Satu tahun sudah terlewati. Beberapa hari yang lalu Nuda baru saja menyelesaikan kuliahnya dan sudah meraih gelar sarjananya. Perjuangannya selama 4 tahun kini sudah ia rasakan sudah. Hanya beberapa huruf yang menjadi gelarnya tetapi itu membutuhkan perjuangan yang sangat berat dan cukup lama. Apalagi Nuda memilih jurusan yang sebagian orang merasa sangat sulit karena ada hitung menghitungnya. Bagi Nuda pelajaran tentang hitung menghitung adalah pelajaran yang paling mudah. Kuncinya hanya satu terletak pada rumus dan kecintaan pada hitung menghitung itu sendiri.
Satu tahun terakhir ini juga ia berusaha dengan keras menata hati yang sudah hancur akibat perpisahan yang terjadi diantara ia dan laki-laki yang kini entah kemana. Setelah kejadian itu Nuda tidak menemui Aril dan Aril pun tidak lagi terlihat barang sedikit pun. Pernah suatu hari Nuda mencari Aril di ruangannya ternyata Aril sudah tidak melanjutkan kuliahnya di situ.
Setiap malam tanpa henti Nuda menangisi kisah cinta yang tidak pernah ia sangka akan berakhir begitu saja. Sampai pada akhirnya ia melewati waktu yang cukup lama dan terasa berat untuk melupakan semua kenangan tentang kisahnya yang sepenuhnya belum sirna dalam ingatannya. Sekarang Nuda sudah bisa melupakan Aril dengan segala keikhlasan hatinya. Bayangan tentang Aril dan kenangan-kenangan itu seiring berjalannya waktu pudar dengan sendirinya. Nuda pun sudah berhasil menyembuhkan luka beberapa waktu yang lalu.
"Sudah siap belum? Tuh di luar keluarga Fiqri sudah datang," kata Haja Aminah membuyarkan lamunan Nuda.
Ya, beberapa hari yang lalu tepatnya pas hari H Nuda wisuda, Fiqri menyatakan kalau ia ingin menikahi Nuda dan malam ini keluarga Fiqri akan datang ke rumah untuk melamar Nuda. Sudah dari tadi Nuda mempersiapkan dirinya dibantu oleh anak dari pembantunya yang memang belakangan ini tinggal di sana.
Dengan gaun berwarna putih yang dipadu dengan jilbab yang senada Nuda kelihatan cantik sekali malam ini. Senyumannya sedikit terpaksa dan terlihat tidak ikhlas menerima hal itu semua. Nuda tidak pernah bilang kalau dia ingin menerima lamaran Fiqri tapi Abinya lah yang mengiyakan itu semua. Sebagai anak yang berbakti dan tidak ingin menentang Nuda mengikuti saja apa yang Abinya perintahkan. Toh laki-laki yang sangat dia cintai sudah tidak bisa lagi ia miliki.
"Sini, Umi bantuin berdiri!" ujar Haja Aminah dengan tersenyum membantu Nuda untuk berdiri.
"Anak Umi sudah siap belum untuk turun ke bawah?" tanya Haja Aminah tersenyum mencubit pelan hidung Nuda. Nuda mengangguk tersenyum tanpa bersuara sedikitpun.
"Ayo, Kak. Bismillah dulu!" kata Adel, anak pembantu di rumah Nuda.
"Bismillah...," lirih Nuda pelan sambil memantapkan hatinya untuk mulai berjalan.
Dengan digandeng oleh Haja Aminah dan Adel, Nuda menuruni anak tangga satu persatu. Di bawah orang sudah sangat ramai memenuhi ruangan. Banyak sekali kerabat Nuda maupun Fiqri yang datang menghadiri acara lamaran itu. Nuda tidak berani mengangkat kepalanya karena perasaan deg-degan dan malu.
Di tengah ruangan Fiqri dan orangtuanya duduk berdampingan menunggu Nuda untuk turun. Dengan kemeja yang senada dengan gaun yang dipakai Nuda, Fiqri terlihat sangat tampan sekali apalagi senyumnya yang setiap waktu tidak pernah pudar.
Darah Fiqri berdesir tatkala melihat Nuda yang sudah turun dan mulai mendekati tempat duduknya. Mata Fiqri tidak bisa lepas dari wajah Nuda. Fiqri menatap Nuda dari atas sampai bawah. Perempuan yang mempunyai senyuman manis itu sebentar lagi akan menjadi miliknya seutuhnya.
Nuda perlahan mengangkat wajahnya dan yang pertama kali terlihat adalah wajah laki-laki yang akan melamarnya. Nuda dan Fiqri bertemu pandang. Terlihat Fiqri melepas senyuman manisnya saat bertatapan dengan Nuda. Nuda dengan cepat memalingkan wajahnya. Tidak kuat berlama-lama menatap laki-laki yang sangat tampan dan berwibawa itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
No FicciónTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...