1# First meeting

1.8K 78 42
                                    

Dialah sosok abadi yang disanjung-sanjung sampai gila.
Dialah peretas semua sajak yang tak tersentuh.
Bahkan dialah sebab waham kegilaan ini datang.

Sungguh indah Sang Kreator membingkai kisah cinta manusia paripurna sesuai dengan syariat agar menjadi cinta yang hakiki, cinta karena ilahi. Aku berangan-angan untuk romansa cinta yang luar biasa seperti Rasulullah mencintai Khadijah, cinta Ali kepada Fatimah, Kebahagian Rasulullah bersama Aisyah, Yusuf kepada Zulaikha, dan masih banyak kisah cinta islami yang menjadi dambakan hatiku. Yah, laknat jika perasaan suci bernamakan cinta tak terkelola baik. Meneladani perasaan yang berbuih cinta cukup menguji iman.

Aku memasuki aula di dalam gedung jurusanku. Jika tidak diwajibkan untuk semua mahasiswa baru, aku tidak akan berniat sedikitpun untuk menampakkan kehadiran di seminar jurusan ini. Aku lirik dari ujung pintu masuk. Sebuah kursi yang cocok untuk berdiam diri, dibagian belakang paling pojok. Aku bergegas mendudukkan tubuhku di kursi tersebut sebelum para penikmat tidur lainnya menempati kursi itu. Tentunya, dimana ada sebuah seminar maka disana berkemungkinan akan ada para penikmat tidur.

Aku memposisikan tubuhku senyaman mungkin. Tas yang aku sandang belakang, aku bawa ke bagian depan tepatnya di pangkuanku. Tiba-tiba, pena yang aku dapatkan sewaktu di pintu masuk tadi terjatuh karena siuran angin yang cukup kuat dari jendela di sampingku. Cuaca hari ini cukup buruk, angin tidak berhenti berhembus keras. Aku menundukkan badanku lalu meraih benda kecil berisi tinta hitam itu.

Aula ini sangat ramai. Aku mengedarkan sekilas pandanganku dan merasa tidak nyaman sama sekali. Semua panitia sibuk dengan tugas masing-masing dan semua peserta seminar sudah mulai memadati tempat duduk yang kosong. Aku mengitari pandanganku lagi, belum ada satupun teman kelasku yang sudah datang. Eh! Sebentar, sepertinya laki-laki kurus di depan sana, berkulit sawo mateng, dan sangat tinggi itu adalah teman sekelasku. Aku menatapnya lekat. Aku tidak terlalu mengenal teman kelasku walaupun sudah terhitung dua minggu aku berkuliah. Tidak mungkin bukan? tetapi itulah kenyataannya. Aku sangat nyaman dengan sedikit berbicara ataupun berdiam diri dalam ketenangan.

Kubuang pandanganku ke arah lain.

Deep!

Masya Allah.

He is the perfect man.

Seketika suara hatiku berbicara ngaur. Hatiku mulai berbunga-bunga. Tatapan penuh kagum itu tidak tertolehkan. Desiran anginnya merayu lembut wajahku. Bulatan merah terlukis di pipiku. Aku menikmati. Sangat menikmati. Aku tersenyum-senyum bak orang gila di tengah manusia waras.

"Meskipun aku tidak terlalu mengetahui mahasiswa di jurusanku, tetapi aku yakin tidak pernah melihat laki-laki ini di jurusan. " Batinku sambil menyipitkan kedua bola mataku.

Mataku tetap mengiringi setiap langkah sosok agung itu. Dia! Laki-laki itu berjalan mengarah padaku. Parasnya sangat jernih dan teduh, dengan didukung memiliki kulit putih dan tubuh yang menjulang tinggi. Dia semakin dekat padaku.

Aku menutup kedua bola mataku tanpa sebab. Seakan bola mataku kian melonjat. Aku takut terkejut akan pesona laki-laki itu.

"Dari mana aja? Mana yang lain?" Seorang kaum hawa yang berada di barisan depanku menyapa laki-laki itu dengan akrab.

Aku mengamati dan membuka lebar-lebar telingaku.

"Kosan. Gatau, mungkin lagi di jalan." Laki-laki itu masih berdiri di hadapan wanita yang terlihat sangat akrab dengannya. Wanita itu bergeser tempat duduk agar laki-laki itu bisa duduk di sampingnya. "Duduk sini."

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang