Nuda menggeliat membuka matanya ketika ia merasakan sentuhan di tangannya. Haja Aminah sudah berada di sana dengan senyum manisnya. Terlihat ada setetes air mata dari perempuan dua anak itu yang terjatuh. Sejenak kemudian ia memeluk tubuh Nuda lama sambil menangis tersedu-sedu menyayat hati. Nuda bingung kenapa wanita itu menangis padahal Nuda tidak kenapa-kenapa. Bahkan sekarang dirinya sudah agak sedikit kuat dan mendingan setelah berhasil melakukan operasi itu.
"Umi kenapa menangis?" tanya Nuda perlahan sambil mengelus pundak wanita yang sudah melahirkannya itu.
Haja Aminah tidak menjawab dan malah terus menerus menangis dengan isakan yang membuat Nuda merinding.
"Ada apa, Mi? Kenapa Umi menangis?" tanya Nuda lagi karena tidak mendapat jawaban dari Haja Aminah. Haja Aminah menarik napasnya panjang. Ia berusaha menghentikan sesak yang bersemayam di dadanya.
"Tidak, Nak. Umi tidak kenapa-kenapa," ujar Haja Aminah melebarkan senyumnya lalu sejurus kemudian mengecup lama kening putrinya itu.
"Assalamualaikum!"
Nuda dan Haja Aminah terkejut. Sontak mereka menoleh ke arah pintu. Dari arah pintu terlihat Adnan, Alana dan Adel yang masing-masing mengendong seorang bayi.
"Waalaikumsalam," sahut Nuda dan Haja Aminah serempak.
"Kakak, dedenya udah bisa digendong, dong!" seru Adel dengan riangnya sambil menatap wajah bayi yang ada di gendongannya.
"Lo mau gendong atau nggak nih?" tanya Adnan menatap Nuda.
"Kan anak gue. Siniin," ujar Nuda.
Adnan menyerahkan bayi itu kepada Nuda. Begitu pula dengan Alana dan Adel. Nuda tersenyum haru melihat ketiga bayinya sudah lahir dengan selamat.
"Kata dokter, anaknya Akak satu perempuan dan dua laki-laki." Alana berucap tersenyum.
"Gemoy banget deh, Kak. Adel jadi pengen nikah," seru Adel.
"Gue udah nikah sama istri gue, jadi nggak akan ada lagi yang mau nikah ama lo!" cecar Adnan menatap Adel.
"Da, cucu-cucu mau dikasih nama apa?" tanya Haja Aminah sambil tersenyum.
"Hm, biar Abang aja yang namain. Abang dimana?" tanya Nuda yang tidak melihat wajah suaminya berada di antara orang-orang di ruangan itu.
Seketika semua yang ada di ruangan langsung menunduk terdiam. Tidak ada yang bersuara. Melihat itu Nuda menjadi bingung dengan tingkah keluarganya itu.
"Bang Haydar lagi di luar ya? Nan, panggilin suami gue, dong!" seru Nuda menatap Adnan. Adnan tidak menggubris perkataan Nuda. Ia malah semakin menunduk.
"Lho? Kok pada diem? Bang Haydar udah nyampe 'kan? Abang juga 'kan yang adzanin sama iqamatin anak-anak aku?" ujar Nuda menatap bergantian orang yang berada di ruangan itu.
Semua masih sama. Tidak ada yang bersuara sedikitpun. Kini yang terdengar hanya isakan-isakan dari orang-orang yang berdiri mengelilingi Nuda dan ketiga anaknya.
"Ada apa, sih? Aneh deh," ucap Nuda kesal melihat reaksi keluarganya itu.
"Mi, panggilin suami Nuda. Nuda pengen ketemu sama Abang," kata Nuda menatap wajah Haja Aminah.
Sekali lagi Haja Aminah kembali memeluk Nuda sambil menangis tersedu-sedu. Nuda semakin bingung dengan Uminya dan adik-adiknya yang menangis. Ada apa sebenarnya?
Eaaaak! Eaaaak! Eaaak!
Ketiga anak kembar Nuda secara bersamaan menangis. Haja Aminah segera melepaskan pelukannya pada tubuh Nuda. Adnan dan Alana sontak mengambil kedua anak Nuda. Yang satunya lagi Nuda gendong sambil berusaha menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
Literatura FaktuTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...