"Ril, lu suka ya sama Nuda?" tanya Yudi saat mereka duduk menunggui Nuda dan Lina di kantin kampus.
"Ya, gitu deh," sahut Aril datar.
"Gitu deh gimana? Jelasin tulul!"
"Ya, gue suka sama Nuda. Kenapa? Lu juga suka?" tanya Aril balik.
"Ngawur! Cewek gua yang sering gangguin gue main game aja sekarang udah balik lagi!" kata Yudi kesal.
"Nggak jadi end?"
"Mustahal terjadi."
"Why not? Cuman virtual aja kok."
"Senyumnya hanya diwakili emoji. Cintanya pun hanya sebatas ketikan. Tapi entah kenapa ketika dia pergi luka ini membekas secara nyata," lirih Yudi parau.
"Makanya jangan jatuh cinta online, kodong!" Aril memukul kepala Yudi.
"Namanya juga cinta, Ril. Sejauh apapun itu, sebagaimana pun itu ya nggak bisa ditolak lagi. Gue juga heran sama diri gua." Yudi berucap serius.
"Cinta sih iya. Tapi jangan goblok sampe nyasar ke cinta online juga, dong!"
"Lalu, apa kabarnya dengan lu yang jatuh cinta pada Nuda? Mending gua, masih ada harapan. Lah, elu? Sampai kapanpun perasaan lo hanya sebagai halu!"
Aril terdiam seribu bahasa. Ia tak mampu mengeluarkan kata-kata setelah mendengarkan Yudi berbicara tentangnya. Benar, ia dan Nuda mana mungkin bisa bersatu?
"Lo yakin lo mau naroh perasaan lebih lanjut ke Nuda? Lo kan-" ucapan Yudi terhenti ketika melihat Nuda dan Lina sudah berjalan mendekat.
"Jangan dibahas." Aril menyenggol lengan Yudi.
"Udah lama nungguin, ya?" sapa Nuda sambil duduk di bangku kantin, begitupula dengan Lina.
"Ngga, kok, nggak lama. Saking cepetnya kopi gue lima gelas tuntas!" Cibir Yudi.
"Hehe, sorry. Tadi nemenin Lina dulu ke toilet ganti pem-"
"Lu bodoh apa tolol?" Lina menatap kesal ke arah Nuda.
"Ganti apa?" tanya Aril dan Yudi bersamaan.
"Ganti pem... apa itu namanya, Lin?" Nuda gugup menyenggol Lina.
"Pem-"
"Nuda!" Panggil seseorang membuat ke empat manusia yang duduk di kantin menoleh.
"Abang ngapain di sini?" tanya Nuda pada seseorang yang memanggilnya yang ternyata adalah abangnya, Adnan.
"Lu kuliahnya udah beres 'kan?" tanya Adnan.
"Udah. Ini mau jalan dulu sama teman-temannya Nuda," sahut Nuda sambil melirik Aril, Lina dan Yudi.
"Jalannya besok lagi aja. Kita pulang cepet hari ini," ujar Adnan.
"Emangnya kenapa sih?"
"Barusan Abi nelpon, bilang kalau keluarganya Fiqri datang ke rumah," ujar Adnan tersenyum.
"Ngapain?"
"Mana gua tahu, goblok. Emang gua udah nanya apa sama keluarga si Fiqri!"
"Ya, maksudnya ngapain Nuda ikut pulang? Kan keluarga Fiqri mau nemuin Abi sama Umi aja."
"Kita disuruh sama Abi pulang cepet. Abang nggak tahu apa peran lu sama Abang ntar pas pulang. Abang nggak nanya," jelas Adnan dengan lembut.
"Kenapa Abang nggak nanya?"
"Abi nggak ada pulsa, make telpon sepuluh detik. Minta digampar lu ya? Ayo!" Adnan menarik tangan Nuda.
"Jangan ditarik-tarik juga kali ah!" ucap Nuda berusaha melepas tangannya dari pegangan Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
Non-FictionTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...