D¤U¤A¤P¤U¤L¤U¤H¤E¤M¤P¤A¤T

131 46 76
                                    

"Abang?" Panggil Nuda ketika ia dan suaminya berada di kamar malam itu. Nuda sedang membaca novel kesukaannya di tempat tidur.

"Hm, kenapa?" sahut Haydar tidak memindahkan matanya di depan laptopnya. Haydar sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya lewat online bersama rekan-rekan pendakwahnya.

"Kemarin Nuda bertemu dengan teman Nuda satu kuliahan dulu. Dia menawarkan pekerjaan untuk aku," kata Nuda.

"Terus?"

"Boleh nggak aku kerja, Bang?" tanya Nuda berharap cemas semoga suaminya itu mengizinkannya.

"Boleh," sahut Haydar masih serius menatap laptop di depannya.

"Serius?" Nuda kegirangan mendapat jawaban yang di lontarkan oleh suaminya itu. Haydar mengangguk sambil tersenyum.

Nuda berlari menghampiri suaminya bahagia karena diizinkan untuk bekerja. Sebenarnya setelah wisudanya kemarin pun Nuda sudah ditawarkan untuk bekerja di sebuah bank tapi Abinya bilang untuk menyelesaikan pernikahannya dulu baru bekerja. Setelah kemarin menikah Nuda kembali menanyakan perihal tawaran kerja itu ternyata sudah tutup.

"Sayang deh sama Abang!" Seru Nuda kegirangan sambil mencium pipi Haydar. Haydar tersenyum.

"Juga," kata Haydar kembali berkutat dengan laptopnya.

"Berarti besok pagi Nuda mau ke tempat Nuda kerja untuk memberikan surat lamaran kerja," kata Nuda senang memikirkan apa yang ia lakukan keesokan harinya.

"Boleh. Tapi kerjanya harus dirumah."

"Abang, ih! Mana ada kerjanya online gitu," kesal Nuda pada Haydar.

"Abang izinin kamu kerja tapi kerjanya nggak boleh keluar dari gerbang depan," kata Haydar tersenyum gemas menatap wajah istrinya yang sedang kesal.

"Abang mah, nggak adil ih! Abang aja keluar kemana-mana, kok. Masa Nuda nggak boleh keluar? Lagian juga buat kerja bukan buat aneh-aneh!" Cecar Nuda penuh kekesalan.

"Pokoknya boleh kerja asal nggak keluar melewati gerbang depan. Titik!" kata Haydar menutup laptopnya karena pekerjaannya sudah selesai. Haydar beranjak dari duduknya keluar dari kamar menuju lantai bawah.

"Abang, ih!" Teriak Nuda sambil mengejar langkah suaminya yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Bisa-bisanya suaminya itu membuat ia senang  lalu membuatnya kembali kesal.

Tanpa menghiraukan teriakan istrinya, Haydar menuruni anak tangga lalu bergabung dengan mertuanya di ruang keluarga. Di sana terdapat Haji Rojak dan istrinya juga Adnan yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Istrimu mana, Dar?" tanya Haja Aminah yang tidak melihat Nuda bersama dengan Haydar.

"Tuh lagi ngambek di atas, Mi," sahut Haydar sambil menyeruput teh hangat yang tersajikan di depannya.

"Lho? Kenapa dengan istrimu, Dar?" tanya Haji Rojak.

"Dia ngambek karena Haydar nggak ngizinin dia kerja." Haydar menatap mertua laki-lakinya itu.

"Memangnya kenapa? Daripada dia di rumah terus 'kan. Bosan juga Adnan lihat muka dia tiap hari!" kata Adnan yang sedari tadi hanya menyimak.

"Jangan ntar dia lirik sana lirik sini. Nggak boleh!" Kekeh Haydar menatap Adnan.

"Overthinking sekali!" kata Adnan tertawa.

"Nggak papa kalau istrimu mau kerja izinin aja," kata Haji Rojak yang diiyakan oleh Haja Aminah.

"Nggak, Bi. Haydar nggak mau istri Haydar kerja. Haydar masih kuat nafkahin dia. Sejatinya juga seorang perempuan itu dirumah. Kalau dia bosan dia bisa kok ikut Haydar kemana-mana," jelas Haydar tersenyum.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang