T¤I¤G¤A¤P¤U¤L¤U¤H

107 40 34
                                    

Nuda membuka matanya perlahan. Ia mengedipkan matanya menyesuaikan netranya dengan cahaya lampu di ruangan tempat ia dirawat. Ia menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Nuda mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Terakhir yang ia ingat ia sedang berada di kamarnya lalu tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan semuanya gelap.

Ia mendapati sesosok laki-laki sedang berada di tepi tempat tidurnya. Ia rasa sebelumnya sudah pernah bertemu dengan lelaki itu tapi Nuda tidak bisa mengingat siapa pemilik wajah itu.

Nuda mencoba menggerakkan tangannya tempat selang infus berada. Tiba-tiba saja laki-laki itu menahannya untuk bergerak. Laki-laki itu menyuruh Nuda untuk kembali berbaring dengan isyarat tangannya. Nuda pun kembali berbaring. Lagipula ia merasakan tubuhnya sangat lemah sekali.

"Kamu siapa?" tanya Nuda terbata memberanikan diri membuka suara karena sedari tadi lelaki itu hanya terdiam. Bibirnya membentuk garis senyum di wajahnya.

Laki-laki itu tidak menjawab. Ia hanya tersenyum menatap Nuda yang sedang memasang wajah ingin tahu dan penasaran tentang siapa lelaki itu.

Nuda berusaha sekuat tenaga untuk mengingat siapa lelaki itu. Bukannya mengingat tentang siapa lelaki itu di pikiran Nuda terbayang Haydar yang sedang berduaan dengan wanita lain di depan matanya. Sesak itu datang dengan sendirinya. Nuda menatap langit-langit ruangan itu dengan terdiam. Setitik netra berhasil keluar dari pelupuk matanya.

"Jangan menangis," ujar laki-laki itu lembut membuat Nuda menatap ke arah laki-laki itu. Suaranya tidak asing bagi Nuda tetapi otaknya tidak bisa mengingat siapa laki-laki itu.

"Dia sangat mencintaimu. Sangat ...," ujar laki-laki itu sampai lirihnya tidak terdengar.

Nuda tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh lelaki di depannya kini. Siapa yang dia maksud? Apakah Haydar? Kalau Haydar mencintai dirinya lantas kenapa ia melakukan aksi bejat itu dengan wanita lain?

                      ***

"Kamu memilih untuk menikahi anak saya atau memilih mendekam di penjara?" tanya Yohanes, ayah dari Alika, mantan kekasih Haydar yang juga kepergok berdua-duaan dengan Haydar di rumah Johan.

Satu jam yang lalu Maria dan juga Lomes menyusul Haydar. Kedua orangtua dari Alika pun ikut menyusul meminta pertanggungjawaban dari Haydar yang sudah memperkosa anak perempuannya. Kini mereka semua sudah tiba dan duduk berkumpul di rumah Haji Rojak. Haji Rojak dan keluarga juga berada di sana. Hanya tertinggal Alana dan Fiqri di ruah sakit menemani Nuda.

"Saya tidak bersalah, Om. Alika yang memfitnah saya," kata Haydar membela diri.

"Bohong! Lo udah memperkosa gue, Ariel. Lo yang mau memfitnah gue, bukan gue yang ngefitnah lo!" ujar Alika yang juga ada di antara mereka sambil menangis.

"Apa gunanya aku berbuat keji seperti itu? Kalau aku mau istriku ada, Alika!" sahut Haydar menatap ke arah Alika.

"Bukti sudah menunjukkan bahwa kamu sudah memperkosa anak saya, Ariel! Kamu sudah tidak bisa menolak lagi," kata Florentina, ibunya Alika.

"Bukti apa yang Tante maksudkan? Apa buktinya kalau saya sudah memperkosa anak Tante?" tanya Ariel.

"Baju Alika sobek dan bajunya saat itu terbuka. Sudah tentu kamu sudah memperkosa anak saya!" Tegas Yohanes.

"Bisa saja saat itu perempuan itu yang mau diperkosa dan Bang Haydar menolak!" Itu suara Adnan.

"Adnan!" Suara Haji Rojak membentak Adnan menyuruh Adnan untuk diam.

"Adnan mau membela Bang Haydar, Bi. Bang Haydar nggak bersalah!" sahut Adnan.

"Sudah tidak ada yang mau dibela. Ariel salah dan Ariel harus memilih, menikah dengan Alika atau dipenjara!" kata Yohanes.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang