Haji Rojak dan Haja Aminah juga Adnan sedang bersiap-siap untuk menuju kediaman Fiqri. Siang tadi Fiqri sudah datang untuk memberitahukan bahwa ada acara makan malam bersama di rumah Fiqri. Maka dari itulah kenapa sekarang keluarga itu sedang sibuk bersiap-siap.
"Nuda sama Haydar mana, kok belum kelihatan?" kata Haji Rojak yang sedari tadi tidak melihat baik putri semata wayangnya itu maupun menantunya.
"Mungkin masih bersiap-siap di kamarnya, Bi," sahut Haja Aminah.
"Tuh, mereka," ujar Adnan sambil menunjuk Nuda dan Haydar yang sedang menuruni tangga sambil tertawa bersama-sama yang membuat Adnan merasa terainggung akan kesinglean nya.
"Kalian sudah siap?" tanya Haji Rojak pada Nuda dan menantunya. Nuda dan Haydar menganggukan kepalanya tersenyum.
"Abi sama Umi di mobil bareng Mang Udin. Haydar sama istrinya bareng Adnan satu mobil. Ayo berangkat keburu malam," kata Haji Rojak menjelaskan.
"Adnan nggak usah ikut aja deh kalau gitu mah," kata Adnan tidak bersemangat lagi.
"Lho? Kenapa?" tanya Nuda.
"Masa gue satu mobil sama lo dan suami lo, nanti yang ada gue sakit mata. Iri dan dengki!" kata Adnan ngegas.
Haji Rojak dan Haja Aminah terkekeh. "Nanti Abi bilangin deh kalau di mobil nggak boleh mesra-mesra."
"Iya, nanti Nuda duduk di belakang. Kamu duduk di depan bareng aku," kata Haydar.
"Beneran ya?" tanya Adnan meyakinkan. Haydar menganggukan kepalanya mantap.
"Ih, apaan sih masa aku di belakang? Abang mah," kesal Nuda pada suaminya.
"Kan cuman kali ini aja. Besok-besok kamu di depan terus," ujar Haydar pada Nuda yang sedang memasang wajah cemberut.
"Nah dengar tuh. Cuman hari ini doang!" tambah Adnan sambil tertawa meledek Nuda.
"Mending lo nggak usah ikut aja deh. Ganggu aja!" Kesal Nuda.
"Siapa cepat dia dapat!" Teriak Adnan sambil berlari meninggalkan rumah mewah itu setelah sebelumnya menjulurkan lidahnya pada Nuda.
"Adnan!" Teriak Nuda emosi melihat tingkah saudara laki-lakinya itu.
"Sudah-sudah. Ayo berangkat lagian kan cuman sekali ini aja. Tiap malam juga deket Haydar terus." Haji Rojak melerai kedua anaknya.
"Tapi kan, Bi...," Nuda masih belum bisa terima kalau ia tidak duduk sampingan dengan suaminya di mobil nanti.
Tiba-tiba Haydar mendekatkan wajahnya pada wajah Nuda lalu mengecup kening istrinya itu lembut. "Sudah. Cuman sekali ini aja istri Abang duduk di belakang. Besok-besoknya nggak bakalan lagi."
"Janji ya?" Nuda memanyunkan bibirnya menatap wajah suaminya. Haydar mengangguk tersenyum sambil mengelus kepala istrinya.
"Gimana Adnan nggak mau mereka samping-sampingan, di depan kita aja mereka masih sempatnya bermesraan, Mi." Haji Rojak melirik istrinya. Haji Rojak menarik napas dalam melihat tingkah laku putri dan juga menantunya. Haja Aminah hanya terkekeh pelan.
Akhirnya kedua buah mobil yang membawa keluarga besar Haji Rojak itu meluncur membelah jalanan di kegelapan malam. Tidak sampai 40 menit mereka sudah sampai di depan rumah kediaman keluarga Fiqri. Mereka keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah itu yang di sambut bahagia oleh tuan rumah. Setelah sedikit berbincang-bincang mereka pun makan bersama-sama.
"Siapa yang akan memimpin do'a sebelum makan?" tanya Haji Abubakar melirik semua orang yang sedang mengitari meja makan.
"Ustadzh Haydar saja," kata Fiqri tersenyum menatap Haydar yang sedang duduk bersebelahan dengan Nuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU atau TUHANMU❔ (Terbit)
No FicciónTelah terbit di Chartamedia Publisher🦋 "Ril, buruan nikahin gue. Sekarang Abi udah kasih pilihan nikah sekarang sama lo atau nikah sekarang sama Fiqri!" ujar Nuda kala itu. "Gimana mau tinggal seatap kalau rumah ibadah aja udah beda?" ujar Aril tan...