T¤I¤G¤A¤P¤U¤L¤U¤H¤D¤U¤A

108 47 76
                                    

"Abang!" Seru Nuda membangunkan Haydar yang masih melanjutkan tidurnya menarik napas lembut dibalik selimut. Tumben sekali suaminya tidur setelah subuh biasanya juga Nuda yang masih pulas pikir Nuda.

Nuda pagi ini sudah merasa agak sedikit membaik dan segar. Infus di tangannya pun sudah terlepas. Pagi ini juga ia sudah bersikeras ke dapur dan membuat sarapan untuk semua orang di rumah itu.

"Abang, ih! Bangun napa!" Teriak Nuda menarik paksa selimut yang menyelimuti tubuh suaminya itu. Haydar sama sekali tidak merespon apa-apa. Haydar malah melanjutkan mimpi-mimpinya yang masih terus berlanjut.

Dengan perasaan jengkel dan kesal, Nuda menghampiri suaminya dan naik ke atas tempat tidur. Ia memukul tubuh suaminya dengan guling yang berada di dekatnya. Kesal sekali Nuda pada suaminya itu.

"Abang!" Seru Nuda lagi sambil menepuk-nepuk pipi Haydar. Haydar bergerak sebentar lalu kembali nyaman dengan lelapnya.

Karena tidak dapat respon apa-apa dari suaminya, Nuda meninggalkan kamarnya itu menuju ke dapur untuk sarapan. Belum sampai ia di pintu tiba-tiba lelakinya itu memeluknya dari belakang membuatnya terkejut.

"Apaan sih, Bang!" ujar Nuda kesal menatap suaminya dari samping. Haydar tidak menjawab apa-apa ia terus memejamkan matanya menyandarkan kepalanya pada pundak sang istri.

"Abang ngantuk," ujar Haydar tanpa membuka matanya.

"Semalam kan udah tidur gimana sih. Ini udah siang tahu!" sahut Nuda.

"Abang benar-benar ngantuk, sayang ...," lirih Haydar pelan. Mendengar penuturan suaminya yang seperti itu Nuda menjadi kasihan.

"Yaudah. Ayo ke kasur lagi," kata Nuda menuntun suaminya kembali ke atas tempat tidur.

Haydar langsung berbaring di atas tempat tidur. Nuda ikutan berbaring di samping suaminya itu. Menatap wajah lelap suaminya yang sangat tampan. Perlahan Nuda menggerakan tangannya menyentuh pipi suaminya. Mengelus pipi lelakinya itu dengan lembut. Nuda mengukir senyum.

"I love you," ujar Nuda pelan lalu mengecup kening suaminya yang masih terlelap.

Haydar menampakkan senyumannya dengan mata yang masih terpejam. Ia mendekatkan tubuhnya memeluk istrinya itu. Nuda menerima pelukan itu dan membawa kepala suaminya ke lehernya.

"Nuda!" Itu suara Haja Aminah. Seisi rumah sudah menunggu pasangan itu di meja makan untuk menyantap sarapan. Karena Nuda sangat lama akhirnya Haja Aminah menyusul Nuda. Ia takut terjadi apa-apa sama putrinya itu.

Nuda sontak menatap ke arah pintu. Haja Aminah sedang menatap ke arahnya sekarang. Nuda berucap tanpa suara mengisyaratkan kalau Uminya sarapan dahulu saja. Ia dan suaminya nanti nyusul.

Haja Aminah yang paham lalu tersenyum lebar. Betapa romantisnya putri dan menantunya itu sampai ia pun baper. Haja Aminah menutup pintu pelan-pelan lalu berjalan menuju meja makan.

"Abang nggak mau sarapan dulu? Aku udah buatin nasi goreng kesukaan Abang tahu!" seru Nuda masih membelai pipi suaminya.

Haydar bangun dari tidurnya. Mendongakkan kepalanya menatap istrinya.

"Sayang udah lapar?" tanya Haydar.

"Aku mah tergantung Abang aja," sahut Nuda tersenyum.

"Mau sarapan sekarang?" tanya Haydar lagi.

"Boleh."

"Nanti aja. Kita sarapan yang lain dulu pagi ini," kata Haydar tersenyum.

Nuda yang sudah paham pun pasrah.

                       ***

Kini Nuda dan Haydar sedang berada di mobil untuk mengantarkan mereka pulang. Satu jam yang lalu mereka pergi ke dokter untuk mengecek kandungan Nuda. Kata dokter, kandungan Nuda baik-baik saja hanya butuh istrirahat yang banyak. Dokter pun memberi beberapa resep vitamin untuk ditebus. Nuda juga bersyukur kehamilannya tidak seperti orang hamil pada umumnya yang ngidam aneh-aneh.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang