2 : Kencan

555 60 0
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Hal yang sederhana terkadang bisa menghasilkan senyum kebahagiaan

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Hari ini Perth sudah karatan menunggu Meen di Ananta Samakhom Throne Hall, Perth menunggu Meen di depan gerbang.

Ananta Samakhom Throne Hall adalah aula resepsi kerajaan di Istana Dusit di Bangkok, Thailand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ananta Samakhom Throne Hall adalah aula resepsi kerajaan di Istana Dusit di Bangkok, Thailand. Itu ditugaskan oleh Raja Chulalongkorn pada tahun 1908. Bangunan itu selesai pada tahun 1915, lima tahun setelah kematian Rama V pada tahun 1910. Sekarang digunakan dari waktu ke waktu untuk acara-acara kenegaraan. Aula tersebut juga terbuka untuk pengunjung sebagai museum dan menjadi tempat pameran Seni Kerajaan, yang memamerkan kerajinan tangan yang diproduksi di bawah sponsor Institut Ratu Sirikit.

Sudah dua jam lamanya dia menunggu. Dia sudah kesal namun masih dia tahan, Meen pasti punya alasan kenapa dia belum datang.

Perth sampai duluan sebab Perth itu tidak suka membuat orang menunggu dirinya. Sebenarnya Meen ingin menjemput Perth di rumahnya namun Perth menolak, Perth masih malu di jemput oleh pacarnya.

Seringkali Perth melirik jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang, sudah hampir masuk jam makan siang.

Perth pun kembali menghubungi Meen, masuk tapi nggak di angkat.

"CK!" Kesal Perth sambil menendang pagar.

Ini kencan pertama mereka sekaligus pertemuan pertama mereka secara langsung semenjak Meen menyatakan cinta kepada dirinya. Selama ini mereka bertemu hanya melalui video call.

Karena haus, diapun pergi membeli minuman, dan pada saat dia pergi Meen datang.

Meen celingak-celinguk mencari keberadaan Perth. Wajahnya basah oleh peluh begitu juga dengan area tubuhnya yang lainnya.

"Apa dia sudah pulang?" Gumam Meen sambil melihat jam di tangannya. Sebenarnya dia ingin menelpon Perth tapi handphonenya tinggal di mobilnya yang sampai saat ini masih terjebak macet, dia saja sampai ke sini dengan berlari.

Meen menyeka kasar keringatnya dengan nafas yang dia hempaskan secara perlahan-lahan.

Saat ini Meen cemas kalau Perth marah kepada dirinya mengingat betapa ngaretnya dirinya, padahal ini kencan pertama mereka berdua.

Meen terduduk lemah di depan pagar sambil melihat tiket masuk yang dia ambil di kantong celananya. Dia menghela nafas lagi sambil mengusak kasar rambutnya yang tak lagi rapi akibat berlari.

My Future - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang