Maria, seorang perempuan berumur 50-an tahun. Ia berperawakan agak sedikit gemuk, rambutnya lurus tapi sering dikuncir membuatnya bergelombang, matanya yang biru dengan perpaduan kelentikan mata yang khas, kulit hitam eksotisnya membuatnya cantik khas orang timur.
Lomes, seorang pria yang umurnya tidak jauh berbeda dari istrinya, Maria. Tubuhnya pendek tapi kuat dan tegap. Rambutnya yang sudah beruban karena usia selalu terlihat karena ia tidak biasa memakai topi. Ia seorang pendiam dan kejam jika sudah emosi. Ia pengendali emosi yang baik, ia akan selalu cepat mengalah jika ada istrinya maupun anaknya yang membuat ia jengkel.
Kini di teras depan rumahnya, Maria dan Lomes sedang bercengkrama sambil menyeruput minuman masing-masing. Hari sudah mulai siang dan anak-anaknya yang sekolahpun belum pulang. Mereka menikmati hari tua dengan bercerita kesana kemari menikmati tumbuhan berbunga yang mereka tanam di depan rumah mereka.
"Pa, lihat deh!" kata Maria menepuk paha suaminya sambil menatap lurus ke arah gerbang. Di gerbang sana terlihat sebuah taxi berwarna biru berhenti tepat di depan rumah itu. Lomes menatap ke arah yang sama dengan istrinya.
"Siapa ya, Ma?" tanya Lomes melirik istrinya ketika melihat seorang perempuan bercadar keluar dari taxi itu.
Maria mengangkat bahunya tanda tidak tahu. "Ada dua ninja, Pa, yang keluar!"
"Aril?" Teriak Maria ketika melihat putranya keluar dari taxi itu dengan menenteng beberapa tas besar.
Maria dan Lomes beranjak dari duduknya dengan perasaan bahagia. Betapa tidak anak laki-lakinya yang sudah lama merantau akhirnya kembali menengoknya. Sebagai seorang Ibu, Maria menangis terharu.
"Mama, Alana pulang!" kata Alana sambil menghampiri Maria. Maria menatap aneh dan bingung pada wanita bercadar di depannya itu.
Alana memeluk Maria dengan menangis terharu. Setelah beberapa bulan meninggalkan Mamanya akhirnya kini sudah bertemu lagi. Maria yang bingung dan tidak tahu itu adalah anaknya hanya terdiam namun tidak menolak pelukan itu.
"Ma, Alana kangen."
"Alana? Siapa Alana?" tanya Maria bingung. Alana terkejut lalu melepaskan pelukan itu. Ia tidak sadar kalau Mamanya belum tahu jika ia sekarang sudah muslim dan bercadar.
"Mama ...," lirih Haydar lalu memeluk Maria dengan terharu karena rindu. Maria pun ikut menangis karena kepulangan putranya.
Baik Haydar maupun Alana mereka memeluk bergantian kedua orangtua mereka. Tatapan aneh dan bingung masih setia di otak Maria melihat perempuan bercadar yang baru saja memeluknya itu.
"Ini Elen, Ma." Alana berujar seakan-akan tahu apa isi pikiran Mamanya.
"A-apa?" Maria tersentak kaget karena putrinya kini sudah tentu beragama lain darinya dilihat dari penampilan putrinya.
"Elen ngikut kepercayaan Abangmu?" tanya Lomes. Alana mengangguk dengan perasaan takut akan dimarahi.
"Kenapa nggak bilang ke Papa sama Mama dulu?" tanya Lomes lagi.
"Ma-ma'af, Pa. Elen takut Mama sama Papa marahin Elen," kata Alana menunduk.
"Memarahimu? Atas dasar apa Papa sama Mama harus marah kepadamu?" ujar Lomes.
"Elen takut Mama sama Papa nggak ngizinin Elen buat ngikut kepercayaan Abang."
"Papa sama Mama nggak seperti yang kalian pikirkan. Elen sudah dewasa. Sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk menurut Elen. Kalau Elen pikir bahwa kepercayaan Abangmu baik, ya ikutilah." Lomes tersenyum melirik bergantian Haydar dan Alana. Haydar tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
Non-FictionTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...