Dear, bumiku
Mulanya aku memang sangat ingin memiikinya tapi ternyata ada hati lain yang sedang menjaganya
Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu
Yang aku tahu, tidak mungkin untuk merusak dongeng wanita lain, yang mungkin dengan wanita itu dia bisa jauh lebih bahagia, dari pada bersama aku yang jauh dari kata sempurnaDear, bumiku
Kebenaranpun datang bersama dengan keyakinan
Dulu aku melewatkannya di kota ini, sekarang anganku merajut harapan
Entah hatiku yang berubah atau aku baru menyadarinyaDear, bumiku
Harapan itu kian mendalam tanpa aku sadari
Sesekali aku ingin menjadi egois untuk memiliknya
Berbahagia dalam dongengku dengan merusak dongeng wanita lain
Tertawa hahahihi dalam kehancuran hati wanita lainDear, bumiku
Mana yang lebih baik? Kebahagian dongeng diri sendiri atau kebahagian dongeng wanita lain?
***Kisah bermula tentang aku yang dulu, seorang gadis kecil yang dirawat dan dijaga baik oleh kedua orang tuanya. Dulu aku menangis karena sebuah barbie cantik yang aku minta, begitu memintanya pasti langsung dimiliki. Sekarang aku menangis karena ingin memiliki seseorang yang aku sukai tapi bedanya aku hanya bisa bungkam terdiam, berharap memilikinya tapi tidak bisa berbuat, menahan rasa sesak melihat orang yang aku sukai dan bisa jadi menyukaiku juga, merajut kebahagian tapi bukan denganku.
Sejak kecil Ayah selalu mengajarkan bagaimana agar ikhlas dapat mendarah daging di tubuhku. Dengan sangat mudah, aku mengikhlaskan perkara-perkara yang terjadi di masa kecilku. Semakin beranjak dewasa ikhlas itupun kian menjadi sangat sulit untuk diaplikasikan. Entah rasa ikhlasku yang semakin berkurang atau perkara orang dewasa terlalu rumit untuk diikhlaskan.
"Insha Allah semua akan baik-baik saja," batinku dengan keteguhan hati.
Memang benar aku terluka atas rencana kepulanganku ke Indonesia yang sangat tidak sesuai dengan apa yang sudah aku rancang baik-baik sedemikian rupa. Namun yakinlah rencana-Nya lebih Indah dari apa yang sudah aku rencanakan.
"Isa," panggil Ibu dari balik pintuku yang tertutup.
"Iya, masuk aja Bu. Enggak dikunci kok," sahutku dari dalam.
'Ckleeekkk'
Suara pelan pintu yang terbuka berhasil menampilkan sosok Ibu disana.
"Lagi beres-beres sayang?" tanya Ibu.
"Iya Bu biar besok gak repot lagi," balasku sambil memasukkan barangku.
Besok adalah hari kepulanganku ke Penang. Aku sudah mendapatkan semua jawaban yang selalu membatin dalam hatiku setiap hari. Aku juga sudah melepaskan kerinduan dengan Ibu dan Naufal yang mungkin akan menumpuk lagi suatu hari nanti.
Ibu menghampiriku dan menghelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Isa anak Ibu udah hebat banget ya," puji Ibu.
Aku tersenyum kecil, menampikan jajaran gigi putihku.
"Isa masih gadis kecil Ibu dan Ayah," balasku mengecil.
"Sebelum pulang besok kita ke makam Ayah ya. Ayah pasti bangga sama Isa sekarang, udah jadi wanita mandiri, tangguh, pekerja keras, penyayang, hebat...."
"Atas bimbingan Ibu dan Ayah yang luar biasa," sambungku menyela perkataan Ibu. "Isa bisa hebat kayak sekarang karena dukungan Ibu dan Naufal juga dong bahkan Ayah disana turut ambil dalam ke suksesan Isa sekarang," ucapku lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Night Earth
General Fiction#1 in fiksiumum 27 Juli 2019 Cinta bertepuk sebelah tangan Narisa kepada Redo bak deburan ombak yang senantiasa tiap saat menampar pipi merahnya. Narisa dengan sabar menitipkan hatinya kepada Redo. Ketika dia tengah berharap pada nikmat yang dicipta...