D¤U¤A¤P¤U¤L¤U¤H

186 54 55
                                    

Nuda menggeliat membuka mata perlahan. Sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang mengaji. Nuda menajamkan pendengarannya dan ia terkejut mendapati suaminya sedang bermuraja'ah di atas sajadah. Nuda termenung lama menyaksikan Haydar yang khusyuk dengan hafalannya. Tanpa aba-aba Nuda langsung menghampiri tempat duduk Haydar dan merebahkan dirinya di sana di paha Haydar. Haydar sedikit terkejut lalu meneruskan kembali hafalannya sambil mengelus lembut kepala istrinya.

"Jangan tidur lagi, ayo tahajud dulu!" kata Haydar ketika Nuda baru saja memejamkan matanya menyambung tidurnya.

"Abang sudah tahajud?" tanya Nuda mendongakan kepalanya menatap Haydar.

"Belum, tunggu istriku dulu." Haydar tersenyum.

"Yasudah. Nuda mau wudhu dulu deh kalau gitu," ujar Nuda sambil beranjak dari tidurnya.

"Jangan langsung wudhu, mandi dulu."

"Masa mandi jam segini. Masih dingin lah, Bang." Nuda melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Mau nggak mau harus mandi dulu. Karena wajib mandi setelah itu-itu," ucap Haydar tersenyum menggoda. Nuda tersipu malu dan langsung sadar kalau semalam ia dan suaminya baru saja melakukan kewajiban mereka sebagai suami istri.

Akhirnya tanpa penolakan lagi Nuda menuju kamar mandi dan langsung mengaliri seluruh tubuhnya dengan air walaupun sangat dingin sekali. Dalam islam memang di wajibkan untuk mandi setelah melakukan hubungan suami istri apalagi kalau mau sholat karena jika tidak mandi berarti menjalankan ibadah dengan kotor dan tentu saja membatalkan sholat. Setelah selesai mandi, Nuda dan Haydar melaksanakan sholat tahajud dua rakaat yang diimami oleh Haydar.

"Katanya semalam Abang mau cerita. Ayo sekarang," kata Nuda ketika mereka sudah selesai mengerjakan sholat tahajud.

"Yasudah, sini," kata Haydar sambil menepuk kasur di sebelahnya. Nuda dengan semangat menghampiri suaminya dan langsung duduk di samping Haydar.

Haydar duduk bersandar di kepala ranjang dengan bantal sebagai alas punggungnya. Nuda dibiarkannya untuk tiduran dengan beralaskan pahanya.

"Cerita yang mana dulu nih?" tanya Haydar menatap wajah istrinya yang sudah tidak sabar mendengar ceritanya.

"Semuanya mulai dari Abang mualaf sampai hari ini menikahi Nuda."

"Kalau cerita itu semua mah memakan waktu lama nanti Abang nggak jadi ke masjid buat sholat subuh. Sekarang kita cerita yang tadi aja kenapa Abang yang menikahimu dan bukan ustadzh Fiqri, gimana?" Akhirnya Nuda mengangguk mengiyakan apa kata suaminya.

"Jadi tadi setelah Abang keluar dari rumah ini dan menuju mobil Abang yang di parkiran, tiba-tiba ustadzh Fiqri menyuruh Abang untuk tidak pulang. Dia ngomong banyak dulu dengan Abang dan menyuruh Abang menikahimu. Selesai!" kata Haydar.

"Masa segitu doang, ih!" Kesal Nuda. Haydar hanya terkekeh pelan.

"Emang hanya segitu ceritanya. Kalau mau nambah ya tambahin sendiri," kekeh Haydar gemas memandang istrinya yang sedang kesal.

"Ngeselin banget, ih!"

"Sudah-sudah. Abang mau berangkat ke masjid dulu. Nanti jangan tidur lagi ya. Sholat subuh!" kata Haydar mengingatkan istrinya.

"Nggak mau, ah. Nuda ngambek!" kata Nuda merajuk.

"Sini peluk dulu," kata Haydar merentangkan tangannya.

"Nggak!"

"Yaudah. Abang berangkat ya?" Haydar melangkah menuju pintu.

"Abang! Peluk dulu!" Rengek Nuda manja sambil berlari menghampiri Haydar. Haydar memeluk tubuh Nuda dan mengecup puncak kepala istrinya berkali-kali.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang