4# What's happen on my earth?

607 47 12
                                    

Kutanya padamu, ada apa dengan bumiku?

"Iya, dia Redo. Muhammad Redo Julinaldi." Aisyah mempertegas ucapannya.

Aku tersenyum bahagia menatap Aisyah. Aku sangat bersyukur meskipun hanya mengetahui namanya. Aku merasa bahwa hanya akulah makhluk di bumi ini yang sedang bahagia.

"Ini kabar lebih dari baik, Syah." Lirihku kagum. Aku langsung memeluk Aisyah dengan perasaan yang penuh terima kasih. Allah sedang memberikan kebahagian padaku melalui sahabatku.

Tunggu! Bagaimana Aisyah bisa tahu? Atau?!

Aku melepaskan pelukanku dan menatap penuh tanya pada kedua mata Aisyah.

Aisyah tertawa melihat keseriusan di wajahku. "Aku gak bakalan buat sahabatku menjadi memalukan di depan seorang kaum adam yang istimewa untuknya."

Aku lega mendengar pernyataan Aisyah tersebut.

"Tapi..." Aisyah menggantungkan ucapannya.

Aku kembali merasa ketakutan merasuki jiwaku. Aku menunggu kata-kata yang tertahan di bibir Aisyah. Satu dua detik berlalu dengan menegangkan.

"Diri aku yang menjadi malu." Aisyah menundukkan kepalanya lesu.

"Kok kamu? Maksudnya Syah?" Aku heran saja kenapa Aisyah yang menjadi malu padahalkan aku yang menyukai laki-laki tersebut.

"Karena si Rifki kira aku yang suka Redo, Sa. Dia bilang gini ke aku 'gak apa Aisyah nanti kalo suka aku sampein ke Redo'. Padahal aku udah bilang aku gak suka tapi tetep aja dia resek bener." Aisyah menggerutuk kesal.

Aku tertawa kecil mendengar kesalahpahaman tersebut.

"Oh sekarang kamu bahagia setelah tahu namanya tanpa perlu memalukan diri." Sindir Aisyah dengan melirih ke arahku.

"Enggak Syah. Bukan gitu juga." Aku masih tertawa mengingat kesalahpahaman tersebut. "Aku cuman gak sangka aja bakalan gini."

"Aku yang lebih serba salah, Sa. Mau bilang jujur gak bisa terus gak jujur malah aku yang kena."

"Syah maafin aku ya." Aku merasa tidak kenakan pada Aisyah karena menyeret dirinya dalam kesuksesan misi hatiku.

"Terus setelah tahu namanya bakal gimana kamu, Narisa?"

Aku terdiam sesaat. Aku saja bakal tidak tahu langkah selanjutnya. Jujur saja setelah aku memiliki sedikit cela untuk mengenal dan mengetahui mengenai laki-laki tersebut, hasrat ingin memilikinya pun bertambah besar.

"Sepertinya aku ingin mengenal dia lebih dalam." Balasku dengan sangat yakin.

"Narisa ini gak lagi bercanda?" Aisyah menatap lekat padaku.

Aku tersenyum dan membalas. "Aku seriusan. Ini kali pertama aku jatuh hati dan ini juga harus menjadi terakhir aku meletakkan hatiku."

"Caranya?" Aisyah memicingkan matanya.

"Rifki."

"WHAT! Apa aku harus jadi tumbal lagi?" protes Aisyah.

"If you want." Kekehku.

"I don't want it."

"Oke, aku gak bakal ngenumbali kamu tapi aku masih butuh bantuan kamu." Pintahku.

"Selagi itu masih dibatas kewajaran, I will help you."

Aku tersenyum puas dan memeluk Aisyah erat.

"Aisyah katakan yang sejujurnya pada Rifki." Bisikku.

Aisyah melepaskan pelukanku. "Hey! Narisa, kamu itu wanita."

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang