakaian rapi dan wangi. Berniat menjemput kekasih untuk bersama-sama pergi ke makam Lina.

Brak!

Suara stick PS terjatuh ke lantai ketika Aril mengambil kunci mobil. Aril menunduk lalu mengambil barang itu. Aril menatap stick itu sangat lama. Terngiang-ngiang suara ia dan Yudi yang selalu berebutan untuk memenangkan pertandingan PS. Permainan itu yang sudah membuat ia dan Yudi selalu begadang dan seringkali terlambat untuk masuk kuliah. Bukannya jera mereka malah semakin candu dengan permainan itu. Aril tersenyum kecil.

"Tidak. Lo bukan teman gua lagi. Lo udah kurangajar ngehamilin Lina. Setan, teman sendiri lo embat!" Aril menyeringai sambil meletakkan kembali benda itu ke tempatnya semula.

Akhirnya Aril dengan segera mengendarai mobil menuju rumah sang kekasih. Jikalau telat takut si pemilik hati marah-marah dan ngambek. Aril tidak mau mengambil resiko karena hal itu. Aril sudah tahu kalau Nuda ngambek pasti ribet dan akan lama. Membelah jalanan dengan gesit dan tersenyum bahagia membayangkan wajah sang kekasih yang sedang menunggu di depan gerbang.

"Kenapa nggak sekalian datang besok aja!" Kesal Nuda ketika Aril sudah sampai.

"Hehe. Kesiangan Ay," sahut Aril sambil cengar cengir.

"Makanya kalau disuruh tidur tuh langsung tidur jangan ngegame lagi!" Celetuk Nuda.

"Ya, ma'af."

"Mau sampai kapan duduk di situ dan nggak turun bukain pintu buat gue?"

Aril terkekeh senang,"Iya-iya."

Aril akhirnya menuruti kemauan sang kekasih agar ngambeknya nggak bertambah menjadi plus-plus.

"Pasangin sealtbealtnya!"

Semakin Nuda ketus dan galak semakin Aril tersenyum bahagia. Entah kenapa ketika Nuda marah membuat mood Aril tambah naik. Begitukah cinta?

"Orang ngambek malah senyam senyum sendiri. Ada yang lucu apa?" ujar Nuda kesal melihat ekspresi Aril yang sedari tadi tidak marah sekalipun ketika ia galakin.

"Ayang kalau ngambek tuh makin imut. Serius!" kata Aril mengangkat dua jarinya.

"Dih, gombal!"

"Ayang...," panggil Aril dengan suara manjanya. Nuda menoleh tanpa bersuara.

"Ayang tahu nggak?"

"Apa?"

"Ternyata Bu Megawati itu pernah pacaran lho sama Pak Jokowi," kata Aril serius.

"Ih, sok tahu! Mana ada kaya gitu sembarangan aja!" cecar Nuda.

"Lah? Nggak percaya nih?"

"Ya enggaklah, bego banget dah!"

"Kalau gue benar ngasih apa?" tantang Aril.

"Gue cium lo 3.600 kali. Itu kalau benar ya kalau salah nikahin gue ntar sore!" kata Nuda.

"Serius?" tanya Aril tidak percaya.

"Iye. Buruan buktiin. Awas kalau nggak bisa!"

"Salah atau benar gue tetap nikahin lo kali!"

"Ntar sore?"

"Boleh."

"Ah, jigong. Buruan buktiin!"

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang