Seperti biasa Nuda pagi ini sedang menyiram tanaman di belakang rumah. Menyiram tanaman pagi-pagi adalah rutinitas dirinya ketika perutnya mulai berisi. Sebenarnya pekerjaan itu untuk penjaga rumah tapi Nuda tetap bersikeras untuk melakukannya. Bosan rebahan katanya.
Hari itu hari jum'at berarti besoknya suaminya akan pulang. Nuda sudah tidak sabar memeluk lelakinya itu erat. Dekapan lelakinya itu selalu berhasil membuatnya luluh. Semarah apapun dirinya jika sudah dipeluk plus dikecup pasti akan baikan juga.
"Besok kita sudah akan bertemu dengan Papamu. Mama ingin kalian malam ini minta apapun sebanyak-banyaknya pada Papa. Biarin saja Papa kalian kesal ...," seru Nuda pada dirinya sendiri ketika ia sudah selesai menyiram tanaman. Ia mengelus perutnya lembut sambil tersenyum.
Tiba-tiba saja perut Nuda jadi sakit. Rasa sakit itu semakin lama semakin hebat. Nuda sudah tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya. Ia pun mendudukan tubuhnya sembarangan di dekat tanaman-tanaman yang baru saja ia siram.
"Ya Allah kenapa jadi sakit seperti ini?" kata Nuda memegang perutnya yang sakit sambil merintih.
"U-umi! Tolongin Nuda!" Teriak Nuda ketika ia sudah benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya. Serasa urat nadinya mau putus akibat rasa sakit yang menderanya itu.
"Astaghfirullah! Kakak kenapa?" seru Adel yang datang dari pintu. Adel langsung menghampiri Nuda dengan wajah cemas.
"Tolongin, Del. Perut aku sakit banget ...," kata Nuda terbata-bata akibat menahan rasa sakit di perutnya.
"Ya Allah! Umi! Abi! Tolongin!" Teriak Adel dengan keras memanggil semua orang yang ada di dalam rumah.
"A-adel, sakit banget! Tolongin ...," seru Nuda lagi sambil memegang perutnya.
"Ya Allah! Kamu kenapa, Nak?" Suara Haja Aminah histeris melihat Nuda yang sedang duduk menahan kesakitan di tanah.
"Sakit banget, Mi ..., Nuda nggak tahan," sahut Nuda dengan rintihan kesakitan. Tubuhnya sudah gemetar dan keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Adnan! Panggil ambulance, cepat!" Teriak Haji Rojak menyuruh Adnan. Adnan dengan sigap langsung ke kamarnya dan menelpon ambulance.
Haji Rojak menggendong tubuh Nuda dengan susah payah untuk membawa Nuda ke depan. Langkah Haji Rojak tertatih-tatih akibat berat tubuh Nuda yang di dalamnya terdapat tiga manusia yang sebentar lagi menjadi cucunya.
Ambulance pun sampai. Nuda di larikan ke rumah sakit. Di dalam ambulance Nuda segera di pasangkan infus. Menurut petugas ambulance Nuda akan melahirkan. Haja Aminah terus menggenggam tangan Nuda memberikan kekuatan pada putrinya itu. Rasa cemas dan takut bercampur menjadi satu. Nuda terus saja merintih kesakitan.
Ambulance sudah tiba di rumah sakit. Dengan segera Nuda di bawa ke dalam ruangan persalinan untuk segera di tangani.
"Adnan, hubungi Haydar. Suruh dia pulang secepetanya," seru Haja Aminah yang sedang menunggu di ruang tunggu.
"Baik, Mi." Adnan dengan segera mengabari Kakak iparnya itu.
Tiba-tiba dari dalam ruangan persalinan, dokter keluar dengan tergesa-tergesa.
"Pasien akan segera di operasi karena mengingat kondisi pasien yang lemah dan bayi yang ada di dalam kandungannya," seru Dokter itu tanpa jeda
"Ya Allah!" Pekik Haja Aminah histeris mendengar kalau putrinya akan di operasi. Haja Aminah menangis.
"Di mohon kesediaan satu orang sebagai pendamping karena operasi akan segera dilakukan."
"Baik, Dok. Saya bersedia," kata Haja Aminah. Dokter lalu mempersilahkan Haja Aminah untuk masuk ke dalam ruangan operasi untuk mendampingi Nuda.
Sementara itu Adnan dan Alana serta yang lainnya juga sedang memasang wajah cemas. Mereka berdoa untuk kelancaran persalinan Nuda. Mereka menunggu dengan wajah khawatir di ruang tunggu.
"Abi keluar sebentar. Assalamualaikum," ujar Haji Rojak lalu bergegas meninggalkan ruang tunggu.
"Waalaikumsalam," sahut mereka serempak.
Adnan adalah orang yang paling khawatir akan keadaan Nuda sekarang. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Kakaknya itu. Ia sedari tadi duduk menunduk memijat kepalanya yang tidak sakit. Ia terus saja berdzikir dan berdoa demi keselamatan Kakak dan calon keponakannya.
***
"Ya Allah? Nuda akan di operasi?" Teriak Haydar terkejut mendengar perkataan Adnan dari balik telepon.
"Baik. Abang akan segera pulang detik ini juga," seru Haydar lalu beranjak dari duduknya.
"Mohon ma'af yang sebesar-besarnya. Saya tidak bisa melanjutkan diskusi ini dan saya harus pulang. Terima kasih," Seru Haydar lalu bergegas meninggalkan meja diskusi bersama orang-orang penting pagi itu. Semua orang langsung terkejut dan heran.
"Tapi, Ustadzh ...,"
"Jika Anda keberatan dengan keputusan saya, batalkan saja kerjasamanya dengan saya. Istri dan anak saya lebih penting dari pekerjaan saya. Assalamualaikum!" Haydar akhirnya dengan tergesa-gesa meninggalkan ruangan itu.
Setelah kembali ke hotel ia dengan segera membereskan pakaiannya lalu keluar dari hotel. Tiket pesawat sudah ia pesan beberapa menit yang lalu dan syukurnya ia masih dapat tiket dan langsung pulang ke Indonesia hari itu juga. Kurang dari 30 menit ia sudah sampai di bandara dan sebentar lagi pesawat akan segera berangkat.
Saat ia sedang cemas-cemasnya di kursi pesawat tiba-tiba Adnan menelpon. Haydar segera mengangkat panggilan video dari adik iparnya itu.
"Abang!" Terdengar teriakan Nuda dari balik telepon. Ternyata mertuanya yang meminjam ponsel Adnan untuk melakukan panggilan video ke Haydar.
"Sayang ..." Melihat keadaan istrinya dari balik telepon Haydar meneteskan air matanya. Ia merasa sangat menyesal meninggalkan istrinya untuk ke luar negeri menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengutuki dirinya dengan hebat.
"Abang ..., Nuda nggak kuat!" seru Nuda lagi sambil terus mengadu kesakitan.
"Iya, sayang. Tahan ya Abang akan segera sampai ...," lirih Haydar.
"Abang, cepatlah. Nuda nggak kuat ..."
"Iya, sayang. Abang akan segera sampai. Tungguin," kata Haydar masih dengan tetesan air mata.
"Sudah dulu ya, Nak. Istrimu akan segera di operasi. Umi tutup ya. Assalamualaikum!" Seru Haja Aminah lalu panggilan video itu berakhir.
Haydar dengan lelehan air mata mengutuki dirinya yang sudah meninggalkan istrinya. Kalau saja ia tidak mementingkan pekerjaannya pasti sekarang ia sedang mendampingi istrinya yang sedang melahirkan.
Haydar berdzikir dan berdo'a untuk keselamatan istrinya dan calon anaknya. Mulutnya terus saja berkomat kamit sambil memejamkan matanya. Air matanya tidak berhenti untuk turun.
Tiba-tiba saja pesawat oleng dengan hebatnya. Penumpang pun berteriak ketakutan. Dengan sigap petugas menenangkan para penumpang. Melalui pengeras suara petugas pesawat memberitahukan bahwa pesawat akan mendarat 20 menit lagi. Petugas pesawat juga menginformasikan bahwa ada angin kencang di luar sana yang membuat pesawat sedikit oleng.
Semua penumpang melantunkan doa terbaiknya masing-masing. Mereka memohon keselamatan dan segera melewati angin kencang itu. Haydar semakin menangis dan lelehan air matanya semakin deras.
Ya Allah berilah keselamatan pada hamba agar segera bertemu dengan istri hamba. Lancarkanlah persalinan istri hamba. Hamba masih ingin melihatnya tersenyum dan menemaninya di setiap langkah kakinya. Hamba masih ingin berada diantara anak-anak hamba. Tetapi Jika ini adalah akhir dari perjalanan hidup hamba, hamba mohon lapangkanlah hati istri dan anak hamba. Berilah ketabahan dan kekuatan untuk mereka. Ya Allah ...
****
Jangan lupa bintang di pojok:)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
No FicciónTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...