"Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda ketika Nuda dan Aril bertemu di kampus ketika Aril baru saja selesai kuliah.
"Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tanpa melihat wajah Nuda. Aril pikir waktu yang tepat untuk jujur itu adalah saat itu. Aril tidak ingin lagi menutupi jati dirinya yang sebenarnya. Aril tahu ini akan membuat kisah cintanya berhenti tetapi ia akan merasa terbebani jika terus-terusan menutupi siapa ia yang sebenarnya.
"Maksud lo apa?" tanya Nuda bingung tidak mengerti dengan apa yang Aril bicarakan.
"Ada yang hanya berstatus tapi saling cinta. Ada yang sudah saling cinta, tapi tidak bisa bersama." Aril berucap menatap lurus ke depan. Nuda mengernyitkan keningnya heran. Nuda tidak mengerti arah pembicaraan Aril kemana.
"Cinta sejati tidak harus berarti menyatu, terkadang cinta sejati itu terpisah namun tak ada yang berubah."
"Lo ngomong apa sih? Oh maksudnya lo nggak mau nikahin gue? Lo cuman main-main selama ini sama gue?" cecar Nuda mulai emosi dan menebak perkataan Aril berujung kemana.
"Jika Tuhan menyatukan manusia dengan cinta, tapi kenapa Tuhan memisahkan manusia dengan perbedaan, Da?" Aril menatap netra Nuda dalam. Ada rintikan air netra yang ingin jatuh dari pelupuk mata laki-laki itu.
"Perbedaan yang bagaimana sih maksud lo?" Nuda masih tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Aril. Nuda masih bingung kemana arah pembicaraan Aril.
"Aku sudah tahu hanya saja selama ini aku pura-pura nggak tahu kalau aku dan kamu memiliki jalan yang berujung luka. Ma'afin aku, Da." Air mata Aril lolos dari sumbernya. Nuda terkejut dan tidak mengerti tangisan Aril untuk apa. Apa yang membuat Aril menangis Nuda nggak tahu sama sekali.
Nuda memilih memeluk Aril untuk menenangkan laki-laki yang ia cintai itu. Nuda khawatir terjadi sesuatu pada Aril sampai-sampai laki-laki itu menangis dengan tersedu-sedu di dalam dekapannya. Tidak biasanya Aril menangis bahkan sama sekali Nuda tidak pernah melihat Aril yang seperti ini. Sampai panggilannya yang biasanya lo gue sekarang menjadi aku dan kamu. Ada apa?
"Lo kenapa, ih? Cerita!" Nuda melepas pelukan itu dan memaksa Aril untuk cerita. Semakin didesak Aril semakin menangis pilu menyayat hati. Nuda semakin bingung dengan hal itu.
"Da...," lirih Aril masih dengan air matanya yang mengalir deras. Aril tidak sanggup mengungkapkan fakta yang sebenarnya pada Nuda. Aril takut Nuda kecewa dan Aril takut kehilangan wanita yang sekarang memeluknya itu.
"Jangan bikin gue khawatir, Ril. Ayo cerita!" Kesal Nuda dengan raut muka khawatir dan takut telah terjadi apa-apa sama sang kekasihnya itu.
Aril merenggangkan pelukannya. Menatap wajah Nuda yang memperlihatkan kekhawatirannya. "Kenapa kita harus berbeda, Da? Kenapa kamu mengaji dan aku bersaat teduh? Kenapa kamu membuka telapak tangan dan aku mengepalkan tanganku? Kenapa kiblat yang kamu tuntun pulang dan palang yang membuatku menang? Kenapa kamu mempunyai tasbih dan aku mempunyai Rosario? Kenapa kamu bersyahadat dan aku bersyafaat? Kenapa idul fitri dan Natal pun tiba? Kenapa kamu membaca Al-Quran dan aku membaca Alkitab? Kenapa kamu berwudhu dan aku menyanyi pujian? Kenapa kamu sholat subuh dan aku do'a pagi? Kenapa kamu ke masjid dan aku ke gereja? Kenapa kamu ber-adzan dan aku berbahasa roh dalam menyembah? Kenapa kamu menyebutnya ALLAH dan aku menyebutnya TUHAN YESUS? Kenapa, Da? Kenapa!"
Tidak sadar air mata Nuda pun ikut terjatuh dengan sendirinya. Tubuh Nuda kini terasa melemah mendengar penuturan Aril yang tidak disangka-sangka olehnya. Nuda terdiam tidak percaya. Bagaimana mungkin Aril non-muslim sedangkan setiap hari ia dan Nuda sama-sama ke masjid? Bagaimana mungkin Aril seorang kristen sedangkan sekarang ia sudah membaca Al-Quran dengan fasih dan lancar? Bagaimana mungkin Aril seorang kristen sedangkan setiap Nuda mengajak ia ke pengajian selalu ikut?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
No FicciónTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...