"Saya terima nikahnya Nuda Bahira Ramadhani binti Haji Rojak dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu melirik tamu undangan.
SAH!!
"Barakallahu likulii wahidimmingkumaa fii shaahibihi wa jama'a bainakumma fii khayrin." Doa para tamu undangan menggema.
Nuda meneteskan air mata entah kebahagiaan atau sedih karena mulai detik itu ia sudah sah menjadi seorang istri. Sedari tadi ia hanya menangis menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa kembali bersatu dengan Ariel yang ternyata sudah mualaf.
"Ayo sebentar lagi Fiqri akan menjemputmu," ujar Haja Aminah membantu Nuda untuk berdiri. Haja Aminah merasa sangat hancur sekali ketika melihat putrinya menangis sejak kejadian yang tak disangka-sangka tadi. Haja Aminah merasa gagal menjadi seorang ibu karena harus memaksakan kehendak mereka tanpa tahu anaknya akan bahagia atau tidak.
Haja Aminah membawa Nuda ke dekat pintu menunggu jemputan dari Fiqri. Adel dan juga bibinya Nuda ikut memegang gaun Nuda agar tidak di injak. Pintu terkuak. Nuda memejamkan matanya tidak berhenti menangis.
"Lho kok?" Adel terkejut ketika melihat laki-laki yang menjemput Nuda bukan lagi Fiqri. Haja Aminah juga menganga tidak percaya sambil meneteskan air matanya. Pelan-pelan Nuda membuka matanya.
"A-ariel?" Nuda terkejut mendapati wajah Haydar dan bukan Fiqri yang seharusnya. "Ini bukan mimpi 'kan?"
"Bukan mimpi, ini nyata." Haydar tersenyum menatap perempuan di depannya yang kini sudah sah menjadi miliknya itu.
"Umi, ini Ariel beneran 'kan?" tanya Nuda meyakinkan sambil melirik Haja Aminah di sampingnya. Haja Aminah mengangguk terharu melihat kebahagiaan di wajah putrinya itu.
Haydar mendekat lalu memegang ubun-ubun Nuda. Nuda merasakan deg-degan yang sangat hebat. Bagaimana ini bisa terjadi? Fiqri dimana?
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa wa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih." Haydar membacakan doa itu sedikit berbisik sambil memegang ubun-ubun sang istrinya.
Haydar mengulurkan tangannya sambil tersenyum menatap Nuda agar Nuda menerima uluran tangan Haydar itu. Nuda memberikan tangannya pada Haydar dengan gemetar.
"Cantik banget, sih." Haydar berbisik lembut pada telinga Nuda sambil berjalan menuju lantai utama.
"Emang dari dulu aku nggak cantik apa?" Kesal Nuda sambil mencubit pinggan suaminya itu.
"Cantik. Tapi lebih cantikan kalau udah sah begini," kata Haydar melebarkan senyumnya sambil menatap wajah sang istri.
Fiqri melihat kebahagiaan terpancar dari wajah Nuda. Ia pun ikut tersenyum ketika perempuan yang sangat ia cintai bahagia walaupun bukan dengannya. Hatinya remuk ketika melihat perempuan itu dan laki-laki yang baru kemarin ia kenal bahagia sambil tertawa menuruni tangga. Ia ingin sekali menangis tapi ia berusaha tegar menghadapi kenyataan ini. Bagaimanapun juga jika ia menikahi Nuda yang tak memiliki perasaan padanya itu akan lebih sakit lagi. Maka dari itulah ia melepaskan Nuda untuk Haydar.
Nuda berhenti tertawa dan tersenyum ketika melihat Fiqri menatap ke arahnya dengan sendu. Nuda menghampiri Fiqri dengan tidak enak hati dan Nuda merasa ia sudah sangat jahat menghianati cinta yang tulus dari laki-laki itu.
"Jangan bilang kalau kamu yang salah di sini. Di sini aku lah yang salah." Fiqri membuka pembicaraan karena sedari tadi Nuda hanya menunduk dan menangis di depannya. "Tatap aku, Da."
Nuda mengangkat wajahnya dan menatap Fiqri. Air matanya belum berhenti mengalir di kedua pipinya.
"Kemarin-kemarin aku tidak pernah dan sama sekali tidak menemukan cinta di matamu. Tapi hari ini, cinta itu aku temukan berbinar di matamu," ujar Fiqri tanpa tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
Non-FictionTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...