Jam sudah menunjukkan pukul 9 kurang 15 menit. Biasanya Haydar sudah pulang jam segitu. Tapi malam ini Haydar tak kunjung datang padahal Nuda sudah menunggunya dari tadi. Setengah jam yang lalu Nuda sudah ingin menelpon suaminya itu tetapi suara dering ponsel milik suaminya malah terdengar dekat. Ponselnya ternyata ketinggalan. Nuda sudah beribu kali bolak balik balkon untuk melihat apakah mobil Haydar sudah berada di gerbang atau tidak. Nuda memasang wajah cemas menunggu kepulangan lelakinya itu.
Nuda memilih untuk keluar dari kamarnya. Ia berjalan turun ke lantai bawah untuk menunggu suaminya di ruang keluarga saja. Di ruang keluarga ada kedua mertuanya dan kedua orangtua sedang mengobrol hangat.
"Abang belum pulang ya, Mi?" tanya Nuda setelah sampai di ruang keluarga dan menduduki sofa.
"Dari tadi Umi belum melihat suamimu melewati ruangan ini deh," sahut Haja Aminah.
"Mungkin suamimu ada urusan mendadak, Nak. Tunggu saja dengan tenang jangan khawatir," kata Maria tersenyum menatap wajah menantunya itu.
"Tapi Abang biasanya cepat pulang dan nggak sampai jam segini, Ma." Nuda menatap cemas Maria.
"Tunggu saja di sini, Haydar pasti sebentar lagi akan pulang. Udah ngebet ya?" ujar Haji Rojak sambil tertawa dan segera beranjak dari duduknya sebelum putrinya itu ngambek dengannya.
"Abi apaan sih!" Kesal Nuda.
Haja Aminah dan Maria hanya terkekeh di tempat duduknya masing-masing. Lomes hanya tersenyum kecil. Setelah mengobrol sejenak Haja Aminah segera menyusul suaminya ke kamarnya. Sudah ngebet banget ya?
Maria masih berada di ruang keluarga bersama suami dan juga menantunya. Maria yang semula duduk berjauhan dengan sofa yang Nuda duduki perlahan menghampiri Nuda. Maria lalu mendudukan dirinya di sofa di samping tempat duduk Nuda.
"Mama dan Papa akan pulang besok. Jaga cucu Mama baik-baik, ya. Menantu Mama juga nggak boleh kecapekan sampai stres seperti kemarin," ujar Maria membelai kepala Nuda lembut. Nuda mengangguk tersenyum.
"Kalau suamimu berani menyakitimu lagi seperti kemarin, lapor ke Papa. Biar Papa saja yang menghukumnya," tambah Lomes.
"Abang pasti nggak bakalan nyakitin Nuda lagi kok, Pa. Kalau Abang berani nanti Nuda bunuh aja!" ujar Nuda tertawa.
"Setuju. Nanti Mama yang akan mencokel matanya lalu Mama jadikan isian bakso!" seru Maria yang membuat Nuda dan Lomes tertawa.
"Ah, sudah nggak sabar ingin menikmati tumisan ususnya Abang," ujar Nuda lagi. Kedua mertuanya pun langsung tertawa.
"Yasudah, Mama dan Papa mau ke kamar dulu, ya mau istirahat. Kamu juga istirahat jangan begadang." Maria tersenyum.
"Tunggu Abang pulang dulu, Ma. Nanti Nuda bakal istirahat, kok."
"Baiklah. Cucu Nenek yang baik jangan buat menantu Nenek repot, ya. Nenek sama Kakek mau tidur dulu," kata Maria sambil mengelus perut Nuda lembut.
"Kakek mau nguli malam dulu, ya. Doakan semoga lancar dan berhasil menciptakan Paman atau Bibi baru buatmu," kekeh Lomes lalu bergegas ke kamarnya.
"Papa!" Teriak Maria kesal melihat tingkah suaminya. Tentu saja dirinya sangat malu dengan menantunya yang ada di sampingnya kini. Nuda hanya terkekeh melihat reaksi dari Mama mertuanya itu.
"Yasudah. Mama ke kamar dulu, ya. Setelah suamimu pulang cepetan tidur," ujar Maria tersenyum lalu kemudian mengecup kening menantunya itu. Nuda tersenyum penuh arti mendapat perlakuan hangat dari mertuanya itu. Ternyata sifat suaminya menurun dari Mamanya.
"Semoga lancar ya, Ma. Jangan lupa berdoa," kata Nuda tertawa.
"Huft! Mertua sama menantunya sama saja!" ujar Maria dengan wajah yang sudah mirip kepiting rebus. Nuda hanya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
Literatura faktuTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...