S¤E¤M¤B¤I¤L¤A¤N

187 86 25
                                    

Selama beberapa bulan terakhir ini hubungan Aril dan Nuda berjalan dengan lancar. Haji Rojak pun sudah tidak memaksakan Nuda untuk menerima lamaran dari Fiqri. Keluarga besar Fiqri menghargai keputusan Nuda yang menolak lamaran Fiqri.

Ting!

Jika suatu hari nanti kamu sudah tidak mencintai orang yang kamu cintai sekarang, berbalik lah. Aku masih menunggumu. - Fiqri.

Nuda yang sedang berkutat di depan laptopnya menatap tanpa ekspresi membaca pesan dari Fiqri. Setelah sejenak kemudian kembali meneruskan aktivitasnya. Tugas kuliahnya yang semakin kesini semakin menumpuk membuatnya lelah. Tapi Nuda kembali teringat bahwa sekarang sudah menjadi mahasiswa yang sebentar lagi akan menggenggam gelar sarjana membuatnya kembali bersemangat.

"Nuda!" Terdengar suara Adnan dilantai bawah.

"Iya!"

"Turun ada Lina, nih!"

"Lina ngapain malam-malam gini ke rumah?" kata Nuda pada dirinya sendiri.

Nuda akhirnya bergegas turun ke lantai bawah. Dilantai bawah terlihat Adnan dan Lina.

"Nuda!" seru Lina sambil memeluk Nuda dengan menangis terisak-isak.

"Lo kenapa, ih?" tanya Lina heran dengan tingkah sahabatnya itu.

Tidak ada jawaban dari Lina. Semakin didesak dengan pertanyaan, Lina semakin terisak-isak. Nuda semakin heran dan berpikir keras tentang apa yang sudah terjadi pada sahabatnya itu.

"Nuda," lirih Lina pelan setelah melepas pelukannya pada Nuda.

"Lo kenapa? Cerita!" Desak Nuda dengan perasaan yang kacau.

Adnan yang sedari tadi terdiam melihat kedua sahabat itu berpelukan akhirnya beranjak dari duduknya. Adnan tahu kedua sahabat itu butuh waktu untuk berduaan apalagi melihat kondisi Lina yang sungguh memprihatinkan itu.

"Lo kenapa?" Nuda memegang pipi Lina mengusap air mata Lina yang sudah mulai kering.

"Nuda, gu-gue..." Lina kembali menumpahkan tangisannya dipelukan Nuda.

"Lo kenapa sih? Jangan bikin gue khawatir gini!" ujar Nuda mulai emosi.

"Nuda, gue hamil." Lina menu dukkan kepalanya dengan menangis sejadi-jadinya.

"A-apa?!" Nuda terkejut.

"Gue hamil, Nud," lirih Lina pelan masih dengan isak tangisnya.

"Jangan becanda, Lin! Nggak lucu!" Nuda emosi.

"Gue serius, Nuda!" Lina mengangkat kepalanya.

"Lo becanda kan? Lo lagi ngelawak kan?" Nuda mengguncang-guncangkan bahu Lina.

"Gue hamil. Gue serius, Nud!" Lina membentak Nuda emosi.

Nuda langsung terdiam memandang tidak percaya pada apa yang dikatakan sahabatnya. Nuda semakin mengikis jarak dengan Lina. Tak sadar air matanya pun terjatuh. Melihat hal itu air mata Lina semakin deras mengalir.

"Lo hamil sama siapa, Lin?" Nuda bertanya pasrah dengan suara yang sangat pelan sekali.

"Yu-yudi."

"Yudi?" Nuda mengulang perkataan Lina dengan terkejut.

Nuda tahu, Yudi adalah temannya Aril dan teman dia juga. Beberapa bulan terakhir ini juga mereka berempat sangat akrab. Bisa dibilang sudah kaya keluarga banget saking deketnya. Lina hamil karena Yudi? Setahu Nuda, Lina dan Yudi tidak ada hubungan apapun. Yudi juga sudah punya pacar.

"Bagaimana ceritanya lo bisa ... sama Yudi sedangkan kalian nggak ada hubungan apapun?" tanya Nuda selidik.

"Wa-waktu itu gue kehujanan pas pulang dari kampus dan Yudi ngantarin gue sampai kost. Entah karena apa akhirnya...." Lina kembali menangis sejadi-jadinya.

AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang