16# First travelling

397 23 2
                                    

Jika kau jadi aku apa yang akan kau lakukan?
****

Semua alarm sudah bertengger keras di telinga makhluk bumi di kamar nomor tujuh. Aku terbangun, begitu juga dengan Rahma. Selain aku dan rahma, semuanya masih tertidur dengan lelap. Rahma menatapku dengan mata yang masih setengah sadar. Teman-temanku terlihat sangat lelah dalam tidur mereka. Tapi mau bagaimana lagi?! Benar kata Rahma, kami mempunyai jadwal untuk dipatuhi sekaligus belajar mendisplinkan waktu. Rahma membangunkan teman-temanku yang masih terlelap dalam tidur mereka. Rahma sebenarnya tahu teman-temannya sangat lelah, tetapi mereka tetap harus bangun tepat waktu.

"Narisa udah siap?" kata Nina setengah kaget melihatku selesai bersiap.

Sebenarnya untukku, tidak akan memakan hitungan jam untuk aku bersiap-siap. Aku hanya perlu memakai pelembab muka, lalu menaburkan bedak tabur, terakhirnya memoleskan pelembab di bibirku. Hijabku juga so simple! Jilbab segiempat tanpa banyak lilitan sana-sini. Untukku, seorang wanita yang tidak kekinian dan tidak peduli dengan perkembangan fashion, sangat malas untuk mengikuti sesuatu berbau mengenai kecantikan karena aku bukanlah beauty enthusiast. Sejatinya juga, kecantikkan lebih bermakna dari hati kita sendiri.

"Udah dong. Situ apa kabarnya euy? Mandi aja belom," ledek Tika sambil melempar bantal ke Nina yang berada di kasur. Tentu saja, berhasil menamparkan wajah Nina yang masih sayup-sayup membuka mata. "Buruan mandi sana," lanjut Tika.

"Aisssssh. Iya iya," decak kesal Nina sambil mengambil handuknya.

Aku memainkan ponselku sembari menunggu teman-temaku berdandan. Aku melihat di atas kasur yang sudah dipenuhi dengan alat-alat make up yang sama sekali tidak aku ketahui apa namanya, bagaimana menggunakannya, ataupun apa fungsinya? Aku berpikir keras, mengamati benda-benda yang tergeletak di atas kasur. Mataku setengah mengikuti bagaimana cara teman-temanku menggunakannya? Luar biasa! Energi kecantikan banyak berasal dari benda-benda ini. Aku baru tahu bagaimana kiat-kiat si buruk rupa menjadi seorang princess. Cukup dengan sentuhan halus dari kuas-kuas ini.

"Seperti inikah cara kerja benda tadi, aku baru paham kasiatnya," batinku. Tak apalah, tidak terlalu penting juga dipahami! Aku diantara temanku, hanya seorang anak gadis kecil bagi mereka, dengan kesederhanaan tanpa hamburan bubuk-bubuk kecantikan.

Setelah waktu panjang teman-temanku saling poles-memolesi, akhirnya selesai tepat waktu. Aku mengamati satu persatu teman di kamarku, mereka terlihat bersinar dan sangat segar. Apa kabar aku? Aah, sudahlah! Tujuanku menyembuhkan duka di sini.

Kami menuruni tangga penginapan dan sudah siap untuk menikmati kota ini. Kota yang akan terkenang dalam benakku, seumur hidup.

"Siap semua ya! Gak ada yang sakit kan?" tanya Afif sambil mengamati anggotanya satu persatu. Sebagai ketua kelompok, Afif memang memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga anggotanya.

"Everybody is okay right!" teriak Rahma membalas ucapan Afif.

Kami semuanya mengangguk tersenyum. Afif segera memimpin kami berdo'a untuk meminta perlancarkan dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa pada kegiatan kami sampai selesai. Kali pertama, aku melihat Afif begitu bersinar dengan segala kalimat pintaannya pada-Mu, Ya Allah. Afif seperti inilah mulai mampu melekungkan senyuman di bibirku. Siapa yang akan mengira setiap kejadian di negara tetangga ini akan terus hidup di bumiku? Bagaimana kabar bumi lainku di sana? Aku belum menanyakan kabarnya pada angin pagi ini. Ah iya! Aku tidak perlu lagi kabarnya bukan? Biarkan dia lepas dari genggaman bumiku.

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang